Makanan adalah kebutuhan primer bagi manusia. Tidak selamanya makanan dapat dipenuhi dengan memasak sendiri, kalaupun kita dapat memasak sendiri tentunya kita memerlukan bahan makanan dan bahan lainnya yang mudah didapatkan. Bagaimana halnya apabila Kita membutuhkan makanan di waktu malam yang biasanya warung-warung sering tutup, dan kemungkinan kecil Kita bisa mengetuk rumah pemilik warung untuk memenuhi kebutuhan Kita.
Memiliki keluarga dengan beberapa anak tentunya mempunyai beban untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan anggota keluarga tersebut. Kebutuhan yang sering dialami adalah susu, popok, atau jajanan yang memang sewaktu-waktu diperlukan. Masalah yang sering muncul adalah warung langganan Kita sering sudah pada tutup. Akhirnya Kami mencari ke warung yang masih buka walaupun harganya agak mahal dibandingkan belanja di warung langganan.Â
Warung langganan Kami sering kali sudah tutup pada jam 8 malam. Hal ini dilakukan karena pemilik warung sudah agak capek dan tidak ada yang mengganti melayani pembeli. Demikian pula warung tersebut buka pada jam 7 pagi, sedangkan pembeli sudah memerlukan belanja pada jam 6-an pagi. Â
Beruntung sekali di depan rumah Kami ada tetangga yang sering berjualan sampai larut malam. Jualan di waktu malam merupakan upaya untuk meraup rizki dan juga menolong orang yang membutuhkan keperluan darurat. Keperluan di waktu malam memang susah diperkirakan dan datang mendadak walaupun kebanyakan orang tidur nyenyak.
Saya jarang belanja ke warung kelontong yang dekat rumah karena ada warung yang agak jauh namun harganya harga grosir, sehingga  Kami lebih memilih berbelanja ke warung yang menjual dengan harga grosir. Tapi di waktu malam  setelah isya, Saya tidak ada pilihan untuk belanja dan yang ada adalah warung kelontong yang buka sampai larut malam.Â
Persaingan dagang antar warung memang cukup ketat, sepanjang jalan di depan, beberapa warung berdekatan dengan barang dagangan yang hampir sama. Makanan, minuman, isi ulang gas, gorengan dan  banyak kebutuhan lainnya  diperdagangkan di warung yang hampir berdekatan. Persaingan harga juga kompetitip, sehingga barang-barang dijual dengan harga yang bersaing. Perbedaan harga seribu atau lima ratus rupiah bisa menjadi pilihan bagi pembeli.
Barang dagangan yang sama di warung yang berbeda tidak menjadikan satu warung kehilangan pembeli. Setiap warung punya ciri yang menjadi ciri khas dan tidak dimiliki warung yang lain. Misalnya pedagang gorengan yang menyajikan resep gorengan yang berbeda dan digemari oleh konsumen yang berbeda.Â
Persaingan usaha ini tidak selamanya menguntungkan pedagang yang ada, kadang penjualan laku keras, namun juga ada saatnya untuk menanggung kerugian karena faktor lain. Tapi kegiatan berdagang memang menjadi pilihan yang paling mudah dan mempunyai prospek yang cerah.
Kegiatan perdagangan begitu semarak di daerah Kami, banyak bermunculan warung-warung dan grosir yang laku keras dan menimbulkan titik-titik kemacetan baru. Gambaran ini menunjukkan bahwa masyarakat memang sudah semakin padat dan perputaran uang juga semakin cepat. Kebutuhan makanan dan minuman siap saji menjadi pilihan untuk berdagang dan juga jasa kebutuhan lainnya menjadi peluang untuk dilakukan.
Itulah yang menjadikan berdagang/berniaga menjadi kunci rizki yang menjadikan roda ekonomi terus berputar dan berimbas kepada profesi lainnya seperti bidang pertanian dan produksi barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Keberadaan warung kelontong yang beroperasi diwaktu malam juga disertai kemunculan pedagang-pedagang makanan dari daerah lain. Misalnya pedagang sate madura, bubur madura dan juga berbagai olahan ayam bermunculan di sepanjang pinggiran jalan. Olahan Ayam dengan berbagai resep seperti ayam geprek, ayam bakar, ayam goreng, ayam penyet dan sate ayam bermunculan tidak kehilangan konsumen.