"LUMAYAN SIH DAPAT banyak referensi tadi," ujar Suprianto dari Bandung yang turut hadir sebagai buyer dalam event Beautiful Malang Travel Mart 2019 di Hotel Atria, Sabtu 14 September 2019 lalu. Bahasa Indonesianya masih kental aksen Jawa karena lelaki yang mengelola bisnis biro perjalanan menyasar lembaga pendidikan dari SD hingga SMA ini asli Banjarnegara Jawa Tengah ini .
Travel Mart yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang jelas sangat dinantikan oleh para pelaku bisnis di bidang perjalanan.
Ratusan orang dari berbagai daerah di Indonesia meramaikan pameran jasa seputar wisata layaknya sebuah pasar di mana mereka bertindak sebagai buyer yang menerima informasi selengkap mungkin dari para seller atau pelaku wisata di kota Malang untuk selanjutnya melakukan transaksi jual-beli sesuai kebutuhan.
Bukan cuma Suprianto dari Bandung, para pelaku wisata dari Bojonegoro, Jember, Situbondo, hingga Bali pun mengikuti Travel Mart dengan penuh semangat. Lewat acara ini mereka tak perlu susah-susah mendatangi para penyedia jasa wisata di kota Malang seperti hotel dan objek wisata. Mereka cukup bergerak dari satu kursi ke kursi lain di dalam satu ruangan lalu bernegosiasi demi mencapai kesepakatan.
Travel Mart adalah cara jitu untuk mempertemukan seller dan buyer dunia wisata guna mendogkrak kunjungan wisatawan, baik asing maupun domestik, ke Kota Malang. Tak hanya hotel dan rumah makan yang ikut mempromosikan produk mereka.
Ada pula pusat oleh-oleh khas Malang, baik suvenir maupun makanan, juga pokdarwis atau kelompok sadar wisata yang bergerak berbasis desa; semuanya antusias menawarkan pesona kepada para calon pembeli.
Selain Travel Mart, para buyer juga diajak berkunjung ke Kampung Heritage Kajoetangan yang memiliki sejarah panjang dan kampung tertua di Malang. Agung H. Buana, perwakilan Disbudpar Malang menuturkan bahwa Kampung Heritage Kajoetangan dihuni oleh penduduk multiras yang semuanya hidup harmonis. Koeksistensi di kampung ini adalah bahasa perdamaian paling mudah dipahami.
Jarang yang tahu bahwa ada sineas terkenal yang menggarap film seri Ateng Minta Kawin dari kampung ini yaitu Abbas Akup. Juga ada tangan dingin keturunan Bapak Jacoeb yang melahirkan film animasi di SpaceToon.
Puas menikmati wisata budaya beserta kuliner lezat yang melibatkan partisipasi warga, para peserta Beuatiful Malang Travel Mart pun dibawa ke perhelatan akbar bertajuk Malang Flower Carnival (MFC).
Malang Flower Carnival adalah event berskala global karena dihadiri pula oleh peserta dari negara lain seperti Mali dan Mesir. MFC telah diseleksi secara ketat oleh para kurator profesional sehingga masuk dalam deretan 100 Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata sebagai bagian dari kampanye Wonderful Indonesia.
Tahun ini Malang Flower Carnival mengusung tema Padma Nusa atau teratai Nusantara. Tujuannya untuk mengangkat berbagai jenis teratai yang ada di Indonesia. Setidaknya 300 peserta turut meramaikan MFC 2019 dengan menampilkan desain-desain megah nan menawan namun tetap mengadopsi prinsip ramah lingkungan sebagai bagian dari spirit menjaga Bumi.
Dengan beban rata-rata 15 kilogram, peserta berjalan menyusuri catwalk sepanjang 800 meter yang cukup memuaskan para penonton yang sudah sejak siang menantikan pertunjukan spektakuler ini. Penghuni apartemen di sekitar Jalan Ijen pun bisa menyaksikan dari ketinggian.
Tahun ini merupakan penyelenggaraan MFC yang ke-9 dan tahun depan akan digelar dengan sangat megah karena menandai satu dekade pencapaian Malang Flower Carnival. Ditargetkan akan diramaikan oleh lebih banyak peserta, dengan desain dan model busana yang tetap kreatif dan menakjubkan. Bravo wisata Malang! Bukan hanya peserta Jawa Timur yang unjuk gigi, tapi juga luar provinsi bahkan luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H