Mohon tunggu...
Isnaini
Isnaini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Secuplik Kisah Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Fadholi Malang

10 Mei 2016   11:55 Diperbarui: 22 Maret 2019   10:32 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

doc. pribadi

Pondok pesantren Darul Ulum Al-Fadholi merupakan salah satu dari sekian pondok pesantren mahasiswa yang ada di Malang. Pondok tersebut dirikan oleh Almarhum K.H Rofi’ Mahmud dari beberapa tahun lalu disertai dengan beberapa tokoh ulama juga yang ikut berperan serta dalam pendirian PPDU Al-Fadholi, diantaranya yaitu: Kyai Abu Fadhol dari Senori Tuban selaku Guru Besar PPDU Al-Fadholi, dan ada juga K.H Mahmud Dahlan dari Sedan Rembang selaku sesepuh PPDU Al-Fadholi.

kh-abdul-fadhol-573160318823bd3d052f5aef.png
kh-abdul-fadhol-573160318823bd3d052f5aef.png
          doc pribadi

    Kyai Abu Fadhol

kh-m-dahlan-573161eada9373b70686b51d.png
kh-m-dahlan-573161eada9373b70686b51d.png
doc. pribadi

K.H Mahmud Dahlan

byah-573162ff3cafbd1f05790766.png
byah-573162ff3cafbd1f05790766.png
doc. pribadi

K.H Rofi' Mahmud

Pondok tersebut didirikan berdasarkan dengan visi dan misi yang telah dirancang bersama yaitu untuk mencetak santri yang yang sesuai dengan tuntunan agama, yang dapat berguna bagi perkembangan agama islam itu sendiri dan juga yang sesuai dengan kepanjangan dari SANTRI itu sendiri (Sabar, Amanah, Neriman, Taqwa, dan Rajin Ibadah). Pondok pesantren yang didirikan pertama kali awalnya hanya berisi santri laki-laki saja, karena sebenarnya Buyah (sebutan khusus bagi K.H Rofi’ Mahmud) lebih menyukai kalau pondoknya itu dihuni oleh para santri putra dibanding dengan santri putri. Hingga pada suatu hari Buyah pernah ngendiko (berkata) “bahwasanya akan tiba saatnya pondok ini (Al-Fadholi) akan banyak dipenuhi oleh santri putri, namun sebelum saat itu tiba umurku sudah tidak akan lama lagi”. Berdasarkan pada perkataan Buyah tersebut secara tidak langsung ingin menyampaikan bahwasanya umur beliau sudah tidak lama lagi.

Rejeki, jodoh, dan maut memang tidak ada yang tahu selain hanya Allah SWT semata. Tidak lama kemudian Buyah meninggal di rumah dalam keadaan hanya memakai sarung, seakan-akan ingin memudahkan orang yang akan memandikannya nanti, supaya tidak banyak-banyak kain yang harus dilepas dari tubuh beliau. Kondisi yang yang tidak seperti biasanya juga terjadi ketika Buyah meninggal. Saat itu Umik (istri Buyah) adalah orang yang pertama kali mengetahui ketika Buyah pingsan dan dengan kondisi denyut nadi yang sudah tidak berdetak. Saat itu umik kebingungan mencari bantuan untuk membawa Buyah ke rumah sakit terdekat. Anehnya, pondok yang biasanya rame dengan banyaknya santri yang ada, saat itu pondok terasa sepi. Kang-kang (sebutan bagi santri putra) pada saat itu banyak yang keluar melihat tontonan di luar pondok, dan sisanya tertidur pulas di koperasi pondok yang berdampingan Ndalem (rumah pengasuh). Saking pulasnya tidur, sampai teriakan umik yang kebingungan pun mereka tidak ada yang mendengar. Kejadian seperti itu semacam menunjukkan bahwasanya lagi-lagi Buyah tidak ingin terlalu merepotkan orang-orang disekitarnya dengan kematian beliau. Hingga kini beliau di makamkan disamping masjid yang berada di depan Ndalem.

Semasa hidupnya Buyah merupakan sosok penyayang dan lemah lembut terhadap keluarganya. Meski demikian, beliau juga merupakan sosok yang tegas dimata santri-santrinya. Karena saking tegasnya, dulu tidak ada santri yang berani melanggar peraturan pondok, karena ketika ada santri yang melanggar satu kali saja peraturan yang ada, maka pada saat itu juga langsung dihukum ro’an/bersih-bersih pondok. Selain itu, ada hukuman yang tidak kalah ekstrimnya lagi, yaitu ketika ada santri yang ketahuan pacaran, maka akan dinikahkan pada saat itu juga. Itulah sebabnya pondok pesantren darul ulum Al-Fadholi sangat terkenal pada saat itu.

Pondok pesantren Darul Ulum Al-Fadholi memiliki beberapa cabang di Malang, diantaranya ada pondok Al-Fadholi I yang terletak di Jl. Joyo Mulyo No.393, Merjosari, Kec. Lowokwaru Malang. Pondok Al-Fadholi II yang terletak di  Jl. Mertojoyo Blok S No.9 Merjosari Lowokwaru Malang, yang sekaligus menjadi pusat, karena lokasi yang berdekatan dengan Ndalem. Dan yang terakhir pondok Al-Fadholi III yang terletak lumayan jauh dari lokasi sebelumnya, yaitu di daerah Karang Ploso Malang. Meskipun Buyah sudah wafat, pondok ini masih tetap berkembang sampai saat ini, karena setiap tahunnya selalu dipenuhi dengan mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di Malang dan yang berminat untuk menuntu ilmu di pondok sambil kuliah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun