Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membayangkan Indahnya Naik Kereta Api

2 November 2024   15:17 Diperbarui: 2 November 2024   15:54 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kecil saya sangat ingin naik kereta api, bahkan ketika ada saudara sepupu yang diajak oleh nenek ke suatu tempat yang dilewati oleh kereta api dan menceritakan melihat kereka api membuat rasa ini menjadi iri. Kemudian setelah beranjak dewasa, ketika musim mudik tiba dan karena musim mudik membuat kesulitan mendapatkan kendaraan untuk ditumpangi, orang tua membawa kami menaiki kereta api dan itulah pengalaman yang sangat berkesan.

Pengalaman naik kereta api ini akan diceritakan kepada teman-teman sepermainan dan berharap suatu saat akan menaikinya lagi. Kondisi ketika menaiki kereta api waktu itu memang tidaklah senyaman waktu sekarang. Tetapi tetap saja pengalaman naik kereta api itu begitu indah. Berebutan naik kereta dan banyaknya pedagang yang hilir mudik memberikan suasana yang berbeda dan berkesan. Hanya saja untuk mencapai stasiun kereta memang memerlukan moda kendaraan lain dan kadang agak ribet waktu itu. 

Suatu waktu saya membaca liputan tentang kereta api di Australia di harian kompas bagian belakangnya, saya seolah-olah terbawa dengan suasana menaiki kereta api mengelilingi benua tersebut. Bagaimana moda transportasi ini terintegrasi dengan moda angkutan lain dan pelayanannya. 

Ketika saya kuliah di Bogor, Saya beberapa kali menaiki kereta api ke Jakarta, baik untuk mengunjungi keluarga maupun untuk ikut tes di sebuah perguruan tinggi. Saya sempat mengalami bergelantungan naik kereta api dan waktu itu ada penumpang yang kecopetan, kebetulan waktu itu ada aparat dan sempat tas saya diperiksa. Pengalaman itu terus teringat sampai sekarang dan menjadi kenangan. Banyaknya penumpang yang berdiri membuat kita berhadapan dengan orang-orang yang bergelantungan ataupun kita yang bergelantungan sampai ada kesempatan duduk.

Pernah pula ketika saya pulang dari praktik lapangan beserta teman-teman dari daerah di sebelah selatan bogor, kami berencana naik kereta api, namun loket karcis tutup karena sudah sore. Tapi kami masih bisa naik kereta api tersebut dengan gratis dan memandangi pemandangan pinggir sungai menuju Bogor. 

Bertahun-tahun kemudian saya baru bisa menaiki kereta api beserta keluarga yaitu dengan isteri dan anak-anak serta keluarga kakak ipar. Naik kereta kali ini bukan dalam rangka keperluan mengunjungi keluarga atau tes, tetapi memang ingin menikmati perjalanan naik kereta api dari Cianjur ke Sukabumi, kemudian kembali lagi. 

Rencana pertama gagal untuk naik kereta api, karena kami kira kami dapat langsung membeli tiket dan berangkat naik kereta api. Kenyataannya tiket harus dibeli jauh hari sebelumnya, atau melalui pemebelian tiket online. Akhirnya, Saya dan keluarga menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota Cianjur. 

Untuk rencana kedua kalinya, dengan bantuan keponakan dilakukan pembelian tiket online dan dihari yang ditentukan kami dapat langsung berangkat naik kereta api. Kondisi stasiun sangat bersih dan rapi sehingga nyaman dalam menunggu datangnya kereta. Kemudian anak kami bisa melihat dekat kereta api dan menjadikan pengalaman yang berharga selama hidupnya.

Ketika sampai di Sukabumi, Kami mengunjungi tempat berenang anak-anak dengan menaiki angkot. Hal ini kami lakukan karena jadwal kereta ke cianjur adanya di sore hari. Ketika pulang menuju stasiun kami pun naik angkot,namun kondisinya hujan dan kami berteduh dan sayangnya untuk menuju ke depan stasiun kami harus berjalan memutar cukup jauh. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Menunggu kereta ke Cianjur cukup lama karena keretanya belum datang. Setelah datang datang kereta, Kami menunggu sebentar dan kereta  berangkat samapi akhirnya sampai di waktu malam. 

Dari ongkosnya memang terjangkau, namun karena jarak dari rumah ke stasiun cukup jauh sehingga harus memborong angkot. Dan sebenarnya keinginan untuk naik kereta api itu tetap ada, karena naik ke kereta api memberikan kesan yang berbeda. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun