Mohon tunggu...
Isnaeni
Isnaeni Mohon Tunggu... Guru - Belajar dengan menulis.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Pertama Pembelajaran Masa Pandemi

27 Februari 2022   14:26 Diperbarui: 20 Maret 2022   04:14 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesulitan yang timbul dalam pembelajaran selain dalam prosesnya, juga dalam penilaiannya. Penilaian yang diambil pada semester satu tahun pelajaran 2020-2021 memang agak sulit dibanding semester sebelumnya.  Semester sebelumnya, kami masih bisa mengambil nilai dari hasil ulangan harian dan ulangan tengah semester. Sedangkan pada semester ini, kami belum mempunyai nilai sama sekali. Penilaian pembelajaran jarak jauh memiliki kesulitan yang lebih kompleks. Penilaian secara online tidak semudah sebagaimana yang offline. Untuk penilaian secara online, Kami hanya mengambil nilai dari kehadiran di grup, tugas dari foto atau video. Sedangkan untuk penilaian offline, kami mengumpulkan buku tugas siswa, yang setiap minggu kami ambil ketiap titik pengumpulan buku siswa di kampong kampong tempat tinggal siswa berada. Tentunya penilaian ini jauh dari keakuratan yang semestinya, dan masih jauh dari prinsip-prinsip penilaian yang ideal.

            Untuk kehadiran siswa dalam grup juga masih rendah. Untuk beberapa siswa yang memang tidak beritikad baik, pembelajaran dalam jaringan (daring) ini memberikan celah bagi mereka untuk tidak hadir pada waktu pembelajaran. Bahkan kalaupun hadir, mereka cenderung mengganggu proses pembelajaran. Dan akhirnya guru sebagai Pembina karakter siswa berperan memberikan teguran dan ancaman agar siswa mau berlaku yang baik. Dan dalam proses pembelajaran daring ini, siswa dilatih untuk berprilaku yang bijaksana dalam menggunakan media sosmed sebagai cara pembentukan karakter siswa. Selain oleh guru, siswa yang demikian juga akan ditegur oleh teman-temannya sendiri.

Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini memang banyak menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa. Tapi kondisi ini bukanlah kehendak pemerintah, guru atau yang lainnya. PJJ dilakukan agar tidak timbulnya clustet cluster baru penyebaran korona di Indonesia. Ketika pemberlakuan pembatasan social berskala besar (PSBB) dilakukan di DKI Jakarta dilakukan, penyebaran korona bisa dibatasi, dan ketika PSBB dikendorkan, DKI Jakarta kembali menjadi daerah yang penyebaran koronanya semakin besar dan menjadi zona merah.Kondisi buruk bertambahnya orang yang positif korona diakibatkan oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam melaksanakan covid-19. Kebiasaan masyarakat yang tidak mau menggunakan masker ketika berinteraksi di temat-tempat yang kemungkinan interaksi antar manusianya besar sekali. Acara-acara yang sebelumnya dilarang karena menghindari korona, ternyata masih saja diadakan. Bahkan di berbagai daerah banyak diberitakan masyarakat yang mengambil paksa jenazah yang akan dimakamkan dengan protocol covid-19.

            Sebagai orang tua yang memiliki 2 anak yang belajar di sekolah dasar (SD) dan seorang anak di Sekolah Menengah pertama (SMP), kegiatan PJJ memberikan kesulitan yang cukup lumayan. Belum lagi dengan istri yang juga merupakan guru SD yang aktifitasnya juga sama dengan penulis. Penulis yang merupakan wali kelas, dalam pembelajaran memiliki satu grup kelas, dan dalam minggu pertama pembelajaran, penulis menjadi operator pembelajaran di grup kelas. Setelah dievaluasi, maka pembelajaran dilakukan dalam grup grup mata pelajaran (mapel). Tapi sebagai wali kelas, penulis tetap mengabsen dan membimbing siswa untuk melakukan kegiatan keagamaan. Dapat dibayangkan grup-grup di wa semakin banyak, baik grup wa kelas, maple yang dipunyai penulis, maupun grup grup yang dipunyai oleh istri yang profesinya sama dan ketiga anak yang belajar lewat daring.  Keseharian kegiatan pun lebih banyak di depan hp dan computer. Konsumsi pulsa juga semakin meningkat. Biasanya konsumsi dengan paket kuota bisa beberapa minggu, namun dalam komdisi ini, malah makin cepat habis. Belum lagi kerja hp yang over kapasitas.

            Kesulitan lain adalah guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Walaupun di internet banyak contoh RPP PJJ, namun sebagaimana RPP biasa tetap sulit dilakukan. Inilah tantangan bagi dunia pendidikan agar bisa membuat perencanaan, pelaksanaan dan penilaian yang sesuai harapan.

            Dalam kondisi pandemic covid-19 ini yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh, menimbulkan ekses negative yaitu timbulnya kecemburuan terhadap guru dari profesi yang lainnya. bahwa guru memakan gaji buta. Karena guru tidak nampak bekerja sebagai biasa. Padahal kalau dicermati seperti yang telah tertulis oleh penulis, tampaklah begitu ruwetnya permasalahan yang dihadapi guru. Target pembelajaran yang banyak, tapi dengan keterbatasan pembelajaran dengan segala perangkatnya. Dan guru atau sekolah tidak boleh membuat siswa atau orang tua lebih sulit lagi. Agaknya harapan penulis sebagai guru, sebagai orang tua adalah agar kita saling mengerti akan kondisi sekarang ini. Kondisi ini bukan karena tuntutan pemerintah, guru, atau tenaga kesehatan. Tapi kondisilah yang mengharuskan semua dilakukan, agar semua selamat. Pada akhirnya kita harus memilih prioritas mana yang harus kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun