Sebagai seorang pendidik di suatu sekolah yang berada di pinggiran, Saya bisa merasakan betapa kurangnya minat siswa dalam membaca. Kelemahaan ini dapat terlihat dari hasil ulangan siswa yang nilainya masih minim, dan jauh dari yang diharapkan. Berbagai metode pembelajaran dan media yang digunakan belum bisa merubah kemampuan siswa secara signifikan.Â
Kurangnya membaca bisa dirasakan karena siswa sudah dilengkapi dengan buku dan kegiatan pembelajaran yang membedah isi buku secara langsung maupun tidak langsung, namun kenyataannya bukunya jarang dibaca atau dibuka.Â
Perpustakaan hanya buka ketika istirahat dan tidak bisa melayani anak dengan maksimal. Penghargaan siswa kepada buku belum menjadi adab yang dibiasakan. Pembiasaan membaca pada siswa belum maksimal dilakukan, walaupun sudah  mulai dilakukan pada awal pembelajaran.Â
Pembiasaan membaca di rumah juga menghadapi kendala hampir serupa. Sebagian anak memang sudah hobi membaca sejak kecil, dan sebagian lagi sulit untuk tahan membaca. Jangankan untuk hobi membaca, kemampuan anak membaca pun masih lambat.Â
Anak lebih tertarik menonton TV atau HP dibandingkan membaca buku walaupun buku bergambar. Â Anak lebih suka menggambar dari pada menulis, makanya kertas hvs banyak terbuang untuk menggambar.
Berbagai upaya untuk membiasakan anak hobi membaca telah dilakukan, diantaranya dengan menediakan berbagai buku anak dan majalah anak. Namun hanya sedikit menarik minat  anak, buku-buku atau majalah tersimpan rapih di rak buku. Anak lebih tertarik menonton youtube dan memperoleh informasi dari media tersebut.
Menonton youtube memang meningkatkan kemampuan berpikir anak. Anak memperoleh informasi yang menarik dan tidak membosankan, apalagi dengan menonton video pendek anak tidak pernah bosan.Â
Anak memperoleh informasi yang terasa berat kalau diajarkan di sekolah, namun begitu mudah dimengerti dengan menonton youtube sendiri. Kami sebagai orang tua kadang terkejut dengan kemampuan  berpikir anak ini karena kami tidak pernah ajarkan. Apalagi kemampuan berbahasa yang begitu mudah anak-anak ucapkan, seperti kemampuan berbahasa asing.
Sayang sekali pengaruh tontonan dari youtube ini bukan hanya yang positifnya saja yang didapatkan anak, tetapi juga yang negatifnya. Contohnya kebiasaan anak mengucapkan kata-kata kasar, tidak sopan dan kurang pantas. Contoh lainnya adalah anak menyukai video-video yang mengarah kepada kekerasan, hal-hal menyeramkan dan hal-hal yang kurang pantas.
Ketika anak mengalami ini tentunya orang tua akan terkejut, dan mulailah kita sebagai orang tua menyadari betapa pentingnya pengawasan orang tua dalam menyaring tontonan anak. Dan sayangnya tidak semua orang tua bisa memfilter tontonan anak karena orang tua tidak bisa mensetting media yang ditonton anak. Apalagi anak lebih sulit untuk dilarang menggunakan gawai yang mereka pegang.
Dilema orang tua zaman sekarang adalah anak terbiasa menggunakan gawai dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan banyak hal yang harus disaring dari apa yang mereka tonton.Â
Dari bangun tidur sampai tidur lagi, anak tidak bisa lepas dari gawai yang mereka pegang. Apabila anak disuruh untuk melakukan pekerjaan rumah, anak akan sulit melakukannya. Kalau disuruh sesuatu oleh orang tua akan memerlukan waktu yang lama untuk mau mengerjakannya.
Anak zaman sekarang apabila mempunyai cita-cita bukan lagi ingin jadi dokter atau TNI seperti zaman Kami kecil, tetapi mereka ingin menjadi youtuber. Sehingga mereka walaupun masih kecil, mereka terbiasa membuat video tanpa diajarkan oleh orang dewasa. Namun terkadang mereka membuat video yang kurang pantas (walaupun kartun) karena mengikuti tren yang ada di youtube. Di sini pun orang tua perlu pula mengarahkan agar anak tidak salah arah.
Kemampuan membuat video inipun memacu anak untuk bisa membaca dan menulis yang benar. Kami sempat tertawa melihat tulisan video yang anak kami tulis yang ternyata maksudnya menulis "subscribe, like dan share" namun tidak tertulis demikian. Demikian pula ada anak kami yang main game yang yang berbahasa Inggris, dan lucunya Ia mencari arti tiap kata dari game itu melalui google translate tanpa Kami ajarkan.Â
Ternyata dengan bantuan gawai dan jaringan internet anak lebih mudah belajar sekaligus membuat orang tua lebih extra hati-hati dalam mempercayakan gawai pada anak.
 #catatan orang tua 5 anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H