Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warung dan Pemenuhan Kebutuhan Warga Sekolah

17 Oktober 2023   15:02 Diperbarui: 17 Oktober 2023   15:06 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Saya bertugas di daerah selatan Kabupaten Cianjur, Saya dan keluarga sempat bingung dengan bagaimana Saya makan, bagaimana Saya mondok dan sebagainya. Namun kekhawatiran itu sedikit demi sedikit mulai berkurang. Hal itu bisa terjadi karena rasa kekeluargaan dari penduduk sekitar sekolah yang membuat Kami sebagai pendatang diterima di sana. 

Di sekitar kami, penduduk sudah terbiasa menerima siswa atau guru pendatang yang tinggal dan sekaligus menyediakan makanan. Beberapa rumah membuka warung baik itu warung kelontong, rumah makan, atau warung-warung yang menjual kebutuhan orang-orang di sekitar sekolah. 

Pertama kali datang ke tempat tersebut, Saya sempat membayar untuk tinggal secara bulanan. Untuk makan, Saya membayar perminggu dengan lauk mengikuti lauk yang dimakan oleh pemilik rumah. Dengan mengikuti makanan penduduk setempat, Saya merasakan apa saja yang mereka makan. 

Pada kesempatan lain, penduduk setempat ada yang membuat warung makanan. Setiap siang hari selepas mengajar, Saya menyempatkan mengunjungi warung tersebut untuk makan siang. Jenis makanan yang disediakan memang cukup enak dengan harga sekitar sepuluh ribuan. 

Menunya berupa daging ayam yang diolah menjadi berbagai masakan, sampai menu lain. Namun sayangnya bila waktu libur, warung tersebut tidak terlalu banyak pengunjung, karena tidak ada anak atau guru yang membeli. Pembeli warga sekitar tidak terlalu banyak. 

Sore harinya, Saya sering membeli makanan di warung yang dekat dengan tempat kosan. Menunya memang agak sederhana, seperti goreng telur atau karedok. Namun setelah makan sore ini, Saya cukup merasa kenyang sampai ketemu pagi lagi. Di pagi hari, Saya biasanya memasak mie dan ngopi. Itulah keseharian Saya dalam makan ketika bertugas jauh dari keluarga. 

Kalaupun Kita belum makan, penduduk setempat tidak segan menawarkan makan kepada kita. Tentunya Saya tidak bisa makan begitu saja, kecuali membayar apa yang Saya makan. Mengikuti kegiatan masyarakat di sana, Saya bisa ikut makan-makan karena ada acara keluarga. Misalnya ada yang syukuran ulang tahun, atau acara-acara lainnya. 

Sebagai perantau, tentunya mengukur kemampuan keuangan untuk makan atau memenuhi kebutuhan lainnya suatu kemestian. Makan makanan yang memenuhi syarat kesehatan, atau memenuhi kebutuhan lainnya. 

Selain harga, ada tidaknya barang juga menjadi pertimbangan. Di tempat Saya bertugas, ketersediaan barang juga kadang tidak bisa dipastikan. Misalnya bila kita masak sendiri, maka untuk membeli sayuran atau ikan asin, Kita harus membeli ke pasar di hari Jumat, Minggu atau Rabu. Karena di hari lain tidak ada yang menjual.

Keberadaan warung-warung di sekitar tempat kerja sangat membantu Kami yang bekerja dan jauh dari keluarga. Kesibukan kerja dan tidak adanya alat masak serta kepandaian memasak menjadi alasan Kami untuk membeli saja. 

Kenyataannya kegiatan membeli makanan di luar itu banyak sekali manfaatnya, diantaranya adalah untuk lebih mengakrabkan diri dengan penduduk setempat, dan bisa mendapatkan informasi atau isu-isu yang sedang berkembang di daerah tersebut. 

Kegiatan makan di rumah makan ini menyebabkan hubungan dengan tukang warung terasa seperti keluarga. Apabila Kita tidak ada, mereka akan merasa kehilangan, bahkan setelah bertahun-tahun tidak bertugas di tempat tersebut kami dan penjual makanan tersebut masih saling mencari kabar. Sehatkah ? atau masih hidupkah? atau bagaimana kabar keluarganya?. 

Salah seorang penjual makanan langganan saya adalah Wa Sari. Setiap sore Saya sering membeli makanan dari beliau. Selain menjual makanan, beliau juga menyediakan jasa pemondokan bagi guru-guru atau murid yang tinggalnya jauh. Beberapa pemondok ada juga yang berasal dari kota atau kabupaten lain. Karena kebaikannya beliau selalu ditanyakan oleh orang orang yang pernah menerima kebaikannya walau jarak memisahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun