Mohon tunggu...
Isnainatul EkaRahmadini
Isnainatul EkaRahmadini Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswi UIN Malang 21/22

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melintasi Lintasan Puncak: Eksplorasi Holistik Remaja

4 Desember 2023   22:48 Diperbarui: 5 Desember 2023   01:26 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Periode remaja merupakan fase yang kritis dalam perkembangan individu. Selama masa ini, remaja mengalami perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk perkembangan kognitif, sosioemosional, serta tantangan dan problematika belajar. Menurut Santrock J. W (2011), perkembangan kognitif remaja mencakup perkembangan kemampuan berpikir abstrak, pemecahan masalah yang lebih kompleks, dan perkembangan identitas. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, remaja mengalami tahap operasi formal, di mana mereka mampu berpikir tentang konsep-konsep abstrak dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia.

Perkembangan kognitif remaja merupakan bagian integral dari tahap perkembangan manusia yang kompleks. Teori perkembangan kognitif Piaget memberikan landasan untuk memahami perkembangan ini. Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan terkenal, mengidentifikasi tahap operasi formal sebagai tahap perkembangan kognitif yang mencirikan remaja.

  • Tahap Operasi Formal
  • Pada tahap ini, yang biasanya terjadi pada usia remaja (sekitar 12 tahun ke atas), individu mampu berpikir secara abstrak dan melakukan operasi mental yang lebih kompleks. Mereka dapat merumuskan dan menguji hipotesis, memahami konsep-konsep abstrak, serta memikirkan kemungkinan dan implikasi dari situasi atau ide.
  • Kemampuan Berpikir Abstrak
  • Remaja yang berada dalam tahap operasi formal dapat memproses informasi secara lebih abstrak. Mereka dapat mengatasi masalah dengan lebih kompleks dan dapat memahami ide-ide atau konsep yang tidak selalu terlihat atau konkret. Kemampuan berpikir abstrak ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan wawasan yang lebih dalam tentang dunia di sekitar mereka.
  • Pemecahan Masalah yang Lebih Kompleks
  • Remaja dalam tahap operasi formal mampu menghadapi masalah-masalah yang lebih kompleks dan menemukan solusi-solusi yang tidak hanya didasarkan pada pengalaman langsung. Mereka dapat menggunakan penalaran abstrak untuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan mereka.
  • Perkembangan Identitas
  • Identitas menjadi fokus penting dalam perkembangan remaja. Pada tahap ini, mereka mulai mencari dan membentuk identitas pribadi mereka. Proses ini melibatkan eksplorasi diri, pemahaman nilai-nilai, dan penentuan tujuan hidup. Remaja mulai memahami siapa mereka, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain.
  • Perencanaan Masa Depan dan Pertimbangan Konsekuensi:
  • Kemampuan untuk berpikir abstrak juga tercermin dalam kemampuan remaja untuk merencanakan masa depan mereka. Mereka dapat mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka dan membuat keputusan yang lebih matang. Ini adalah langkah awal dalam mempersiapkan diri untuk peran dan tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.
  • Pengembangan Pemikiran Kritis:
  • Proses ini menjadi dasar bagi pengembangan pemikiran kritis. Remaja belajar mengevaluasi informasi, memahami argumen, dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang. Pemikiran kritis ini membantu mereka menghadapi tuntutan kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.

Dalam keseluruhan, tahap operasi formal memungkinkan remaja untuk melibatkan diri dalam pemikiran yang lebih kompleks dan membantu membentuk dasar bagi perkembangan kognitif yang lebih lanjut menuju kedewasaan. Ini adalah periode yang penting dalam memahami diri sendiri dan dunia di sekitar mereka.

Santrock J. W (2011) menjelaskan bahwa perkembangan sosioemosional remaja melibatkan pemahaman diri, hubungan sosial, serta pengelolaan emosi. Proses ini melibatkan pengembangan identitas pribadi dan kemandirian, yang merupakan ciri khas fase remaja. Menurut Erikson, konflik inti selama masa remaja adalah antara pencarian identitas dan kebingungan peran.Dalam konteks hubungan sosial, remaja mulai membentuk persahabatan dan menjalin hubungan roman. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan interpersonal dan membentuk dasar untuk hubungan yang lebih dewasa di masa depan. Namun, juga sering kali ada tantangan, seperti konflik dengan orangtua dan tekanan sosial dari teman sebaya.

Problematika belajar remaja dapat bervariasi dari masalah motivasi hingga tantangan dalam menghadapi beban akademis yang semakin meningkat. Santrock J. W (2011) menyajikan pemahaman tentang bagaimana aspek-aspek kognitif dan sosioemosional dapat mempengaruhi kinerja belajar remaja.Beberapa remaja mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi atau kurangnya minat terhadap pendidikan formal, sementara yang lain mungkin menghadapi tekanan tinggi untuk mencapai kesuksesan akademis. Penting bagi pendidik dan orangtua untuk memahami kebutuhan individual remaja dan memberikan dukungan yang sesuai agar mereka dapat mengatasi problematika belajar tersebut.

Dalam konteks pembelajaran dan asesmen, perlu diterapkan model yang memahami keberagaman perkembangan remaja. Santrock J. W (2011) mungkin menyoroti pentingnya pendekatan pendidikan yang memperhitungkan gaya belajar individu, memberikan tantangan yang sesuai, dan membangun lingkungan yang mendukung perkembangan holistik.Model pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif, pemberian konteks praktis, dan penggunaan teknologi sebagai alat pembelajaran dapat menjadi pendekatan yang efektif. Asesmen formatif yang berkelanjutan juga penting untuk memahami kemajuan remaja dan memberikan umpan balik yang memotivasi.

Dengan memahami perkembangan kognitif, sosioemosional, dan problematika belajar remaja, pendidik, dan orangtua dapat memberikan dukungan yang lebih efektif. Setiap remaja adalah individu yang unik, dan penghargaan terhadap perbedaan dalam perkembangan mereka membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kematangan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun