Di Ramadhan kali ini banyak hal yang terjadi, baik kejadian suka maupun duka. Sukanya adalah beberapa target pekerjaan dan capaian dapat terwujud di bulan Ramadan ini. Dukanya adalah kali ini anak yang terkecil terkena tipes. Kesedihan yang muncul adalah ketika harus menerima kenyataan bahwa anak yang kelihatan sehat, montok dan ceria ternyata terkena tipes.
Bermula dari kebiasaan si bungsu begadang menonton video kesukaannya di youtube. Kebiasaan ini sulit sekali dilarang, dan ia akan menonton youtube bisa sampai pagi. Dan anehnya si bungsu ini tidak kelihatan lelah atau mengantuk. Kebiasaan ini juga mengganggu tidur orang tua dan saudara-saudaranya.Â
Kebiasaan lainnya adalah kesukaan si bungsu akan es krim. Kebiasaan ini pun sulit dihentikan, ia akan merengek-rengek tidak berhenti meminta es krim. Kadang bisa dilarang, kadang tidak. Kebanyakan tidak bisa dilarangnya. Setelah mengkonsumsi es krim biasanya si bungsu akan rewel dan sering menangis. Memang dari pertumbuhan badannya tidak ada keanehan, bahkan cenderung lebih cepat dari kakaknya.
Gejala pilek memang kadang terjadi karena kebiasaan mengkonsumsi es ini. Tapi yang terjadi kali ini si bungsu suhu tubuhnya naik, dan panasnya ini berpusat di sekitar lehernya, sakit kepala dan sakit perut. Si bungsu lalu di beri obat penurun panas, berharap panasnya akan segera turun. Tapi ditunggu turun, ternyata anak malah rewel. Anak inginnya dipangku terus dengan posisi yang memangku harus berdiri. Si bungsu tidak bisa tidur dengan lelap, dan akhirnya saya dan isteri bergantian memangku.
Besoknya Kami memutuskan untuk pergi ke dokter di klinik terdekat. Selama menunggu panggilan dokter, si bungsu merasa resah tak bisa diam dan rewel. Bergantian kami memangku, dan hanya sebentar bisa lepas dari pangkuan kami. Selama menunggu, ia juga banyak keinginan membeli jajanan yang ada di klinik, tapi tidak diminum atau dimakan.Â
Hasil pemeriksaan dokter, anak bungsu kami hanya di beri anti biotik dan obat penurun panas. Dokter juga menyarankan apabila lebih dari tiga hari anak masih belum perkembangan, anak harus di periksa darah. Kami berharap jangan sampai si bungsu di tes darah, karena tes darah biayanya cukup mahal bagi kami.Â
Ketika malamnya, anak agak baikan, tidak terlalu panas, tapi nafsu makannya hilang sama sekali. Begitu juga minumnya, Ia hanya mau minum ketika minum obat. Bila makan sesuatu, ia hanya kuat beberapa gigitan dan mengeluh perutnya sakit. Â Demikian pula kebiasannya minum susu, Â ia tidak mau meminumnya. Ketakutan kami akan kondisi si bungsu semakin menjadi. Â Ia tidak BAB dan juga tidak memakan dan meminum sesuatu.
Besoknya kami ke dokter lagi, dan dokter menganjurkan anak kami untuk di tes darah. Karena bila pengobatannya hanya diterka saja, tentunya hasilnya tidak akan efektif. Dan Si bungsu pun di tes darah untuk mengetahui berbagai kemungkinan penyakit yang dideritanya. Hasil dari tes darah menunjukan si bungsu mengalami tipes, dan beliau menganjurkan agar si bungsu di rawat di rumh sakit. Karena pertimbangan kami kerepotan mengurus anak-anak yang lainnya, kami memutuskan merawatnya di rumah saja.Â
Setelah di rumah mencari sumber dari internet ternyata pernyataan dokter tersebut dapat dimengerti. Anak susah makan dan tak ada nafsu makan. Kami coba menghidangkan apa yang mungkin di santapnya, ternyata si bungsu tidak berkenan makan. Dari pernyataan dokter bahwa gejala tipes ini juga berpengaruh terhadap kondisi paru-paru juga sama dengan keterangan di internet. Bahkan di internet ditambah juga tipes ini berpengaruh terhadap ginjal.Â
Tapi keajaiban terjadi setelah anak minum obat, anak mulai mau minum susu dan juga memakan buah. Walau pun konsumsinya tidak terlalu banyak, tapi kelihatan ada perkembangan yaitu ada keinginan untuk makan. Isteri pun bersiap membuat bubur dan si bungsu pun  mau makan walaupun cuma beberapa suap. Obatnya mungkin lebih khusus dibandingkan waktu pengobatan yang kemarin.
Berbagai kemungkinan anak terpapar bakteri penyebab tipus, mungkin karena anak belum bisa membedakan mana barang yang bersih dan mana yang tidak, makanan yang terpapar bakteri, atau penyebab lain seperti air minum yang tidak bersih. Bisa juga jajanan anak yang kurang terjamin kebersihannya. Kalau diingat banyak hal yang bisa menyebabkan bakteri bisa sampai ke saluran pencernaan anak.Â