Kejadian anak-anak terkena hepatitis adalah sekitar tiga tahun yang lalu. Anak pertama masih kelas 8 SMP, dan anak kedua masih kelas dua SD. Sedang adik-adik lainnya belum sekolah.
Anak pertama memperlihatkan gejala mual-mual, sakit perut dan tidak nafsu makan. Tubuhnya semakin kurus dan ramping serta lemah. Untuk sekolah pun Ia tidak kuat, akhirnya saya membawanya ke klinik.
Ketika itu, dokter belum memberikan vonis hepatitis dan hanya memberikan obat sesuai dengan apa yang dirasakan.
Setelah beberapa waktu, belum ada perubahan yang terlihat pada anak yang pertama.Â
Anak kedua juga mengalami hal yang sama, kemudian berobat ke bidan dan hasilnya pun masih sama dengan apa yang terjadi pada anak pertama. Hanya untuk anak kedua gejala yang dirasakan tidak terlalu berat seperti anak pertama.
Anak pertama sering tidur dalam waktu yang lama, kemudian ia memang sering memakan makanan yang pedas. Saya dan istri sering menyalahkan kebiasaannya memakan makanan yang pedas dan hobi jajannya.
Istri saya sering memperhatikan apa yang terjadi pada anak-anaknya, termasuk perubahan warna kulit dan warna putih mata yang kelihatan berwarna kuning.
Beliau merasa curiga kedua anak kami mengalami sakit kuning atau hepatitis. Istri saya langsung mencari informasi dari Google mengenai penyakit kuning ini dan mencocokkan gejala-gejalanya dengan kondisi anak kami.Â
Setelah berdiskusi, saya dan isteri memutuskan membawa kedua anak kami ke puskesmas terdekat untuk memeriksa kecurigaan kami terhadap kondisi kedua anak kami.
Setelah diperiksa oleh petugas kesehatan, Istri saya mendapat keterangan dari petugas puskesmas bahwa kedua anak kami mengalami hepatitis A.Â