Saya pun spontan mengucapkan, "Wow, that look delicious!"
"I'll give you one if you one," ujarnya singkat dengan mata megerjap.
Saya langsung menyodorkan piring mendekati wajan dan ia bergegas meraih satu lempeng roti untuk dihempaskan di atas nasi yang sudah saya ambil. "Thank you very much, sir!" jawabku sambil izin pamit ke kamar karena waktu berbuka akan segera tiba.Â
Chicken pie khas Maroko yang kaya rempah
Setelah dewasa, terutama setiap Ramadan singgah, saya sering merenungkan makanan pemberian Mr. Ali tersebut. Nah, setelah menjelajah Internet, saya hampir bisa meyakinkan bahwa yang saya makan adalah chicken bastilla. Meskipun kini tahu namanya, tak berarti saya bisa memasak atau pernah menyiapkannya sebagai kudapan untuk berbuka.
Dari kilatan memori yang samar-samar, memang rasa ayam sangat dominan. Chicken bastilla itu punya rasa yang dinamis, kompleks sesuai bahan yang menyusunnya. Ada kesegaran kayu manis dan jahe, gurih telur omelette dan ayam, aroma kuat lada hitam dan tentu saja kerenyahan almond goreng yang ditaburkan sebagai topping.
Dari situs resep-resep yang mengupas pembuatan bastilla, saya sadar pembuatannya tidak bisa instan. Butuh keseriusan dan kesabaran. Jadi sungguh di luar ekspektasi pembaca jika saya harus menyiapkannya sendiri. Yang saya tahu: saya terlihat konyol ketika mengingat waktu itu menyantap chicken bastilla dengn sepiring nasi, haha.Â
Saya sungguh merindukan masa itu, ketika seorang guru tak sengaja menyiapkan santapan berbuka untuk seorang muridnya. Entah kesayangan atau tidak, saya juga merindukan Mr. Ali dan mendoakan hal-hal terbaik karena kami lama tak bersua sejak dia kembali ke negaranya. Chicken bastilla sungguh lezat, penuh berkah berlipat-lipat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H