Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Upaya Menabung Air Tanah Untuk Kelestarian Alam

30 Oktober 2023   20:11 Diperbarui: 30 Oktober 2023   20:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air merupakan kebutuhan pokok manusia dan makhluk hidup lainnya. Keberadaannya kadang diabaikan dalam kehidupan sehari-hari, bila berlebih dibuang begitu saja, dan bila kurang baru terasa butuhnya.

Beberapa aturan adat menyebutkan bahwa ada istilah beberapa jenis hutan yang katanya tidak boleh diganggu yang fungsinya sebagai tempat menabung air tanah dan juga untuk mencegah terjadinya banjir. Selain itu ada upaya orang tua dulu untuk menanam bambu diperbukitan yang fungsinya untuk menyediakan air bagi sawah yang ada di bawahnya.

Di desa kami, air sawah bersumber dari tempat yang lebih tinggi yaitu dari gunung-gunung. Melewati sungai-sungai kemudian dialirkan ke sawah-sawah. Dari sawah-sawah ini air mengalir ke sawah yang lain atau kembali ke sungai. Dari sungai kecil ini, air ada yang diambil ke rumah-rumah penduduk atau ke kolam-kolam. Makanya air yang sampai ke kolam-kolam atau rumah penduduk sangat tergantung dengan kondisi di hulunya. 

Pengurusan air yang berasal dari hulu ini dilakukan secara gotong royong. Bilamana ada kerusakan pada bendungan maka warga akan bersama-sama memperbaiki bendungan tersebut. Namun adakalanya kerusakan di hulu tidak bisa diatasi seperti adanya banjir lumpur yang menyebabkan pengotoran kolam-kolam di pemukiman.

Untuk memenuhi kebutuhan air minum, kebanyakan warga akan mengambil air dari sumber air yang berada di kampung yang lain dan ada juga yang membeli air isi ulang. Air sumur digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus saja karena kualitas air dari sumur-sumur bekas sawah biasanya berwarna kekuning-kuningan. 

Penggunaan air sumur sangat terbatas kuantitas dan kualitasnya. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas air sumur, maka  digunakan air tambahan dari luar. Makanya berseliweran selang/pipa air  di antara rumah yang yang ditambahkan ke air sumur yang ada di rumah-rumah. Hasilnya air lebih jernih dan volumenya lebih banyak. Masalahnya adalah perawatan pipa atau selang yang mampat karena banyaknya lumpur, sehingga pemilik pipa harus selalu memeriksa dan membersihkan pipa atau selang tersebut.

Pembuatan sumur di perkampungan tidak sebebas dulu di mana saja. Adanya septic tank di setiap rumah juga memerlukan jarak yang cukup dengan sumur. Paling tidak harus dijaga agar air dari septic tank tidak merembes ke sumur dan kualitas air tetap terjaga. Pembuatan sumur atau septik tank juga harus mempertimbangkan jarak dengan sumur atau septik tank yang lain, bisa saja ada tetangga yang keberatan dengan pembuatan septik tank atau sumur tersebut.

Di tempat yang lain, sumber air tidak mudah didapatkan. Sumur-sumur tidak terlalu banyak mengeluarkan air, apalagi di musim kemarau padahal sumur sudah sangat dalam. Di musim kemarau di daerah tersebut, volume air sungai sangat rendah sehingga batu-batu terlihat di tengah sungai. Tetapi di musim hujan volume air sangat melimpah bahkan bisa menyebabkan abrasi dan banjir meluap ke sekitar pinggir sungai. 

Masyarakat sudah mengamati dan memprediksi banjir besar akan datang setiap lima tahun sekali. Banjir ini merugikan baik moril maupun materil yang tidak sedikit. Air yang melimpah tidak menjadi manfaat bagi masyarakat tetapi menjadi bencana, di sisi lain masyarakat sangat kekurangan air di musim kemarau.

Salah satu upaya menabung air tanah adalah dengan mengadakan sumur  resapan dan ada juga dengan membuat lubang biopori. Yang paling menarik bagi Saya adalah pembuatan lubang biopori karena selain membuat lubang juga bisa digunakan untuk mengubur sampah organik yang fungsinya untuk menyuburkan tanaman.

Salah seorang teman pernah menceritakan tentang pembuatan lubang biopori di halaman rumahnya yang berdampak pada ketersediaan air sumur. Namun secara umum gerakan pembuatan biopori ini belum dilakukan dengan maksimal, seolah masih dilakukan karena tren saja dan sepi kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun