Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Keajaiban Membaca

10 April 2022   06:30 Diperbarui: 10 April 2022   06:39 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil saya terbiasa berdiam diri di rumah, mungkin karena pekerjaan orang tua yang lebih banyak di rumah. Berdagang dan menjahit adalah pekerjaan orang tua saya. Membantu orang tua bekerja di rumah adalah suatu keharusan, karena orang tua tidak punya biaya untuk mempekerjakan banyak orang. 

Disela-sela membantu orang tua dan sekolah, ada waktu santai dan tiduran. Dan di pojok kamar ada kumpulan buku-buku yang sudah usang, majalah intisari bekas, kitab-kitab kuning yang sudah lama. Saya sering membuka-buka buku dan majalah bekas itu, karena saya belum bisa membaca, saya hanya mencorat coretnya. 

Setelah saya bisa membaca, saya mulai tertarik untuk lebih tahu apa saja yang tertulis di buku-buku bekas tersebut. Mulai yang isinya sangat serius sampai yang isinya ringan. Tentunya saya tertarik dengan hal-hal yang baru saya ketahui. Lama-kelamaan saya mulai suka membereskan buku-buku itu dan mengumpulkan bagian-bagian halaman yang terpisah. Bila membereskan buku, kemudian saya melihat ada bagian yang menarik, maka saya membaca dulu dan membereskannya menjadi agak lama.

Mungkin karena sering membaca, pengetahuan umum saya menjadi lebih banyak dibanding teman saya di sekolah dasar. Prestasi di kelas selalu menjadi peringkat satu. Itu pun setelah saya kelas 3, karena kelas satu dan dua belum begitu lancar membaca. Karena keterampilan membaca hanya sebagian dari keterampilan yang harus dikuasai, saya hanya bisa menjadi peringkat satu sampai kelas tiga SMP. 

Di SMA yang perpustakaannya lebih lengkap, saya banyak meminjam dan membaca buku. Saya biasa membaca buku-buku sastra yang terkenal yang di SMP tidak ada, padahal saya jurusannya Fisika. Karena kalau membaca roman yang bukunya sangat tebal itu tidak membosankan. Berbeda dengan membaca buku-buku matematika atau pelajaran. 

Ketika kuliah, saya kuliah di perguruan tinggi yang perpustakaannya besar sekali, sampai 3 tingkat. Belum lagi di fakultas, jurusan dan program studinya memiliki perpustakaan juga. Saya hanya memerlukan waktu kosong untuk berkunjung ke perpustakaan-perpustakaan tersebut. Belum lagi dengan buku-buku yang dipunyai oleh teman-teman yang satu kosan, saya kadang juga meminjamnya walaupun jurusannya berbeda.

Ketika sudah bekerja di sekolah, saya banyak membongkar-bongkar buku-buku yang dimiliki perpustakaan sekolah, dan alhamdulillah dengan kebiasaan itu saya bisa terus menambah ilmu dan memotivasi untuk kuliah lagi. Kuliah untuk program sarjana ini dilakukan dengan jarak jauh di Universitas Terbuka. 

Saya hanya membeli modul-modul besar dan belajar dari rumah, mengerjakan tugas-tugas dan ujiannya satu semester sekali. Selain membaca buku, kebetulan di rumah orang tua saya, banyak membeli koran kiloan. Di waktu senggang saya biasa membaca koran-koran dan artikel-artikel di dalamnya.

Semenjak lulus SMA, kadang-kadang saya mengunjungi toko buku bekas di kota kecil di daerah saya. Saya bisa membeli buku-buku serius yang kualitas kertasnya rendah dengan harga yang murah. Dan ternyata beberapa tahun setelah saya menikah, saya baru tahu bahwa isteri saya juga suka berkunjung ke toko buku tersebut, hanya saja kami belum pernah kebetulan berjumpa. Dan setelah tahu isteri saya sering ke toko buku itu, akhirnya kami sering ke toko buku itu bersama-sama bila ada uang lebih.

Karena sering membaca membuat saya dan isteri saya mempunyai kelebihan dalam pengetahuan umum. Saya bisa lulus CPNS dalam sekali tes, walaupun bukan urutan pertama. Kemudian nilai UKG (Uji Kompetensi Guru)  bisa lebih besar dari teman-teman yang lain.

Demikian juga isteri yang mengajar di sebuah SD di sekitar kami. Walaupun ada anggapan rendah mengajar di SD itu lebih mudah dari pada di SMP bahkan SMA, tapi pengetahuan dan keilmuannya tidak bisa dikatakan demikian.

Jadi apa yang kita baca menjadi tabungan ilmu yang terakumulasi dan tidak terasa dan bisa digunakan ketika kita membutuhkan. 

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun