Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bulan Ramadhan adalah Bulan Latihan Pengembangan Karakter

26 Maret 2023   17:01 Diperbarui: 26 Maret 2023   22:24 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan ramadhan adalah bulan yang melatih perilaku manusia untuk lebih baik. Bulan ramadhan melatih kebiasaan yang kurang baik menjadi lebih baik dalam melaksanakan ibadah dan diharapkaan juga bisa melatih kebiasaan hidup yang baik dalam bidang yang lain.

Datangnya bulan ramadhan memperkenalkan anak-anak kami untuk bangun pagi-pagi untuk melaksanakan sahur. Kebiasaan anak-anak kami bangun kesiangan dan tidur sudah larut malam dengan sendirinya berubah karena harus melaksanakan sahur.  Anak-anak harus tidur agar tidak bangun kesiangan untuk melaksanakan sahur.

Malam pertama sahur, semua anak sudah bisa bangun dan ikut sahur, kemudian anak-anak dilatih untuk melaksanakan shalat subuh, setelah itu ada yang tidur, main game atau melaksanakan kegiatan masing-masing. Kebanyakan waktu seharian adalah tidur, sisanya main atau nonton.

Ada anak kami yang ketahuan makan makanan dari tutup saji, segera Saya peringatkan dan dengan senyum - senyum dia bilang cuma sedikit. Anak belum mengerti bahwa makan sedikit saja sudah membatalkan puasa. Tapi anak tersebut mau melanjutkan shaumnya sampai magrib. Anak mulai belajar seperti apa puasa yang benar dan punya keinginan yang kuat untuk bisa berpuasa sampai maghrib.

Anak kami yang keempat belum bisa melepaskan kebiasaan minum susu memakai dot, padahal Ia sudah kelas 1 SD. Hari pertama Ia bisa mengikuti shaum sampai magrib, namun Ia kelihatan lemes sekali. Hari ke-dua, Ibunya tidak tega menyuruh puasa, jadi dibiarkan sekuatnya saja. 

Lalu ketika sahur ke-3, ibunya memberikan susu satu botol karena terlalu mengantuk, dan Ia pun dibiarkan puasa sekemampuannya tanpa paksaan. Ditawari untuk buka beberapa kali, Ia malah menolak dan Ia pun dapat berpuasa hingga magrib.

Setelah masuk SD, mungkin anak tersebut mulai menyadari bagaimana berpuasa. Ia mungkin belajar dari teman dan saudarinya yang lain bagaimana berpuasa. Mereka (kakak beradik) saling bertukar informasi tentang bagaimana memprkatikan agama dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mereka dan dengan apa yang mereka temukan dalam pergaulannya di sekolah.

Kesadaran mempraktikan ajaran agama di rumah atau sekolah tidak selamanya dalam grafik menanjak. Salah satu anak kadang dengan penuh kesadaran untuk beribadah dalam suatu waktu, namun kemudian agak malas di waktu yang lain. Dan kadang bergantian dengan anak yang lain. Grafik naik turun dalam beribadah kami biarkan karena kondisi anak tersebut berbeda-beda tiap waktunya.

Bulan Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk membangkitkan semangat beribadah yang mulai kendor. Selain meningkatkan kesadaran mengerjkan yang wajib, juga melatih mengerjakan ibadah sunat. Misalnya kebiasaan melaksanakan shalat tarawih untuk anak-anak. Shalat tarawih malam pertama, keempat anak pergi tarawih, sedangkan anak bungsu bersama ibunya di rumah. 

Anak-anak belajar bergabung dengan warga yang lain untuk shalat tarawih di mesjid dengan arahan shalat sekemampuannya saja. Dengan shalat tarawih, anak-anak bergaul dengan warga sekitar yang pada kehidupan bulan-bulan biasa jarang sekali dilakukan karena keluarga kami tidak terlalu bersinggungan dengan warga sekitar. Target shalat tarawihnya pun tidak muluk-muluk, yang penting mengerjakan shalat isya dan shalat tarawih sekuatnya saja.

Kebiasaan shalat tarawih melatih anak untuk kuat dan taat mengerjakan shalat dengan bilangan rakaat yang lebih banyak. Tentunya banyaknya rakaat ini bisa menjadi pembanding untuk mengerjakan shalat wajib yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Selain itu juga untuk meningkatkan kesadaran anak untuk tahu mana yang wajib dan mana yang sunat. Mana yang boleh ditinggalkan dan mana yang tidak boleh ditinggalkan.

Anak yang pertama juga mulai mengikuti kegiatan ramadhan di luar sekolah. Lingkungan pertemanannya di sekolah mendorong Ia untuk ikut kegiatan membuat sanlat (Pesantren Kilat) untuk anak SD. Sebagai orang tua, Kami hanya mendorong anak untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat dengan tetap mengawasi dari jauh. Kelihatan Ia lebih giat untuk shalat tarawih dan mau membantu adik-adiknya.

Proses mendidik anak memang tidak bisa instan, dan Bulan Ramadhan bisa menjadi media bagi anak untuk berproses menjadi lebih baik dalam karakter. Karena pendidikan yang baik berdampak sangat besar bagi kehidupan kita.  

   

  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun