Menikah memiliki tujuan yang sangat mulia. Dengan menikah tujuan memiliki keluarga yang bahagia, beranak pinak dan tujuan baik lainnya dapat terlaksana. Namun kenyataannya niat untuk menikah lebih awal belum tentu dapat terlaksana karena berbagai alasan yang sulit dipecahkan. Ketika niat menikah terwujud dengan calon pasangan, ternyata banyak sekali rintangan yang menghadang baik dari pasangan itu sendiri maupun dari luar.
Menikah merupakan harapan yang akan terbentuk dari dua insan yang sudah berniat dan ingin membentuk suatu keluarga. Harapan itu tentunya harapan agar calon pasangan juga mempunyai niat yang sama, karena bila tidak ada keinginan dari calon pasangan maka niat untuk menikah juga menjadi berat.
Setelah ada niat yang sama, alasan-alasan untuk menunda pernikahan datang menyusul. Misalnya menunggu dukungan dari keluarga masing-masing pasangan untuk mencapai jenjang pernikahan. Pernikahan memang komitmen dari kedua calon pasangan, namun restu dari orang tua kedua belah fihak sangat dibutuhkan. Meyakinkan kedua orang tua bahwa pasangan yang terpilih adalah yang terbaik sangat diperlukan.
Restu dari orang tua akan lebih mempercepat proses pernikahan, karena dorongan pernikahan bukan sekedar restu tapi juga dukungan finansial dan dukungan keluarga besar dalam proses pernikahan.
Alasan menunda pernikahan yang lain adalah karena calon pasangan masih menjalani proses pendidikan. Proses pendidikan memerlukan tenaga dan waktu untuk belajar serta biaya kuliah yang tidak sedikit. Apabila sesudah menikah maka waktu dan biaya akan terbagi dengan keperluan dan kepentingan keluarga. Tapi apabila pendidikan telah selesai, maka pasangan hidup bisa lebih fokus dalam membiayai, memberikan perhatian kepada keluarga.
Pernikahan akan tertunda juga karena calon pasangan harus menempuh pekerjaan yang tidak boleh menikah dalam waktu tertentu atau untuk fokus pada pekerjaan tersebut. Bekerja untuk mengumpulkan modal untuk usaha yang lebih prosfek atau untuk biaya menikah itu sendiri. Banyak calon pengantin yang sebenarnya berharap dapat membiayai pernikahannya sendiri, namun kenyataannya dukungan keluarga dalam membiayai pernikahan masih dibutuhkan.
Kekhawatiran untuk menikah juga dapat terjadi karena menimbang resiko yang akan dihadapi setelah menikah. Ketakutan tidak dapat memberi nafkah dan biaya hidup setelah menikah, setelah punya anak dan seterusnya. Kekhawatiran ini bisa dikurangi dengan adanya komunikasi dengan calon pasangan dan membicarakan rencana keluarga yang akan mereka hadapi. Calon pasangan dapat saling memahami apa saja yang dibutuhkan dan rencana apa saja setelah menikah.
Apabila sudah ada kesamaan visi dan misi calon pasangan maka menunda menikah kemungkinannya akan semakin kecil. Calon pasangan akan mencari solusi untuk menjawab setiap persoalan yang timbul. Demikian pula setelah menikahnya akan mengurangi konflik dalam pernikahannya karena telah mengetahui kondisi masing-masing.
Menunda atau tidak menunda pernikahan tentunya disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Mencari saat yang tepat untuk menikah tentunya harus menyesuaikan dengan kondisi calon pasangan, pekerjaan, pendidikan, ekonomi atau juga kondisi keluarga itu sendiri. Orang lain tidak bisa menentukan kita harus menikah atau menundanya karena mereka mungkin tidak tahu apa yang dihadapi oleh calon pasangan dan keluarganya.
Bagaimanapun orang yang menanyakan kapan kita akan menikah belum tentu mau ikut membiayai pernikahan atau menyumbang waktu kita menikah. Mereka hanya mau memberikan motivasi dan belum tentu memberikan solusi. Karena pernikahan bukan sekedar menyatukan dua individu, tetapi juga keluarga besar yang berbeda latar belakangnya. Permasalahan-permasalahan yang timbul karena perbedaan ini tentunya tidak bisa diabaikan begitu saja.
Usia harus dijadikan pertimbangan untuk menunda menikah, karena terlalu lama menunda menikah juga akan melewatkan masa-masa produktif pasangan. Kondisi fisik manusia ada waktunya menurun setelah  melewati masa puncak. Menunda menikah atau tidak tentunya disesuaikan dengan banyak hal agar tercapai kondisi keseimbangan.Â