Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencegah Pengaruh Buruk Pornografi pada Anak

12 April 2022   06:07 Diperbarui: 12 April 2022   07:09 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak zaman purba manusia sudah mengagumi tubuh mereka sendiri. Melihat indahnya ciptaan tuhan atas diri mereka. Namun begitu manusia tidak terlepas dari nafsu yang ada di diri mereka sendiri. 

Apabila nafsu dimatikan, maka manusia juga akan mati. Terkadang nafsu inilah yang apabila tidak bisa dikendalikan menjadi menjadi liar dan melampaui batas. 

Nafsu manusia merupakan anugrah bagi manusia, bisa juga sebaliknya. Bila dikendalikan dengan baik maka akan memberikan kebaikan dan manfaat.  Seperti halnya pornografi merupakan hal yang disenangi oleh manusia. Senang akan sesuatu yang dimiliki oleh gambaran lawan jenis dan keindahannya. 

Akan menjadi masalah apabila dengan motivasi demikian manusia terkungkung oleh kehausan akan pornografi yang tidak berkesudahan. 

Akal akan terliputi oleh keinginan tersebut dan tidak menjadi nahkoda bagi kehidupan manusia.

Banyak hal yang tidak masuk akal dilakukan karena hasrat hati yang terlalu menyenangi pornografi. Uang, waktu dan sumber daya lainnya terbuang dengan begitu saja untuk memenuhi hasrat yang tak kunjung padam. 

Hasrat inilah yang dimanfaatkan  bagi para pencari rupiah untuk mengais uang sebanyak-banyaknya dengan kemasan bermacam-macam. 

Pornografi ada dimana-mana. Dalam obrolan-obrolan yang berupa candaan, dalam buku-buku dan foto-foto  yang menceritakan, dan dalam tontonan yang menghanyutkan. Pornografi bisa hadir dalam berbagai media baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja.

Anak-anak merupakan makhluk tuhan yang aslinya masih bersih dalam berpikir. Masih polos dengan apa yang diucapkan oleh orang dewasa atau apa yang mereka tonton. Terlalu banyak menonton dan mendengar membuat anak terbiasa dan mengerti hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa. 

Anak yang terbiasa mendengar dan melihat orang tua melakukan pornografi dan pornoaksi tanpa arahan dan batasan orang tua mulai berani menirunya. Dan menganggap perbuatan demikian adalah hal biasa.

Pernah terjadi ada seorang anak SD kelas enam yang dengan entengnya dalam media sosial (memakai nama palsu) dengan berani menginbok guru di sekolahnya dengan kata-kata mesum. 

Dan bahkan anak tersebut melakukannya juga kepada tetangga dan temannya. Mungkin karena dalam media sosial anak tersebut merasa anonim. 

Demikian juga ada anak SD yang terbiasa menyingkap rok anak perempuan dan melakukan itu dengan alasan candaan. Kebiasaan anak demikian tentunya harus diperhatikan oleh guru untuk diberikan bimbingan dan arahan. 

Peranan orang tua untuk memperhatikan dan mendidik anak tidak terpengaruh pornografi. Mulai dari memperhatikan apa yang mereka tonton, apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka lakukan.

Memberikan candaan yang mengecek sejauh mana mereka terpengaruh pornografi, dan mengobrol untuk mengetahui sejauh mana minatnya terhadap lawan jenis. 

Mencegah tentunya lebih baik dari pada mengobati. Membiasakan kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari harus ditanamkan sejak dini. Kita memang tidak akan bisa mengawasi anak dengan sempurna, banyak hal yang mengajarkan pornografi pada anak  tanpa orang tua tahu.

Seperti pernah terjadi seorang anak SMP yang tidak sengaja mengirimkan konten porno ke WA grup belajarnya, dan ternyata anak tersebut memperoleh konten tersebut dari grup di luar. Atau ada juga anak yang tidak sengaja mengirimkan konten porno ke grup belajar karena anak tersebut menggunakan hape kakaknya yang menyimpan konten tersebut. 

Pemeriksaan hp anak oleh guru atau orang tua setidaknya dapat membatasi anak untuk mengkonsumsi konten porno. 

Minimal anak akan hati-hati untuk menyimpan konten porno dan membuangnya apabila ada. Karena tahu hpnya akan diperiksa oleh guru atau orang tuanya. 

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun