Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penggemar kopi | pemburu buku bekas

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Minaret

12 April 2019   10:49 Diperbarui: 7 Agustus 2020   07:04 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

/I/

Yang menjulang tanpa akar

batu-batu berjabatan

menyongsong udara lewat seberkas azan

suara-suara nyaring

panggilan paling harum

hanya melenting

di pintu-pintu

inikah mimpi kejayaan

ataukah kematian hati yang kita rayakan?

/II/

Menara-menara bersinar

malam seolah hidup; tembok kemegahan

tiada tahu arah kemiskinan

udara akhirnya mengering

saat orang-orang kehilangan senyum

lupa merapatkan kening

pada wajah bumi yang selalu merindu

terimalah ini sebagai kenyataan

kebodohan kita betapa sulit ditafsirkan!

/III/

Barisan-barisan memudar

serambi singup---begitu hampa segala ruangan 

batu-batu terus bertumpuk, mencapai keindahan

langkah-langkah makin terpuruk, begitu asing

di surga nanti kita memetik aneka kuntum

rumah nan megah, oh, sungai amat bening

maka biarlah kelaparan kita anggap tabu

dan seruan-seruan terus kita abaikan

sebab pesona belaka yang kita inginkan.

Lamongan, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun