Suatu siang, saat menanti waktu Asar tiba, saya termangu di bangku panjang tak jauh dari loker yang tersedia di serambi Masjid Namira, Lamongan. Sebagai fenomena baru di jagat wisata religi, saya dan keluarga memang suka sekali mengunjungi masjid ini.Â
Sejak kami meninggalkan Bogor dan menetap di Lamongan tahun 2017, Masjid yang berlokasi di Desa Jotosanur Kecamatan Tikung ini menjadi tempat singgah favorit dari mana pun, atau bahkan sengaja ke sana tanpa mampir dari mana-mana.
Masjid Namira segera memikat perhatian publik Nusantara karena desainnya yang unik seperti Masjid Namirah di Padang Arafah.Â
Pesonanya kian moncer saat warganet membagikan profil masjid ini pada bulan Ramadan tahun 2017 silam, menyusul ketenaran Masjid Jogokariyan di Jogja yang dikelola secara menarik. Selain kuliner khas seperti wingko babad, lele, dan soto, kini Lamongan punya magnet tersendiri yakni masjid sebagai wisata religi.
Pada hari-hari biasa sebelum pandemi, terutama akhir pekan, jemaah dari berbagai daerah Jatim dan Jateng ramai-ramai berkunjung ke sana dalam bus-bus yang penh penumpang. Biasanya mereka setelah melakukan wisata religi ke walisongo di Jatim dan Jateng dan memutuskan melepas penat dengan melaksanakan shalat Subuh di Namira.
Yang paling menarik tentu saja selama bulan Ramadan karena Masjid Namira Lamongan semakin disesaki jemaah, tentu saja saat belum ada wabah.Â
Selain karena ingin berimajinasi beribadah di Mekah, dengan melihat kiswah di mihrab imam, para pengunjung menikmati kunjungan ke masjid ini karena ada fakta-fakta unik yang bisa ditemukan selama Ramadan di masjid megah yang dibangun oleh H. Helmy Riza ini.
1 | Berbuka dan sahur cuma-cuma
Tak berbeda dengan masjid-masjid lain di mana-mana, Masjid Namira pun menyajikan makan malam atau menu berbuka puasa secara gratis. Panitia menyediakan nasi kotak atau bungkus untuk disantap saat berbuka. Uniknya, pada 10 hari terakhir ketika iktikaf diadakan, Masjid Namira menjamu para jemaah dengan sahur gratis dalam bentuk prasmanan.
Selepas melaksanakan qiyamullail, jemaah lantas bergeser ke tenda besar sebelah masjid untuk mengantre makan sahur. Mereka bebas menyendok nasi tapi lauk dijatah oleh petugas. Namun jangan tanya soal lauk, selalu nikmat dan bikin semangat, hehe. Selain the dan kopi panas, kadang dilengkapi dengan buah potong atau susu yoghurt.