Pondok pesantren dan sekolah umum sering kali dianggap sebagai dua entitas pendidikan yang berbeda secara signifikan dalam pendekatan agama dan pembentukan karakter. Namun, SMPI An-nuriyah menunjukkan bahwa kedua lembaga tersebut dapat berpadu secara harmonis dalam membangun sikap keseimbangan keagamaan. Seminar yang diadakan di SMPI An-nuriyah pada tanggal 27 Maret 2024, menyoroti pentingnya pendekatan ini dalam menghadapi kompleksitas tantangan keagamaan di era modern.
Sebagai sebuah sekolah berbasis pondok pesantren, SMPI An-nuriyah menerapkan pendekatan yang unik dalam mengintegrasikan ajaran agama Islam dengan kurikulum umum. Seminar yang diadakan di sekolah ini menampilkan M. Nur Nazaruddin, seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sebagai narasumber utama. Dalam seminar yang dihadiri oleh siswa kelas 7,8 dan 9, Nazaruddin memaparkan pentingnya membangun sikap keseimbangan keagamaan di kalangan remaja.
Pertama-tama, Nazaruddin menekankan perlunya memahami bahwa pondok pesantren dan sekolah umum memiliki peran yang sama penting dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa. Meskipun metode dan pendekatan mungkin berbeda, tujuan akhirnya adalah sama: menciptakan individu yang memiliki sikap keseimbangan antara aspek keagamaan dan sekuler.
Dalam paparannya, Nazaruddin menyoroti beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam membangun sikap keseimbangan keagamaan di lingkungan pendidikan. Salah satunya adalah melalui integrasi ajaran agama dalam kurikulum sekuler. Hal ini dapat dilakukan dengan menyelaraskan materi pelajaran dengan nilai-nilai agama yang diajarkan di pondok pesantren. Selain itu, guru juga dapat memanfaatkan momen-momen sehari-hari untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai keagamaan.
Selain itu, Nazaruddin juga menekankan pentingnya dialog antara pondok pesantren dan sekolah umum dalam membangun sikap keseimbangan keagamaan. Kolaborasi antara kedua lembaga pendidikan ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan menyeluruh, di mana siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang agama dan kehidupan sekuler.
Dengan mengakhiri presentasinya, Nazaruddin menegaskan bahwa membangun sikap keseimbangan keagamaan bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan kerja sama yang baik antara pondok pesantren dan sekolah umum, hal tersebut dapat tercapai. Seminar ini memberikan pandangan yang segar dan inspiratif tentang bagaimana lembaga pendidikan dapat berkolaborasi untuk menciptakan generasi muda yang berakhlak mulia dan berwawasan luas dalam keagamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H