/I/
Yang menjulang tanpa akar
batu-batu berjabatan
menyongsong udara lewat seberkas azan
suara-suara nyaring
panggilan paling harum
hanya melenting
di pintu-pintu
inikah mimpi kejayaan
ataukah kematian hati yang kita rayakan?
/II/
Menara-menara bersinar
malam seolah hidup; tembok kemegahan
tiada tahu arah kemiskinan
udara akhirnya mengering
saat orang-orang kehilangan senyum
lupa merapatkan kening
pada wajah bumi yang selalu merindu
terimalah ini sebagai kenyataan
kebodohan kita betapa sulit ditafsirkan!
/III/
Barisan-barisan memudar
serambi singup---begitu hampa segala ruanganÂ
batu-batu terus bertumpuk, mencapai keindahan
langkah-langkah makin terpuruk, begitu asing
di surga nanti kita memetik aneka kuntum
rumah nan megah, oh, sungai amat bening
maka biarlah kelaparan kita anggap tabu
dan seruan-seruan terus kita abaikan
sebab pesona belaka yang kita inginkan.
Lamongan, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H