Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Minyak Goreng dan Usaha Kecil

28 Maret 2022   19:20 Diperbarui: 28 Maret 2022   19:27 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramainya pembicaraan tentang minyak goreng di masyarakat dapat dimaklumi. Minyak goreng sudah menjadi kebutuhan primer, baik sebagai konsumsi keluarga maupun dalam usaha mencari uang.  Berbagai masakan tidak terlepas dari goreng menggoreng, tak terkecuali memasak sayur. 

Kegiatan konsumsi keluarga di pagi hari untuk keluarga sederhana kebanyakan diantaranya, makan gorengan, makan bubur, atau makan berat tentunya tidak terlepas dari minyak goreng. Jajanan di sekolah atau tempat kerja sejak penulis kecil tidak terlepas dari goreng bakwan atau gorengan lainnya. Bakso, bakwan dan sejenisnya pun demikian. 

Usaha memenuhi kebutuhan pasar akan makanan merupakan jalan bagi tumbuhnya usaha kecil di masyarakat. Beberapa usaha kecil dimulai dari menjual gorengan, bubur atau makanan lainnya. Mungkin karena permintaan pasar cukup banyak, sehingga usaha kecil seperti ini dapat bertahan cukup lama. 

Naiknya harga minyak goreng tentunya sangat berdampak pada usaha kecil gorengan. Dinaikkan harganya, takut pembeli berkurang. Sebaliknya dibiarkan harganya tetap, akan berdampak naiknya harga produksi. Tapi usaha kecil gorengan tidak usah khawatir,  pasar goreng menggoreng ini tetap besar. 

Masyarakat di sekitar penulis masih mencintai gorengan dalam kehidupan sehari-hari. segelas kopi tanpa gorengan, rasanya ada yang kurang. Makan pagi tanpa bakwan atau keroket juga kurang afdol. Begitu juga jajanan seblak, basreng, cireng, cimol dan ci lainnya tetap menjadi makanan paporit. 

Minyak goreng sangat berperan dalam menunjang timbulnya usaha-usaha kecil. Dan dari usaha kecil ini berkembang menjadi warung kecil, dan akhirnya menjadi warung besar. Apalagi sebentar lagi menjelang puasa, dimana jajanan untuk buka puasa menjadi pangsa pasar yang besar dan ditunggu. 

Kenaikan harga minyak goreng akan menjadi filter tumbuh dan bertahannya usaha kecil. Usaha kecil yang bisa bertahan dan bisa mensiasatinya tentunya akan menjadi usaha menengah dan besar. Sebaliknya yang tidak bisa mensiasatinya akan tenggelam.

Beberapa warung yang ada di sekitar penulis asalnya adalah warung jajanan dengan skala sangat kecil. Lama kelamaan tumbuh menjadi warung yang lebih besar dan lengkap. Namun ada juga warung yang kondisinya timbul tenggelam, dan banyak juga yang tidak berubah, namun bertahan. Tergantung kemampuan mengelola si pemiliknya. 

Kenapa usaha jajanan dari gorengan dan sejenisnya banyak dilakukan, karena beberapa faktor, yaitu :

- Besarnya pangsa pasar penyuka gorengan.

- Cara pembuatannya sederhana.

- Tidak memerlukan biaya terlalu tinggi.

- Peralatan yang digunakan mudah didapat.

- Bisa dilakukan di mana saja.

- Produk gorengan beraneka ragam.

- Bahan baku mudah didapat.

Dalam menghadapi kenaikan harga gorengan ini, penulis melihat beberapa trik pedagang untuk menghadapinya, yaitu dengan menaikkan harga dan memperbesar ukuran gorengannya, menaikkan harga saja tanpa mengubah ukuran, dan ada juga yang berhenti berdagang. Tapi sekali lagi, penyuka gorengan masih banyak alias pangsa pasar masih besar. 

Konsumsi masyarakat diakui atau tidak telah berperan dalam memajukan jalannya perekonomian. Masyarakat memerlukan makanan yang sesuai dengan lidah mereka. 

Sekarang ini kesadaran akan kurang baiknya makanan yang berminyak mulai tumbuh, apalagi dengan banyaknya penyakit-penyakit yang timbul di masyarakat seperti stroke, serangan jantung, darah tinggi, kegemukan dan sebangsanya. Tapi enaknya gorengan sungguh menggoda. 

Kondisi ini dimanfaatkan oleh pedagang-pedagang kecil untuk meraih pundi-pundi  rupiah. Dan permintaan akan  bahan-bahan gorengan semakin meningkat, khususnya minyak goreng. 

Setiap pagi, orang-orang berduyun-duyun membeli gorengan untuk sarapan pagi. Demikian juga siang dan sore, tukang gorengan dikerubuti pembeli. Jarang sekali pedagang ubi rebus, atau pisang rebus dikerubuti pembeli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun