Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Panik Anak Belum Bisa Membaca

24 Maret 2022   15:43 Diperbarui: 24 Maret 2022   15:50 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengerjakan tugas Sekolah/dokpri

Membaca merupakan jalan untuk bisa memperoleh pengetahuan. Dengaan membaca kita bisa mendapatkan banyak informasi yang kita butuhkan dan yang tidak kita butuhkan. Demikian pula menulis, merupakan sarana untuk mengungkapkan apa yang kita ketahui. Dan begitu pentingnya kedua kemampuan ini bagi kehidupan kita. 

Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak kita dalam rangka mengembangkan intelektualitas, kepribadian dan keterampilan mereka. Keterampilan ini diajarkan di kelas bawah SD. Bahkan ada juga yang diajarkan semenjak Taman Kanak-kanak. Namun tidak semua anak dapat menguasai keterampilan ini, sehingga dianggap anak yang lambat belajar atau tidak pandai, dan akhirnya anak tidak mau sekolah, dan tertinggal pelajaran yang akhirnya orang tua pun panik.

Hal demikian dialami anak saya yang kedua, namanya Ulya. Ia pernah disekolahkan TK, dan karena kondisi pekerjaan dan tempat tinggal ia hanya kami sekolahkan satu tahun di TK.   Ketika masuk SD, ia sangat kesulitan membaca. Yang ia lakukan hanya menggambar. Beberapa bagian dinding rumah sampai penuh dengan gambarnya. Sebagai seorang guru, saya dan isteri terus berusaha membimbing dan tidak memporsir anak untuk bisa membaca. Kami percaya bahwa anak akan bisa membaca pada waktunya. 

Kenyataan lain menunjukkan bahwa anak kami mengalami disleksia. Hal itu sudah kami ketahui sejak awal. Si anak bila memakai sendal, akan sering tertukar. Dalam membaca ia sering terbalik membaca hurup yang bentuknya hampir sama. Seperti membaca hurup b menjadi d, p dengan g. Demikian pula dalam menulis, Ulya sering terbalik menuliskan angka dan huruf. Seperti menuliskan angka empat, atau menulis hurup s. Tentunya Ulya akan sulit membaca dan menulis.

Alhamdulillah Saya dan isteri sudah pernah membaca dan kemudian saling berdiskusi tentang masalah ini. Perasaan panik tentunya ada, apalagi anak-anak seusia Ulya sudah pandai menulis dan membaca dengan rapi. Dan di kelas Ulya merupakan salah satu dari sedikit anak yang sulit membaca dan menulis. Kami sebagai orang tua terus membimbing dan yakin bahwa anak kami bukan tidak pandai. Hal ini Kami amati dari wawasan dan jawaban anak bila kami bertanya. Selain itu, Ulya juga sering mengajukan pertanyaan yang menurut kami cerdas. Kami dapat mengukur seberapa besar kecerdasan Ulya. 

Periode kelas 3, Ulya mulai intensif kami latih membaca dan menulis. Kondisi pandemi yang menyebabkan Kami dapat membimbing di rumah. Kami bekerja dari rumah. Secara bergantian kami membimbing Ulya mengerjakan tugas-tugas pelajarannya. Kami sengaja tidak mengerjakan pekerjaan rumah Ulya, tapi kami hanya membimbing dan memberikan penjelasan materi yang sedang dia pelajari. Dengan mengerjakan pekerjaan rumahnya tepat waktu sudah merupakan prestasi. 

Di kelas empat, Ulya sudah memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Ulya sudah bisa membaca dengan perlahan lahan. Dengan mendengar Ulya membaca dari youtube yang sedang ia tonton, terbersit rasa bahagia. Betapa perjuangan kami agar Ulya bisa membaca telah menunjukkan hasil. Terakhir, Ulya pernah bertanya tentang Negara Timor Leste, apakah Timor Leste termasuk negara ASEAN ? Ibunya beranggapan bahwa Ulya tahu Timor Leste dari pembelajaran di sekolahnya, setelah ditanyakan ternyata ia mendapatkan informasi itu dari Youtube. Itu menunjukkan bahwa secara kemampuan berpikir, Ulya telah bisa mengikuti pelajaran. Namun secara kemampuan membaca dan menulis, ia masih kesulitan.

Di youtube pun Ulya lebih tertarik dengan masalah Palestina dan Israel. Padahal masalah itu biasanya lebih menarik untuk orang dewasa. Pada akhirnya,  Kami tidak terlalu panik dengan kondisi anak yang belum bisa baca, asal ada kemauan untuk membimbingnya, anak akan bisa membaca.
#Dipersembahkan untuk Ulang Tahun Ulya ke-10.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun