Mohon tunggu...
Dian Farida Ismyama
Dian Farida Ismyama Mohon Tunggu... Apoteker - Ibu 3 anak, Pharmacist, Parenting and Lifestyle Blogger

Ibu 2 anak, Pharmacist, Parenting and Lifestyle Blogger di www.ismyama.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena Ikoy-ikoyan dan Sebar yang Baik di Media Sosial

1 September 2021   11:00 Diperbarui: 1 September 2021   11:34 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi

"Yang harus diperjuangkan adalah kebaikan, bukan kerumunan. Ada orang yang berjalan sendiri, terasing, tapi tahu betul arahnya dan itu lebih baik. Daripada sekadar melaju bersama angin ribut, hanyut dalam air keruh." - Boy Candra-

Quote di atas sesuai dengan salah satu protokol kesehatan selama pandemi, yaitu jauhi kerumunan. Untuk mengurangi risiko terkena covid-19, semua kerumunan sebaiknya dihindari. Berbeda dengan yang dimaksud oleh Boy Candra, kerumunan yang sebaiknya dihindari adalah kerumunan yang negatif. Kerumunan yang bikin ribut sehingga akan banyak orang yang terkena imbasnya.

Selama pandemi, tak terhitung jumlahnya kerumunan negatif yang aku temukan. Terutama di dunia digital, yaitu media sosial. Mulai dari hoaks terkait kesehatan, sampai ujaran kebencian.

Hoaks kesehatan terkait covid-19 dan vaksin memang bikin aku senewen. Seolah-olah ratusan ribu WNI yang meninggal karena covid-19 tidak ada harganya. Belum lagi kalau harus menghitung jumlah nakes yang terkena covid-19, dan yang meninggal karena covid-19.

Jumlah WNI yang positif covid-19 di Indonesia sudah mencapai lebih dari 4 juta orang per Tanggal 31 Agustus 2021. Sedangkan jumlah pasien covid-19 yang meninggal dunia mencapai lebih dari 133 ribu orang. Tentunya, ini bukan angka yang sedikit.

Foto dari tvonenews.com
Foto dari tvonenews.com

Masih terlalu dini kalau mengatakan covid-19 akan segera hilang. Karena nyatanya sampai saat ini masih ada masyarakat yang tidak taat protokol kesehatan. Selain itu, banyak pula yang termakan hoaks mulai dari cerita konspirasi, pasien dicovidkan oleh rumah sakit, hingga hoaks tentang chip yang dimasukkan dalam vaksin covid-19.

Terus terang, awalnya aku juga ikut terhanyut dalam kisruh hoaks tersebut. Rasanya aku ingin menangkal semua hoaks tadi. Apalagi kalau melihat ada teman di media sosialku yang statusnya berbunyi hoaks. Pasti aku bakal kasih komentar untuk membuktikan bahwa statusnya tidak benar.

Karena hal tersebut, aku sampai diblokir oleh dua orang teman di FBku, hehe. Teman yang belum pernah aku temui di dunia nyata. Yang satu lumayan sering berinteraksi denganku di dunia maya. Sedangkan satunya lagi nyaris enggak pernah berinteraksi.

Lama-lama aku capek juga kalau harus melawan semua status atau komentar yang berisi hoaks. Bukan hanya capek, waktuku juga habis untuk meladeni hal yang tidak penting. Seberbusa apapun aku menjelaskan, tetap saja mereka kekeh dengan opininya yang sudah terlanjur termakan hoaks.

Pada akhirnya, kewarasanku terhanyut oleh kerumunan hoaks. Atau oleh angin ribut yang dibangun di media sosial. Aku mulai menyadari kalau cara tersebut enggak ada manfaaatnya.

Fenomena Ikoy-ikoyan di Media Sosial

Hingga suatu hari, aku menemukan sebuah akun public figure yang menyebarkan kebaikan. Ia menyebut gerakan tersebut sebagai ikoy-ikoyan. Awalnya, sang empunya akun membuat sebuah permainan yaitu memilih secara acak DM dari follower Instagramnya, untuk diberi hadiah baik berupa uang atau makanan. Mirip giveaway sih, tapi lebih masif.

Foto dari IG @ariefmuhammad
Foto dari IG @ariefmuhammad

Ikoy-ikoyan semakin diminati ketika ada sponsor yang memberi ratusan juta rupiah, atau barang mewah untuk dibagi-bagikan. Uniknya, ikoy-ikoyan ini menjadi tren baru. Banyak public figure yang berbondong-bondong ikut mengadakan ikoy-ikoyan.

Tentunya, aku menyambut baik fenomena ikoy-ikoyan. Terlepas dari pro kontra yang terjadi, aku yakin bahwa tujuan dari ikoy-ikoyan adalah untuk berbagi. Dengan berbagi kepada orang yang membutuhkan, kebaikan akan terus menyebar.

Bahkan ada estafet kebaikan. Misalnya. ada salah satu pemenang ikoy-ikoyan yang membagikan hadiah uangnya ke beberapa orang lagi (follower dari Instagram pemenang tersebut). Jadi, kebaikan tersebut enggak berhenti begitu saja.

Hadiah dari ikoy-ikoyan rata-rata digunakan untuk diputar kembali sebagai modal meningkatkan perekonomian yang hancur sejak pandemi. Ada seorang istri yang mendapatkan hadiah motor untuk digunakan oleh suami, ibu, dan ayahnya mencari rezeki. Yup, awalnya satu motor butut dipakai oleh tiga orang.

Hadiah lainnya yang berupa uang digunakan untuk modal toko kelontong, warung, dan jualan online yang terdampak oleh pandemi. Wah, kalau aku tulis semuanya bakal banyak banget. Alhamdulillah.

Gerakan Lebih Baik Sebar Yang Baik

Oh ya, berbagi kebaikan enggak harus jadi orang kaya dulu lho. Aku dan kamu sebagai orang biasa juga bisa menyebarkan kebaikan. Baik dengan cara membantu orang lain dengan tenaga yang dimiliki. Atau sekadar mengunggah hal-hal baik di media sosial.

Ngomongin soal menyebarkan kebaikan, ada satu gerakan lagi yang enggak kalah menarik. Nama gerakannya #LebihBaikSebarYangBaik. Untuk mengikuti gerakan sosial ini, kamu cukup menyebarkan cerita yang memberi semangat dan menginspirasi.

Konten yang diunggah bisa berupa teks (dalam bentuk blog atau microblog), foto dengan caption, video, audio, dan video audio. Banyak, kan, pilihannya? Yang bikin senang, satu akun boleh mengunggah lebih dari satu karya dengan cerita yang berbeda.
Misalnya saja, aku mengunggah dua cerita, satu di blog, dan satu berupa video. Maka karya yang masuk akan terhitung sebagai dua akun.

Setiap karya yang masuk juga berkesempatan memenangkan hadiah. Ada Titi Kamal, Christian Sugiono, dan Mikha Tambayong yang akan memilih 3 cerita terbaik yang berhak mendapatkan hadiah menarik.

Foto dari indihome.co.id
Foto dari indihome.co.id

Nah, kamu bisa menyebarkan kebaikan dengan cara di atas. Cukup unggah cerita inspiratifmu di www.indihome.co.id/sebaryangbaik. Periode uploadnya Mulai tanggal 23 Agustus sampai 23 Oktober 2021 ya.

Alhamdulillah, aku senang sekali karena IndiHome ikut berperan dalam menyebarkan kebaikan selama pandemi. Jadi enggak hanya berperan dalam menyediakan akses internet. Tapi juga membuat gerakan sosial yang bermanfaat.

Pandemi entah masih berapa lama lagi. Aku tahu bahwa sebagian besar dari kita sudah bosan,  bahkan muak dengan akibat dari pandemi di berbagai lini kehidupan. Tapi, seperti quote Boy Candra di awal tulisan ini, daripada menyebarkan berita yang tidak menyenangkan, lebih baik sebarkan cerita yang baik.

Yuk, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang! Ikuti gerakan #LebihBaikSebarYangBaik agar semakin banyak kebaikan yang tercipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun