PENGALAMAN Â INSPIRATIF WORK FROM HOME (WFH)
Â
Â
WARNA WARNI BELAJAR DARI RUMAH (BDR)
Â
      Wabah covid-19 melanda di Wuhan tidak disangka sampai di Indonesia. Wabah yang hanya berupa kabar, ternyata menjadi hal yang terjadi di Indonesia. Serentak wabah covid-19 ini menjadi pandemi yang bukan saja mempengaruhi daerah tertentu seperti perkotaan, tetapi juga jauh ke pelosok desa. Demikian juga dengan adanya covid-19 ini berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Serentak sekolah sekolah diliburkan.  Bahkan para guru dan siswa yang pada hari jumat dan sabtu sudah punya rencana pembelajaran di hari senin, tiba-tiba pada hari minggu harus membatalkannya, dan anak-anak serta guru kebingungan dengan apa yang akan dilakukan pada hari senin.  Lalu lintas informasi baik lewat facebook (fb) maupun whatsapps (wa) dan media social lainnya pada malam seninnya sungguh sibuk luar biasa. Keperluannya hanya satu yaitu untuk menanyakan apakah hari senin itu libur atau tidak. Dan di sekolah kami keputusannya hanya gurunya saja yang masuk ke sekolah.
      Di sekolah pun diadakan rapat untuk membahas apa yang akan kami lakukan dengan kondisi seperti ini. Hari itu keputusannya kami di jadwal piket setiap minggu kebagian dua hari. Anak-anak tidak diperkenankan ke sekolah, dan kami komunikasi hanya lewat grup-grup wa atau fb kelas sebelumnya. Kondisi kurangnya kesempatan untuk berkoordinasi membuat kami para guru dengan manajemen sekolah dan siswa sering mengalami miskomunikasi. Tapi kami semakin merasakan pentingnya sosmed dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya memang kami mengadakan grup-grup kelas dan terasa pemanfaatannya masih kurang untuk kepentingan pendidikan. Bahkan untuk beberapa siswa yang kurang kerjaan, media sosmed itu digunakan hanya untuk main-main dan membuli temannya. Tapi dengan adanya kondisi covid-19 ini, media seperti wa betul-betul sangat berarti.
Sekolah kami berada tidak jauh dari kota Cianjur, namun kondisi masyarakat tidaklah seperti yang diharapkan. Masyarakat masih banyak yang belum memiliki pembelajaran daring. Akses pembelajaran melalui internet, seperti tak punya handphone yang tidak memungkinkan untuk pembelajaran lewat internet. Kalaupun punya, mereka tidak punya kuota untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasinya, guru memberikan solusi agar siswa yang tidak punya bekerja sama dengan yang punya hp. Selain keterbatasan hp dan kuota, masyarakat masih belum biasa menggunakan teknologi hp. Sehingga menggunakan suatu aplikasi pada hp akan terasa mahal dan sulit.
Kesulitan penggunaan internet ini memberikan hikmah juga pada akhirnya. Siswa menjadi lebih taktis dalam menggunakan berbagai aplikasi internet. Sebelumnya mereka biasa menggunakan hp hanya untuk bermain game ,  youtube  atau sosmed yang penggunaannya cenderung untuk bermain main atau hal-hal negative lainnya. Dan dalam kondisi sekarang, siswa dipaksa belajar bijaksana dalam menggunakan hp atau akses internet. Bahkan  sebelumnya, di sekolah kami penggunaan hp oleh siswa dibatasi waktu- waktu tertentu, bahkan kami larang karena sering mengganggu proses pembelajaran. Tapi kini, hp betul betul membantu kami dalam proses pembelajaran tanpa tatap muka.
Hikmah lainnya adalah bagi kami sendiri sebagai guru. Kami memang sering menggunakan hp untuk komunikasi kami, dengan adanya belajar dari rumah (BDR) ini, kami dipaksa untuk menggunakan aplikasi hp atau sosmed lebih mahir lagi. Kami saling bantu membantu dalam pelaksaan pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh ini membuat guru harus menguasai mengemas pembelajaran dengan bantuan aplikasi youtube, link-link pembelajaran dan aplikasi-aplikasi pembelajaran lainnya. Â
Kami menyadari bahwa banyak aplikasi aplikasi yang sangat membantu seperti ruang guru, ruang belajar, google class room atau google drive. Tapi, kami juga harus mengukur kemampuan  siswa untuk meng gunakan aplikasi tersebut. Pernah siswa diberikan pembelajaran yang terdapat dari youtube, dan si anak langsung menyatakan tak mempunyai kuota. Bahkan ketika anak diberikan materi pembelajaran dalam bentuk docx, banyak siswa yang tidak bisa membuka materi tersebut. Dan akhirnya guru pun menyarankan siswa menggunakan aplikasi yang dapat membuka dokumen tersebut atau guru memberiakan materi dalam bentuk pdf atau mengcopy paste menjadi pesan wa.
Kesulitan yang timbul dalam pembelajaran selain dalam prosesnya, juga dalam penilaiannya. Penilaian yang diambil pada semester satu tahun pelajaran 2020-2021 memang agak sulit dibanding semester sebelumnya. Â Semester sebelumnya, kami masih bisa mengambil nilai dari hasil ulangan harian dan ulangan tengah semester. Sedangkan pada semester ini, kami belum mempunyai nilai sama sekali. Penilaian pembelajaran jarak jauh memiliki kesulitan yang lebih kompleks. Penilaian secara online tidak semudah sebagaimana yang offline. Untuk penilaian secara online, Kami hanya mengambil nilai dari kehadiran di grup, tugas dari foto atau video. Sedangkan untuk penilaian offline, kami mengumpulkan buku tugas siswa, yang setiap minggu kami ambil ketiap titik pengumpulan buku siswa di kampong kampong tempat tinggal siswa berada. Tentunya penilaian ini jauh dari keakuratan yang semestinya, dan masih jauh dari prinsip-prinsip penilaian yang ideal.
      Untuk kehadiran siswa dalam grup juga masih rendah. Untuk beberapa siswa yang memang tidak beritikad baik, pembelajaran dalam jaringan (daring) ini memberikan celah bagi mereka untuk tidak hadir pada waktu pembelajaran. Bahkan kalaupun hadir, mereka cenderung mengganggu proses pembelajaran. Dan akhirnya guru sebagai Pembina karakter siswa berperan memberikan teguran dan ancaman agar siswa mau berlaku yang baik. Dan dalam proses pembelajaran daring ini, siswa dilatih untuk berprilaku yang bijaksana dalam menggunakan media sosmed sebagai cara pembentukan karakter siswa. Selain oleh guru, siswa yang demikian juga akan ditegur oleh teman-temannya sendiri.
Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini memang banyak menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa. Tapi kondisi ini bukanlah kehendak pemerintah, guru atau yang lainnya. PJJ dilakukan agar tidak timbulnya clustet cluster baru penyebaran korona di Indonesia. Ketika pemberlakuan pembatasan social berskala besar (PSBB) dilakukan di DKI Jakarta dilakukan, penyebaran korona bisa dibatasi, dan ketika PSBB dikendorkan, DKI Jakarta kembali menjadi daerah yang penyebaran koronanya semakin besar dan menjadi zona merah.Kondisi buruk bertambahnya orang yang positif korona diakibatkan oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam melaksanakan covid-19. Kebiasaan masyarakat yang tidak mau menggunakan masker ketika berinteraksi di temat-tempat yang kemungkinan interaksi antar manusianya besar sekali. Acara-acara yang sebelumnya dilarang karena menghindari korona, ternyata masih saja diadakan. Bahkan di berbagai daerah banyak diberitakan masyarakat yang mengambil paksa jenazah yang akan dimakamkan dengan protocol covid-19.
      Sebagai orang tua yang memiliki 2 anak yang belajar di sekolah dasar (SD) dan seorang anak di Sekolah Menengah pertama (SMP), kegiatan PJJ memberikan kesulitan yang cukup lumayan. Belum lagi dengan istri yang juga merupakan guru SD yang aktifitasnya juga sama dengan penulis. Penulis yang merupakan wali kelas, dalam pembelajaran memiliki satu grup kelas, dan dalam minggu pertama pembelajaran, penulis menjadi operator pembelajaran di grup kelas. Setelah dievaluasi, maka pembelajaran dilakukan dalam grup grup mata pelajaran (mapel). Tapi sebagai wali kelas, penulis tetap mengabsen dan membimbing siswa untuk melakukan kegiatan keagamaan. Dapat dibayangkan grup-grup di wa semakin banyak, baik grup wa kelas, maple yang dipunyai penulis, maupun grup grup yang dipunyai oleh istri yang profesinya sama dan ketiga anak yang belajar lewat daring.  Keseharian kegiatan pun lebih banyak di depan hp dan computer. Konsumsi pulsa juga semakin meningkat. Biasanya konsumsi dengan paket kuota bisa beberapa minggu, namun dalam komdisi ini, malah makin cepat habis. Belum lagi kerja hp yang over kapasitas.
      Kesulitan lain adalah guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Walaupun di internet banyak contoh RPP PJJ, namun sebagaimana RPP biasa tetap sulit dilakukan. Inilah tantangan bagi dunia pendidikan agar bisa membuat perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang sesuai harapan.
      Dalam kondisi pandemic covid-19 ini yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh, menimbulkan ekses negative yaitu timbulnya kecemburuan terhadap guru dari profesi yang lainnya. bahwa guru memakan gaji buta. Karena guru tidak nampak bekerja sebagai biasa. Padahal kalau dicermati seperti yang telah tertulis oleh penulis, tampaklah begitu ruwetnya permasalahan yang dihadapi guru. Target pembelajaran yang banyak, tapi dengan keterbatasan pembelajaran dengan segala perangkatnya. Dan guru atau sekolah tidak boleh membuat siswa atau orang tua lebih sulit lagi. Agaknya harapan penulis sebagai guru, sebagai orang tua adalah agar kita saling mengerti akan kondisi sekarang ini. Kondisi ini bukan karena tuntutan pemerintah, guru, atau tenaga kesehatan. Tapi kondisilah yang mengharuskan semua dilakukan, agar semua selamat. Pada akhirnya kita harus memilih prioritas mana yang harus kita lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H