Sebagai ikhtiar menjadi pakar, selama Ramadan saya mesti menambah jam terbang sebagai seorang desainer. Selain mengedit naskah secara freelance dan menjadi bloger, selama ini saya juga menerima jasa layout isi buku menggunakan Adobe Indesign dan Adobe Photoshop. Skill inilah yang harus saya pertajam agar job desain yang rumit bisa saya kerjakan.Â
Saya telah menemukan teman sebagai guru meskipun belajarnya melalui aplikasi WhatsApp. Saya tak mungkin bertahan dengan kemampuan sekarang kalau ingin bersaing dengan tenaga lebih muda dan energi artistik lebih fresh. Harus ada peningkatan skill agar value turut meningkat.   Â
2 | Lebih banyak membaca buku
Keterampilan kedua yang ingin saya asah adalah critical thinking. Bukan rahasia lagi bahwa kesuksesan kita di abad ke-21 adalah penguasaan empat skill utama, yakni 4C: Critical thinking (berpikir kritis), Creativity (kreativitas), Collaboration (kolaborasi), dan Communication (komunikasi). Banyak hoaks beredar di media sosial dan tak jarang redaksinya dibuat sangat meyakinkan. Inilah pentingnya belajar mempertajam pemikiran kritis.Â
Masih menurut Kang Maman, cara paling mudah untuk mengasah critical thinking adalah dengan banyak membaca dan bertanya. Mari menanggapi setiap isu dengan sikap skeptis, tapi bukan apatis. Skeptis berarti tidak mudah percaya, meragukan suatu hal sehingga kita terdorong untuk menguji kesahihannya lewat banyak sumber atau intertekstualitas. Sedangkan apatis berarti tidak peduli.Â
Banyak baca (berita, buku, majalah) dan berdiskusi akan mendorong kita mampu bersikap kritis dan lebih bijak menghadapi setiap berita atau isu yang strategis.
3 | Belajar berempati
Kemampuan yang menurut saya wajib saya gugah dan perkuat adalah berempati. Lebih bijak merespons kondisi dan pendapat orang lain tanpa tergesa menghakimi. Sebelum melontarkan ucapan pedas yang berpotensi melukai orang, saya mesti menimbang baik buruknya termasuk mengukur mengapa suatu fenomena terjadi terutama yang tidak sesuai dengan pendapat saya pribadi.
Bulan Ramadan adalah momen yang pas untuk membangun kepedulian dan bersikap empati. Sambil memahami perasaan orang lain, kita bisa menghimpun donasi untuk mereka yang kurang beruntung. Tahun ini saya bersama Nasi Bungkus Community (NBC) akan tetap membagikan bingkisan lebaran atau sembako kepada dhuafa dan anak yatim seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja bingkisan akan kami antar langsung ke penerima tanpa ada pengumpulan massa.
4 | Banyak introspeksi
Akhirnya skill yang tak kalah penting adalah kecerdasan untuk memahami diri sendiri. Saatnya menelisik, melongok lebih teliti pada relung hati dan menelusuri bilik-bilik masa lalu yang selama ini dihindari. Inilah relevansi lebih banyak membaca Al-Qur'an di bulan suci, apalagi Ramadan masih berada di tengah pandemi.
Saya bisa mendapatkan kekuatan untuk memetik hikmah masa lalu dan menatap masa depan dengan penuh optimisme. Lewat tadarus (yang berari juga kebutuhan memperbaiki bacaan Al-Qur'an, saya bisa menyendiri sesaat untuk mengambil jeda dari hiruk pikuk dunia, termasuk godaan untuk menilai orang lain.
Inilah tahun yang menantang, kita berada pada bulan yang menuntut kita sabar sambil kita berikhtiar terus-menerus untuk menjadi pakar pada bidang yang selalu ada waktu untuk kita kejar. Kesabaran akan membuat hati kita mekar, diri kita menjadi besar tanpa mengandalkan sifat-sifat gusar atau kasar. Bismillah, mari belajar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H