Mohon tunggu...
Isnainatul EkaRahmadini
Isnainatul EkaRahmadini Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswi UIN Malang 21/22

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membuka Jendela ke Dunia Anak: Pemahaman Perkembangan Anak Usia Pertengahan dan Akhir

26 November 2023   21:09 Diperbarui: 26 November 2023   21:55 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada tahap pertengahan perkembangan kognitif anak-anak, terjadi lonjakan signifikan dalam kemampuan berpikir abstrak. Menurut Santrock (2011), anak-anak mulai mampu memahami konsep-konsep yang lebih kompleks dan menerapkan berpikir logis dalam memecahkan masalah. Proses ini mencerminkan perkembangan otak mereka yang semakin matang, memungkinkan mereka mengeksplorasi dunia dengan cara yang lebih abstrak dan reflektif.

Seiring berjalannya waktu, di tahap akhir perkembangan kognitif ini mencapai puncaknya. Anak-anak pada tahap ini mampu berpikir kritis dan analitis secara lebih matang. Santrock (2011) menekankan bahwa kemampuan mereka untuk merancang solusi untuk masalah yang kompleks semakin terasah. Mereka tidak hanya mampu memahami berbagai sudut pandang, tetapi juga dapat mengevaluasi informasi dengan kritis, membentuk dasar untuk pemikiran yang lebih kompleks dan abstrak.

Perkembangan kognitif yang mencapai puncak di tahap akhir ini memberikan landasan kuat bagi kemampuan pemecahan masalah yang lebih kompleks di masa depan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan analitis pada tahap ini menciptakan dasar yang kokoh untuk pengembangan intelektual anak-anak menuju kematangan dan kesuksesan dalam kehidupan mereka yang lebih lanjut.

Tahap pertengahan perkembangan sosioemosional anak-anak memunculkan dorongan kuat untuk diterima dalam kelompok sebaya. Santrock (2011) menyoroti bahwa pada fase ini, hubungan teman sebaya menjadi elemen penting dalam membentuk identitas anak-anak. Mereka mulai merintis jalan dalam mencari jati diri mereka melalui interaksi sosial yang semakin kompleks, menciptakan fondasi untuk perkembangan sosial yang lebih lanjut.

Sementara itu, di tahap akhir perkembangan sosioemosional, fokus anak-anak bertransisi ke pencarian identitas diri yang lebih mendalam. Eksplorasi nilai-nilai dan aspirasi pribadi menjadi pusat perhatian mereka. Konsep diri semakin matang, dan hubungan sosial berkembang menjadi faktor kunci dalam membentuk kepribadian yang unik. Proses ini mencerminkan transformasi sosioemosional yang lebih dalam, di mana anak-anak mulai memahami peran dan posisi mereka dalam masyarakat lebih luas.

Pentingnya identitas diri dan hubungan sosial pada tahap akhir ini memberikan fondasi yang kuat untuk pengembangan sosioemosional selanjutnya. Anak-anak tidak hanya belajar berinteraksi secara efektif dengan teman sebaya, tetapi juga mulai membentuk dasar identitas pribadi yang kokoh. Perkembangan sosioemosional ini menjadi fondasi yang vital untuk kematangan sosial dan emosional anak-anak, mempersiapkan mereka untuk perjalanan menuju kemandirian dan kedewasaan.

Problematika belajar pada tahap pertengahan dan akhir masa perkembangan anak-anak membuka jendela pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Pada tahap pertengahan, tekanan akademis dan kecemasan terkait penilaian sosial muncul sebagai masalah utama. Santrock (2011) menekankan perlunya memberikan dukungan yang tepat untuk membantu anak-anak mengatasi tekanan ini. Dukungan ini dapat melibatkan pendekatan pembelajaran yang mendukung, memberikan ruang bagi kesalahan sebagai bagian dari proses belajar, dan meningkatkan keterampilan regulasi emosi.

Di tahap akhir perkembangan, fokus beralih ke persiapan untuk karir dan masa depan. Anak-anak dihadapkan pada tekanan untuk membuat keputusan penting terkait pendidikan dan karier mereka. Keputusan ini mencakup pemilihan jurusan, perguruan tinggi, atau jalur karier yang sesuai dengan minat dan aspirasi mereka. Problematika belajar pada tahap ini melibatkan kecemasan terkait masa depan, dan dukungan dari guru, orang tua, dan konselor menjadi semakin penting untuk membantu mereka mengambil keputusan yang terinformasi dan meminimalkan tingkat stres.

Dengan pemahaman mendalam terhadap permasalahan belajar pada tahap pertengahan dan akhir, pendekatan pendidikan yang holistik dapat dikembangkan untuk membantu anak-anak melewati tantangan ini dengan sukses. Dengan memberikan dukungan yang tepat dan membimbing mereka dalam pengambilan keputusan, kita dapat membantu membentuk fondasi yang solid untuk masa depan yang sukses dan memuaskan.

Model pembelajaran dan asesmen bagi anak pada tahap pertengahan dan akhir masa perkembangan memiliki peran krusial dalam membentuk fondasi pembelajaran yang efektif dan berkelanjutan. Santrock (2011) menyoroti pentingnya pendekatan pembelajaran yang melibatkan interaksi dan aplikasi konsep dalam situasi nyata. Salah satu model yang direkomendasikan adalah pembelajaran kooperatif, di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi ini bukan hanya membangun kemampuan berpikir kritis, tetapi juga meningkatkan keterampilan sosial anak-anak, mempersiapkan mereka untuk bekerja dalam tim di masa depan.

Asesmen formatif yang terintegrasi menjadi alat penting dalam memahami perkembangan individual siswa. Santrock (2011) menekankan bahwa melalui asesmen formatif, guru dapat memberikan umpan balik yang kontekstual dan relevan, mendukung perkembangan mereka secara personal. Sementara itu, asesmen sumatif memberikan gambaran keseluruhan pencapaian siswa, memungkinkan evaluasi holistik terhadap kemajuan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun