Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menunggu di Rumah Sakit

16 April 2022   02:01 Diperbarui: 16 April 2022   02:16 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sore ini saya mengantar isteri ke Rumah sakit mengantar makanan dan popok untuk keponakannya. Keponakannya sudah tiga hari dirawat di rumah sakit karena kekurangan trombosit, dan kondisinya cukup repot karena keponakannya mengalami epilepsi. Saya lihat isteri saya tidak tenang ketika mendengar keponakannya membutuhkan donor darah AB, sedangkan darah yang ada terbatas. Ketika mendengar kabar itu, ia menghubungi temannya yang punya akses ke persediaan darah.

Ketika sampai di rumah sakit, adzan magrib telah tiba, saya dan istri langsung membeli lauk untuk teman nasi yang dibawa dari mertua. Kami buka puasa dulu sebelum sampai di ruang perawatan rumah sakit. Saya menunggu di luar karena tidak ada besuk, hanya kebijakan rumah sakit membolehkan satu orang menemui pasien rumah sakit.

Di luar saya makan mie  sambil menunggu. Dan ada bapak-bapak yang mendekati sambil merokok. Mungkin baru saja buka puasa, dan kemudian merokok di tempat yang agak remang-remang. 

Sambil makan, saya menanyakan sedang mengantar siapa. Beliau menjawab bahwa ia sedang menunggui anaknya yang sedang dirawat karena ginjal. Dan penyakitnya baru diketahui empat bulan yang lalu. Anaknya sudah di rumah sakit sudah dua malam. 

Saya bisa merasakan bagaimana rasanya mempunyai anggota keluarga yang sakit. Anggota keluarga yang lain menunggu di rumah sakit dengan mempersiapkan dan menyediakan kebutuhan bagi pasien maupun penunggunya. Sulitnya membuat jadwal penunggu diantara anggota  keluarga karena setiap anggota keluarga punya kesibukan sendiri, seperti harus bekerja, mengurus keluarga atau ada kepentingan lain.

Di bulan ramadhan ini adik dan istrinya mengurus dan menemani anaknya di rumah sakit. Anggota keluarga yang lain bergantian mengantar makanan dan keperluan lainnya untuk membantu. Kedatangan isteri saya membawa nasi dari rumah sangat ditunggu, karena beberapa hari hanya menyantap mie instan sebagai sahur dan buka puasa. 

Pada bulan ramadhan ini pula ada seorang teman yang isteri dan ibunya dirawat di rumah sakit. Saya hanya bisa mendoakan saja dan tidak bisa membantu lebih banyak. Saya bisa membayangkan bagaimana repotnya beliau harus menginap di rumah sakit. Tentunya menginap di rumah sakit tidak senyaman menginap di rumah. Karena menginap di rumah sakit kita tidak tidur di ranjang atau tempat yang nyaman, mungkin tidur di lantai beralaskan tikar atau di kursi. Belum hiruk pikuk di rumah sakit yang berupa pemeriksaan berkala, atau ada pasien yang kritis di tengah malam. Kemudian bila bulan puasa harus menyiapkan makan sahur dengan membeli atau membawa dari rumah.

Selain menunggu pasien, ada juga yang harus dilakukan penunggu seperti mengontrol infusan, memberikan obat, dan mengurus apa saja yang diperintahkan perawat atau dokter seperti membeli atau mengambil obat.

Bila mempunyai banyak keluarga dan banyak yang membesuk, biasanya banyak makanan yang diterima penunggu pasien. Namun bila keluarganya tidak ada, maka penunggu harus mencari makanan sendiri ke sekitar rumah sakit. Bisa dibayangkan bila kondisinya di bulan ramadhan yang tentunya ada waktu sahur dan waktu berbuka. 

Menunggu pasien juga ada hikmahnya, bisa berbagi cerita dengan pasien dan penunggu pasien yang lain. Saling mengenal, saling mendoakan dan saling memberi semangat serta saling membantu antar pasien atau antar penunggu pasien. 

Sewaktu saya menunggu ibu saya yang sakit, pasien di sebelah ada yang mempunyai penyakit pernapasan dan tanpa diketahui penunggunya yang tertidur, pasien tersebut asmanya kambuh dan memanggil-manggil suami (penunggunya). Untunglah ada pasien satu lagi yang terjaga membantu memanggil suami pasien tersebut hingga terbangun. Walau pun perawat membanolongnya, si pasien sempat tidak sadar dan baru sadar ketika waktu subuh. 

Kini rumah sakit banyak mengalami pembangunan dan perbaikan baik itu bangunan maupun pelayanan. Tapi senyaman-nyamannya rumah sakit tentunya lebih nyaman sehat di rumah sendiri.   

   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun