Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sulitnya Mengembangkan Angkutan Umum Perintis

26 Januari 2025   12:36 Diperbarui: 26 Januari 2025   12:36 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya harus bersyukur mendapat kemudahan untuk mengakses angkutan umum di sekitar tempat domisili. Angkutan kota selalu tersedia kapan saja untuk bepergian ke kota terdekat tanpa harus naik ojek dulu. Mungkin yang menjadi kekurangan alat transportasi ini adalah waktu tempuh yang agak lama karena melewati daerah macet atau terlalu lama mengetem untuk menunggu penumpang. 

Akan tetapi angkutan umum untuk pergi ke sekolah tempat Saya mengajar agak sulit karena melewati daerah perkebunan dan perkampungan yang jarang penduduknya. Walaupun setelah daerah yang sepi itu, sekolah melewati jalur angkot lain namun tidak melewati sekolah tempat saya mengajar.  Sarana angkutaan yang paling mudah dan murah adalah dengan mengendarai motor pribadi, karena apabila naik ojek ongkosnya cukup mahal. 

Pernah ada wacana membuat jalur angkot perintis untuk menghubungkan daerah sekitar domisili saya dengan tempat Saya mengajar, namun kelihatannya tidak berlangsung lama. Mungkin prospek penumpang yang tidak terlalu banyak dan kondisi jalan yang kurang baik. Padahal jalan yang Saya selalu tempuh tersebut secara fungsinya sangat bermanfaat bagi warga yang menginginkan jarak yang lebih dekat dan efisien bahan bakar.

Alhamdulillah setelah bertahun-tahun melewati jalan menuju sekolah dengan kondisi seperti sungai, akhirnya jalan tersebut dibeton dan jalan yang seperti sungai itu bisa lebih rapi dan air mengalir sesuai jalurnya. Perbaikan jalan ini bisa mengurangi waktu tempuh menuju sekolah dan mengurangi kerusakan onderdil motor saya. 

Sepinya angkot jalur ini membuat para siswa SMP/SMA yang mengandalkan angkot berkumpul menunggu angkot datang dengan resiko terlambat ke sekolah. Apalagi beberapa tahun sebelumnya, murid-murid yang akan ke sekolah harus bergelantungan atau terpaksa jalan kaki apabila angkot yang ditunggu selalu penuh atau tidak ada.

Ada beberapa jalur angkot yang berasal dari desa-desa pedalaman yang keberangkatannya menunggu jumlah penumpang yang ada. Karena lamanya mengetem ini makanya calon penumpang yang tidak sabar memilih naik ojek untuk pergi ke jalan yang dilalui angkot lebih ramai dari jalur lain.

Keberadaan sekolah tempat Saya mengajar sebetulnya dekat dengan jalan besar yang dilalui bus mini atau mobil colt, namun keberadaannya boleh dikatakan jarang dan tidak menghubungkan tempat domisili siswa dengan sekolah. Padahal apabila ditarik garis lurus dari kediaman murid ke sekolah jaraknya tidak terlalu jauh. Namun kontur tanah yang menanjak dan sepi membuat mereka memilih jalur memutar. 

Akibat kondisi geografis yang sulit ini menyebabkan murid memilih sekolah dengan akses angkot yang mudah dijangkau walaupun  secara jarak lebih jauh dibanding ke sekolah kami. Murid hanya sekali naik angkot dengan ongkos yang murah kapan saja. Adapun murid yang tetap setia sekolah di sekolah kami mengusahakan secara mandiri naik mobil bak terbuka dengan ongkos yang murah. Hanya saja resiko naik mobil bak terbuka adalah mereka berpotensi jatuh dari mobil tersebut.

Pernah diupayakan fihak sekolah bekerja sama dengan sopir angkot untuk menawarkan kepada orang tua siswa untuk anak mereka agar naik angkot supaya lebih aman. Akan tetapi minat dari orang tua tidak kelihatan dan lebih memilih menggunakan mobil bak terbuka.

Mungkin perlu beberapa waktu lebih lama untuk menjadikan angkot sebagai kendaraan yang bisa menjadi sarana angkutan murid kami. Hal ini terjadi karena sekolah kami berada agak jauh dari rumah penduduk, tapi dekat dengan pabrik dan peternakan milik pengusaha.  Kebanyakan warga lebih mudah menggunakan motor pribadi untuk bepergian ke tempat tujuan. 

Saya pernah mengunjungi siswa yang sakit dan orang tuanya menceritakan bahwa mereka membawa anaknya yang sakit parah ke rumah sakit di Cianjur dengan menggunakan motor karena sulitnya mengakses mobil terutama angkot. Tapi ketika pulang dari rumah sakit, mereka bisa menyewa angkot untuk membawa anak mereka ke rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun