Mohon tunggu...
ISNA DZULHI AMALINA
ISNA DZULHI AMALINA Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN JAKARTA

selamat membaca! semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penalaran dalam Bahasa Indonesia

10 Juni 2023   14:53 Diperbarui: 10 Juni 2023   15:22 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana manusia, tentu saja kita sangat membutuhkan ilmu. Dengan ilmu, tentunya kita dapat menguasai berbagai aspek kehidupan. Salah satu pengetahuan tersebut yaitu kita tentunya harus mampu untuk menguasai penalaran. Melalui penalaran tersebut kita dapat memahami ilmu yang kita pelajari. Penalaran merupakan proses berpikir seseorang untuk menghubungkan data-data ataupun fakta-fakta yang ada supaya dapat memperoleh suatu kesimpulan. 

Dengan proses penalaran, kita bisa mencapai kesimpulan yang bisa berupa asumsi, hipotesis, teori, ataupun keputusan lainnya. Penalaran pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh kebenaran. Kebenaran bisa diperoleh jika syarat-syarat dalam penalaran terpenuhi. Dalam penalaran, pengetahuan yang menjadi landasan kesimpulan disebut premis. Jadi, seluruh premis haruslah benar. Jika data yang dipaparkan salah, tentunya penalaran yang diperoleh salah dan jika data yang dipaparkan benar, namun cara penarikan kesimpulan (penalaran) tidak benar, maka akan menghasilkan kesimpulan yang tidak benar. Jadi, konklusi yang diperoleh melalui penalaran haruslah benar dan valid.

Jenis-jenis Penalaran

1. Penalaran deduktif: proses berpikir yang didasarkan pada premis-premis yang berbentuk kebenaran umum, yang selanjutnya disimpulkan menjadi sebuah kebenaran baru. Proposisi yang mendasari merupakan proposisi umum, sementara proposisi baru yang ditarik kesimpulan merupakan proposisi khusus. Ada dua bentuk penalaran deduktif, yaitu silogisme dan entimen. Silogisme ialah penalaran deduktif dengan proposisi yang lengkap, sementara entimen yaitu penalaran deduktif dimana terdapat salah satu premis yang dihilangkan.

Contoh silogisme:

a.) Semua peneliti adalah orang cerdas.
Ahmad adalah peneliti.
Ahmad adalah orang cerdas.

b.)  Segala sesuatu yang terbuat dari besi adalah logam. Palu terbuat dari besi. Maka, palu adalah logam.
Contoh entimen:
Aku merasa sedih karena kucing peliharaanku telah pergi. 

2. Penalaran induktif merupakan penalaran dengan memulai dari pernyataan khusus dan kemudian menghasilkan kesimpulan yang bersifat umum.

Beberapa penalaran induktif adalah:
a. Generalisasi bergantung pada beberapa pernyataan khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contohnya: besi dipanaskan memuai, tembaga dipanaskan memuai sehingga disimpulkan logam dipanaskan akan memuai.

b. Analogi ialah menarik kesimpulan dengan membandingkan dua hal yang memiliki karakteristik yang sama. Misalnya: Ahmad adalah lulusan UIN Jakarta, dia pintar. Fadil adalah lulusan UIN Jakarta. Dengan demikian, Fadil pintar.

c. Hubungan kausal (sebab-akibat), yaitu menyimpulkan dengan menghubungkan gejala-gejala yang saling berhubungan melalui hubungan sebab akibat. Contohnya: Hutan yang digunduli mengakibatkan timbulnya banjir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun