Mohon tunggu...
Isnani Qistiyah
Isnani Qistiyah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

mimpi jadi scriptwriter :)

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Pertunjukan, Kesetaraan Gender, dan Aku yang Awam

13 November 2022   02:51 Diperbarui: 19 November 2022   07:42 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Relasi kuasa menjadi akar penyebab ketidakadilan gender. Bentuk ketidakadilan gender seperti beban ganda, stereotip/anggapan, marjinalisasi, dan subordinasi. Indikator yang dapat membentuk relasi kuasa ini adalah gender, tingkat pendidikan, status ekonomi, status sosial, status kesehatan, usia, orientasi seksual, difabilitas, serta mayoritas/minoritas. Relasi kuasa dapat menimbulkan ketidakadilan gender, sebab mampu memengaruhi bagaimana cara masyarakat merespon suatu peristiwa yang terjadi.

Refleksi Sungai Kehidupan

Untuk menutup persami di hari pertama ini, Mbak Fitri dan Mbak Indiah mengajak para peserta untuk merefleksikan momen-momen kehidupan. Peserta laki-laki dan perempuan dikumpulkan di ruang terpisah. Kami diminta untuk menggambar sebuah sungai di atas kertas HVS dengan crayon/spidol yang sudah disediakan. Kemudian menggambarkan sebuah simbol yang menyatakan momen terpahit dan momen paling bahagia. Setelah itu, secara bergantian kami memaparkan ada cerita apa dibalik gambar yang sudah kami buat. Di sesi ini, lagi-lagi perasaanku serasa diaduk. Bukan karena harus mengorek cerita-cerita tidak menyenangkan dariku. Tapi justru dari cerita-cerita peserta lain yang kemudian membuatku jadi kayak ketrigger. Membuat perasaanku tidak karuan. Terharu dan hal lainnya. Sekelebat ada kisah-kisah traumatik muncul ke permukaan. Mungkin karena itulah tidak sadar airmata ikut berderai.

Di sesi inilah aku juga menyadari bahwa pengalaman perempuan satu dengan perempuan lainnya memiliki cerita yang hampir-hampir mirip. Adanya sesi refleksi ini juga membuatku mengerti bahwa mestinya kita mampu menyeimbangkan antara hal-hal negatif dengan sesuatu yang positif di hidup kita. Ya, mungkin bisa membantu memulihkan luka batin di diri kita masing-masing. Semoga.

Lalu, istirahat dan lanjut besok di hari kedua. Insyaallah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun