Setiap mengingat momen tahun 2012 silam, setiap kali itu saya teringat pada sebuah hadis. Hadis tentang empat golongan manusia yang dirindukan oleh surga. Ceritanya, si bungsu belum lama lahir, dan kami tentu saja sangat gembira. Walau beberapa hari setelah ia lahir, motor kami hilang di depan sebuah minimarket saat saya tengah berbelanja.Â
Ujian yang datang tak berhenti sampai di situ. Honor penerjemahan dari sebuah penerbit rupanya mundur tak tentu waktunya sementara uang riil yang tersisa tak genap 10.000 rupiah. Kalau untuk makan sendiri sih mungkin cukup, tapi di rumah ada empat orang yang butuh makan, termasuk bayi yang baru lahir. Saya kemudian berinisatif meluncur ke toko kelontong langganan, berniat utang beras satu liter saja. Uang akan saya bayar nanti malam karena ada pesanan wingko saat itu.
Permintaan saya rupanya ditolak dan saya lantas membeli setengah liter beras ditambah mi rebus untuk disantap bersama keluarga. Syukurlah momen itu, salah satu titik nadir dalam hidup, hanya berlangsung sekali dan tak terulang lagi. Kendati cuma sekali, rasa lapar sepanjang hari itu mengguratkan kenangan pahit yang tak sanggup kami lupakan, bagi saya dan istri. Dari sanalah kami mengerti arti lapar dan tersiksanya tak bisa makan.Â
Takdir membawa kami mengenal komunitas Berbagi Nasi (Bernas) yang berbasis di Bandung dan digerakkan oleh anak-anak muda. Di sanalah saya kemudian aktif ikut aksi-aksi yang memungkinkan, mulai dari berbagi nasi setiap Jumat malam dua kali sebulan hingga menggalang donasi untuk panti asuhan yang terkena kebakaran. Sejak saat itu saya berikrar untuk tak membiarkan orang lain kelaparan seperti yang pernah kami rasakan. Baru mengenangnya lewat tulisan pun membuat saya ingin menitikkan air mata kesedihan. Hiks....
Hadis yang relevan dengan bulan Ramadan
Maka setiap Ramadan tiba, ingatan saya otomatis berkelindan pada sebuah hadis luar biasa tentang empat golongan yang dirindukan oleh surga. Â Betapa dahsyat empat kelompok ini karena surga mengaharapkan mereka untuk memasukinya. Pada tataran normal, kitalah yang berharap dan memimpikan surga kelak. Kalau surga yang merindukan, berarti ada privilese dan keunggulan yang dimiliki oleh orang-orang yang dinantikan itu.Â
Siapakah keempat golongan tersebut yang ternyata sangat dekat dengan spirit bulan Ramadan? Mari kita simak hadis yang sangat penting berikut ini.
Dari Ibnu Abbas r.a., Nabi Muhammad SAW bersada, "Surga itu merindukan empat golongan manusia, yaitu orang yang membaca Al-Qur'an, orang yang menjaga lisan, orang yang memberi makan kepada orang kelaparan, dan orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadan." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).
1 | Orang yang membaca Al-Qur'an
Golongan pertama yang dirindukan oleh surga adalah pembaca Al-Qur'an. Redaksi bahasa Arab dalam hadis menggunakan frasa thaalil quran, bukan qaari'ul quran. Nah, qiro'ah berbeda dengan tilawah karena tilawah adalah aktivitas membaca yang menjangkau sisi spiritual atau kegiatan membaca yang menuntut komitmen untuk mengamalkan isi yang dibaca. Jadi tidak sekadar membaca teks, tapi juga konteks dan penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Level itulah baru bisa menjadikan kita sebagai orang yang dirindukan surga. Kita tahu bahwa selama Ramadan kita dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Al-Quran. Sekali lagi selain membaca ayat yang tersurat, kita juga diperintahkan memahami apa yang tersirat, untuk diamalkan dalam praktik riil, bukan basah dalam bacaan di mulut belaka. Bisakah?Â
2 | Orang yang menjaga lisan
Kelompok kedua adalah mereka yang mampu memelihara lisan, untuk tidak menyakiti orang lain, untuk senantiasai digunakan sebagai alat memajukan diri dan kebaikan bagi orang lain, bukan sebaliknya. Kita sudah akrab dengan pepatah, "Mulutmu harimaumu," yang menyiratkan pesan kuat bahwa omongan atau ucapan sangat potensial menjerumuskan kita.