Mohon tunggu...
Rauhiyatul Jannah
Rauhiyatul Jannah Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penulis lepas, Ibu rumah tangga, Pebisnis sejati Hidup untuk terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kebaya Vs Daster

3 Mei 2015   12:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cantik itu relatif. wanita mana saja bisa menjadi cantik. Apalagi polesan beragam warna dan harga tersedia, di jaman serba canggih dan instan ini.

Namun untuk bisa menginspirasi, tidak semua perempuan cantik bisa menyandangnya. Pun tak butuh kecantikan fisik atau keterkenalan saja, agar bisa menyandang predikat perempuan menginspirasi.

Bagi saya pribadi, penilaian cantik menurut saya, adalah punya kepribadian dan ketegasan. Dua hal yang merupakan ciri khas perempuan Indonesia.

Saya ingin bercerita tentang kecantikan kepribadian dan ketegasan yang menginspirasi saya, sebagai wanita Indonesia. Dua orang yang sangat menginspirasi saya adalah, Nenek saya dan Guru saya Zahratan Nur. Keduanya alhamdulillah masih sehat wal afiat dan panjang umur.

Walau terdengar klasik, seperti lagu Wali Band, Nenekku Pahlawanku. Seperti itulah sosok nenek di mata saya.

Nenek adalah sosok yang punya kepribadian kuat. Sejak jaman masih penjajahan Jepang, dimana beliau masih mengenyam bangku sekolah rakyat, beliau sudah menggunakan kebaya.

Ya, kebaya adalah ciri khas busana Indonesia. Dulu kita sering menyaksikan isteri presiden kedua RI. Ibu Tien Soeharto. Kini, aku terus menyaksikan nenek, menggunakan busana tersebut saban hari. Busana yang kian lenyap, kecuali pada peringatan RA. Kartini.

Nenekku terus saja menggunakan busana tersebut dan sudah menjadi ciri khasnya. Kebaya tersebut sudah menjadi ciri nya. Sekali waktu kami pernah menyarankan nenek mengganti bajunya, dengan daster panjang atau gamis. Karena, kami merasa "ribet" melihat beliau melilitkan "babat" ke atas lipatan "tapih", setiap kali akan memakai bawahan kebaya.

Belum lagi kerepotan harus menjahit sendiri kebaya untuk nenek. Kalau busana lain dengan mudah ditemukan di toko pakaian jadi. Tapi tidak dengan kebaya untuk nenek. Karena merasa tidak nyaman dengan aktifitas nenek menjahit kebayanya sendiri, kami sarankan memakai daster saja di rumah.

Apa dinyana, Nenek menolak mentah-mentah. "Malu, ini baju jaman nenek, jangan disuruh2 ganti".

Dan beginilah tampilan Nenek dari masa-kemasa.

14306299861988191872
14306299861988191872

Selain kekaguman terhadap keteguhan sikapnya, saya juga mengagumi prinsip-prinsipnya yang tegas. Bahwa wanita menurut beliau adalah sosok yang perkasa.

" Wanita yang akan menikah, haruslah setangguh srikandi. Jaga harta suami, jangan pernah memberi orangtua harta suami tanpa ijin. Menjaga kehormatan suami, juga kehormatan orangtuanya sendiri. Jangan pernah mengungkit keburukan suami kepada orangtua, ataupun sebaliknya, keburukan orangtua kepada suami. Jagalah kedamaian antara orangtua dan suami."

Itulah pesan yang selalu kukenang.

Satu lagi perempuan yang menginspirasi saya, untuk tetap berkarya dan punya prinsip kuat, adalah sosok Zahratan Nur. Seorang guru saya di bangku Madrasah Aliyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun