Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hadirnya Pasar Merubah Tempat Jin Buang Anak Menjadi Ramai

19 Agustus 2023   11:06 Diperbarui: 19 Agustus 2023   14:25 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun 2000-an, kawasan sekitar Cibadak Pesantren Kecamatan Pacet dan Sukaresmi Kabupaten Cianjur merupakan daerah yang dikelilingi oleh pesawahan. Terdapat perempatan Joglo (Jalan Anyar) yang menjadi persimpangan jalan Cipanas- Mariwati dan Jalan Hanjawar-Pacet, namun sekitar perempatan Joglo ini sebelumnya hanya pesawahan, dan agak jauh dari perempatan itu terdapat Kampung Cibadak Pesantren dan Kampung Joglo.

Suasana sebelum Tahun 2000-an, perempatan Joglo tidak terlalu ramai, walaupun sudah ada pangkalan ojek untuk menuju daerah Sukanagalih dan Desa Cibodas, karena angkutan ke kedua daerah itu masih jarang. Perempatan joglo hanya menjadi transit penumpang dari angkutan kota (angkot) atau angkutan pedesaan ke ojeg menuju beberapa tempat tujuan.

Penduduk sekitar maupun penduduk yang letaknya jauh dari Cipanas akan berbelanja dan memenuhi kebutuhannya ke Pasar Cipanas. Cipanas merupakan kota kecil yang menjadi pusat perbelanjaan bagi warga sekitar yang memerlukan sayuran, kebutuhan bahan makanan pokok maupun kebutuhan lainnya seperti alat elektronik. Bahkan Cipanas merupakan daerah tempat hiburan yang menyenangkan bagi warga sekitar seperti adanya bioskop dan jajanan yang tidak ada di pedesaan.

Perubahan daerah perempatan Joglo mulai terasa ketika munculnya pusat perbelanjaan yang dikenal dengan pasar GSP. GSP adalah pengembang yang membangun pasar tersebut yang merupakan kependekan dari Guna Suci Persada. Padahal nama pasar ini kalau dari plangnya adalah CTC, Cibadak Trade Centre. Namun orang sekitar lebih mengenal GSP dari pada CTC.

Pembangunan pasar ini tidak begitu saja membuat tempat ini ramai. Karena pasar GSP ini pada awalnya belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Barang-barang yang tersedia belum begitu lengkap, masyarakat masih tetap berbelanja ke Cipanas, dan pasar ini masih sepi. 

Untuk membuat tempat ini ramai, pernah suatu waktu pengelola mengadakan acara yang mengundang lembaga-lembaga seperti sekolah untuk menampilkan pameran dan pementasan musik. Kebetulan waktu itu mulai tumbuh sekolah-sekolah baru baik swasta maupun Negeri di sekitar wilayah tersebut yang memerlukan momen tersebut untuk promosi gratis. 

Masyarakat mulai melirik pasar GSP untuk menjadi alternatif tempat belanja karena lebih dekat dan kios-kios mulai terisi baik oleh pedagang/pemilik lokal maupun dari pedagang/pemilik dari luar. Beberapa pedagang/pemilik lokal mulai mencoba berdagang dan bila tidak melanjutkan usaha dagangnya karena kurang menguntungkan, mereka akan menyewakan atau menjual kiosnya tersebut. 

Seiring berjalannya waktu, di sekitar jalan menuju pasar mulai berdiri klinik-klinik dokter dan usaha dagang lainnya. Pasar mulai melebar dan menimbulkan kemacetan di waktu tertentu. Seperti di awal Ramadhan atau ketika menjelang lebaran atau tahun baru. Posisinya yang tidak terlalu jauh dari tempat rekreasi menyebabkan daerah ini semakin ramai dengan para pelancong yang melewati pasar ini baik untuk sekedar lewat atau memenuhi kebutuhan mereka.

Masyarakat yang akan berbelanja ke Cipanas mulai melirik pasar GSP sebagai tempat berbelanja, kecuali untuk barang-barang yang tidak tersedia, karena memang pasar Cipanas masih lebih lengkap dari pada pasar GSP. Namun seiring waktu pasar ini semakin lengkap dan melebar dari bangunan asal. 

Sepanjang jalan Cipanas Mariwati mulai di pinggirnya mulai banyak dibangun warung/toko maupun ruko-ruko. Berbagai jasa mulai dari bengkel, klinik atau usaha dagang/jasa lainnya bermunculan. Bahkan ada beberapa rumah yang merubah depan rumah mereka dari hanya sekedar taman menjadi ruko/toko untuk disewakan atau digunakan sendiri. Begitu pula pinggir  Jalan Hanjawar-Pacet yang tadinya hanya hamparan sawah berubah menjadi gedung-gedung ruko dan juga perumahan.

Dampak lain dari munculnya pasar dan ruko-ruko serta usaha jasa lainnya adalah harga tanah yang merangkak naik. Harga tanah sekitar jalan Hanjawar-Pacet dan Cipanas-Mariwati naik berlipat. Mungkin saja ada beberapa orang yang melihat potensi naiknya harga tanah ini memanfaatkan momen dengan sebaiknya. Mereka membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga tinggi. Harga kios pun katanya semakin lama semakin naik. Menyewakan kios juga menjadi mesin uang cukup menggiurkan dengan harga sewa yang terus meningkat. 

Pasar memang mengumpulkan orang-orang yang tadinya jarang bertemu menjadi bertemu. Seperti halnya pasar GSP yang mempertemukan antara pelanggan dan penjual, dan juga tempat bertemunya antara pembeli dengan pembeli. Silaturahmi bisa terjadi di pasar, karena dikumpulkan oleh kebutuhan. Saya bisa bertemu dengan tetangga tidak di kampung kami tinggal, tapi bertemu di pasar karena tetangga tersebut seorang penjual daging ayam di pasar.

Pasar GSP menjadi tempat bagi sebagian penduduk untuk mencari nafkah. Para pedagang di GSP ini ternyata ada juga yang berasal dari daerah lain karena pasar di tempat mereka berasal dipindahkan ke tempat yang tidak begitu strategis. Pedagang itu selalu mengikuti kemana orang banyak pergi, karena mereka akan mencari pembeli. 

Bila sebelumnya perempatan joglo hanya menjadi lintasan saja, maka setelah ada pasar GSP tempat ini menjadi tujuan berbelanja. Apalagi dengan adanya trayek GSP-Sukanagalih-Cipanas yang bisa melayani orang-orang dari sekitar Kota Bunga ke pasar GSP dan juga transit para pelajar yang akan pergi pulang ke sekolah.

Selain itu ada juga terminal untuk angkutan penumpang ke daerah pelosok, yaitu mobil jurusan Cipari maupun Sadamaya yang sebelumnya tidak ada. Sebelumnya terminal angkutan penumpang kedua jalur ini berada di Cipanas, namun sekarang berpindah ke sekitar pasar GSP. Pasar GSP berubah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Saya membayangkan bagaimana pasar yang berada di daerah Cianjur selatan yang diadakannya seminggu sekali. Para pedagang berpindah tempat dari satu desa ke desa yang lain.  Ada Pasar Senen, Pasar Rabu atau Pasar hari lainnya. Para pedagang sudah punya waktu tertentu untuk sama-sama berjualan, dan demikian pula para konsumen sudah tahu kapan mereka harus berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya. 

Namun di hari selain hari pasar, pasar tersebut akan sepi. Yang ada hanya lapak-lapak yang kosong dan akan ramai kembali di hari pasar. Saya pernah pergi ke pasar untuk berbelanja ke pasar mingguan, dan ternyata pasar tersebut sepi karena bukan waktunya,  tidak ada pedagang maupun pembeli.  

Adanya perdagangan telah membuat manusia satu dengan yang lainnya terhubung, dan masyarakat bisa terpenuhi kebutuhannya dengan cara yang murah. Para pedagang ini mempermudah distribusi barang dari satu tempat ke tempat lainnya dan tentunya mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang mereka harapkan. Mungkin saja tempat-tempat yang tadinya sepi akan menjadi ramai  dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dengan adanya pasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun