Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mainan Bongkar Pasang Hasil THR Anak

8 Mei 2022   18:34 Diperbarui: 8 Mei 2022   18:35 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebarn 1443 H kali ini merupakan lebaran yang lebih ramai dibandingkan dengan lebaran sebelumnya. Selain karena mulai melonggarnya batasan interaksi manusia juga melimpahnya luapan keinginan bersilaturahmi yang sudah dua tahun tertahan. Ketika bersilaturahmi itu muncullah keinginan untuk memberikan tanda kebahagiaan dengan memberikan hadiah baik berupa benda maupun uang.

Kebiasaan untuk memberi tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan siapa yang akan diberinya. Untuk anak-anak biasanya tak keberatan bahkan senang dengan pemberian uang yang disimpan dalam amplop yang bergambar tokoh kartun atau ada tulisan selamat lebaran. Bahkan ada yang memberikan hadiah dompet berbentuk ketupat yang isinya coklat atau permen.

Soal besarnya uang bagi anak tidak akan menjadi perhatian, apalagi anak yang masih kecil. Tapi kebahagiaan menerima merupakan sifat yang alami bagi setiap manusia. Jangankan anak kecil, orang dewasa pun akan senang bila dikasih uang atau hadiah lainnya. Makanya kegiatan memberi hadiah merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan.

Sebagaimana tahun sebelumnya, anak kami menerima hadiah uang dari paman atau bibinya, dan ada juga dari kerabat atau teman kami. Kebetulan anak kami ada lima, jadi untuk keluarga di masa sekarang anak lima itu jumlah yang cukup banyak. Dan kami bersenda gurau mengenai THR anak dengan keluarga besar karena anak kami yang paling banyak.

Anak kami juga tidak terlalu peduli dengan nilai uang yang mereka peroleh, maka kami juga mengumpulkan uang THR mereka agar tidak berceceran. Bahkan amplop mereka kami susun dan kami posting di facebook untuk sekedar lucu-lucuan.

Karena selama liburan lebaran anak kerjanya hanya menonton TV (you tube) dan menonton Hp, maka istri saya mempunyai ide untuk membeli mainan bongkar pasang. Dengan harapan mainan bongkar pasang dapat menyibukkan mereka untuk membuat bentuk-bentuk yang mereka sukai. 

Sebelumnya kami pernah membeli mainan bongkar pasang (lego) yang ukurannya kecil dan kali ini kami ingin membeli yang besar agar bisa dimainkan oleh keempat anak kami yang masih kecil.

Benar saja, setelah kami membeli lego dan mainan pancingan (karena si bungsu menginginkannya), ternyata yang bisa dimainkan dalam jangka panjang adalah lego. 

Mainan pancingan yang harus menggunakan batere bisa terus digunakan ketika baterainya masih bagus, ketika baterainya mati anak -anak tidak tertarik lagi. 

Lego membuat asyik anak memainkannya, baik anak kedua, anak ketiga dan anak keempat. Dengan melihat brosur petunjuk yang menyajikan contoh-contoh lego bisa dibentuk, anak mencoba membuat semua contoh yang mungkin mereka buat. Anak-anak mulai berimajinasi dengan menggabungkan lego yang mereka pegang. 

Selain membuat sesuai contoh, mereka berimajinasi dengan bentuk-bentuk yang mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari. Memilih bentuk dan warna lego sesuai dengan imajinasi dan keinginan mereka. 

Dengan bermain lego setidaknya anak belajar geometri secara tidak langsung. Mencocokkan bentuk dan warna sesuai keperluan dan keindahan. Anak lebih berkembang kreativitasnya dengan menemukan bentuk-bentuk baru dan menambah keterampilan motorik halus dan kasarnya.

Pada akhirnya, tetap saja minat mereka terhadap Hp atau TV (youtube) lebih besar ketimbang dengan mainan lainnya. Setidaknya anak ada pilihan lain dan mengurangi ketergantungan mereka terhadap kedua media tersebut. 

Ada kegiatan anak yang juga bisa membuat mereka mengabaikan/mengurangi ketergantungan terhadap kedua media tersebut, yaitu menggambar. 

Dengan menggambar baik itu melalui media kertas maupun media komputer.  Biasanya mereka akan asyik sekali menggambar, hanya saja kami harus menyediakan krayon, buku gambar atau membolehkan anak memakai komputer.

Selain dampak positif membeli lego, dampak negatifnya adalah anak setelah memakai lego sering sekali tidak membereskannya. Hal itu bisa membuat rumah tampak berantakan dan legonya sendiri tercecer dimana-mana. Walaupun kadang kami menyuruh anak untuk membereskan, namun anak tidak selamanya menurut.

Uang THR anak dengan dibelikan mainan bongkar pasang menjadi agak awet, mudah-mudahan umurnya bisa sampai lebaran iedul fitri mendatang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun