Kalau kamu pernah melihat bagaimana sebuah keramik diciptakan, maka kamu tak hanya akan mengagumi keindahan keramik saja, tapi juga takjub pada prosesnya. Keramik harus mengalami proses pembakaran dengan panas 900-1100 derajat celcius selama 15 jam. Pembuatan keramik enggak hanya melibatkan satu dua orang, tapi banyak orang. Ada yang memilih tanahnya, ada yang bertugas membuat keramik, baik dengan teknik pilin, teknik putar ataupun teknik cetak.Â
Ada yang membakar, mengukir dan mewarnai. Dari kisah itu saja saya belajar dua hal. Untuk menjadi sesuatu yang indah dan bernilai tinggi, proses yang dilalui tidak mudah. Harus tahan dengan pembakaran, harus tahan dengan penjemuran, dan sebagainya. Artinya, lihatlah proses, hargailah proses, maka hasil akan mengikuti. Pelajaran yang kedua adalah dibalik kesuksesan seseorang, atau dibalik kualitas sebuah produk, enggak hanya seseorang tersebut saja, atau pemilik produk saja yang perlu diapresiasi. Keberadaan para pengrajin keramik adalah nadi dari terus lestarinya keramik Klampok.Â
Maka pekerjaan sebagai pengrajin pun jangan dipandang dengan sebelah mata. Kalau tidak ada mereka, mana bisa kamu memiliki keramik yang kecantikannya layak di unggah di instagram sebagai latar food fotografimu. Kalau tidak ada petani kopi, mana bisa kamu merasakan nikmatnya kopi yang menemanimu begadang saat harus menyelesaikan tenggat pekerjaan. Dengan memahami hal di atas, tidak akan muncul sikap merendahkan orang lain.
Mengubah rutinitas, mengubah kebiasaan, bahkan memakai sesuatu yang berbeda dari biasanya itu awalnya tidak mudah. Kenapa? Mungkin sebagian besar dari kita lebih memilih di zona nyaman. Mengendarai motor atau mobil di rute yang sama setiap hari. Memakai baju kerja yang paling kita sukai. Makan masakan yang kita gemari. Semua memberi kesempurnaan dengan hasil yang memuaskan. Tapi tahukah teman-teman, bahwa semua kenyamanan tersebut dapat melenakan and you start dying slowly.
Sesekali, ambillah rute yang berbeda saat berangkat atau pulang kerja, dan kamu akan menemukan pengalaman yang beda, yang mungkin saja akan mengubah cara pandangmu terhadap suatu hal. Sesekali, cicipilah makanan yang belum pernah kamu makan. Entah pada akhirnya rasanya tidak sesuai seleramu, atau melebihi ekspektasimu, setidaknya kamu belajar hal baru.
Beranjak dari zona nyaman itu memang mengerikan. Risiko yang muncul di depan mata, menampakkan ketidakpastian. Dan rata-rata dari kita tidak menyukai ketidakpastian. Masalahnya, hanya itu satu-satunya cara, agar diri kita berkembang. Mengejar impian, melarikan diri sesekali dari rutinitas yang membosankan.Â
Karena seharusnya sebuah pekerjaan itu tidak membosankan. Karena semestinya pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu itu tidak membosankan. Karena sejatinya, mengurus anak dan keluarga itu tidak membosankan. Bila iya, mungkin kamu perlu mengubah sesuatu, atau perlu memberi ruang untuk keseimbangan hidup.
Percaya atau tidak, semua yang terjadi di Banjarnegara menjadikan saya lebih bersyukur dan mengapresiasi diri saya sendiri, karena telah konsisten menulis dan belajar untuk menulis dengan lebih baik. Buah dari yang saya tanam pun dapat saya rasakan (Makasih ya Kak Indah Juli atas kesempatannya).Â
Rasakanlah dan kejarlah minat atau passion. Maka kamu akan menemukan makna kehidupan, hakikat kehidupan, yaitu bahwa keseimbangan itu diperlukan, karena kita hanya mampir "ngombe" di dunia. Jangan sampai mengejar dunia, untuk menjadi yang terbaik, hingga lupa akhirat. Hingga lupa kebesaran Tuhan, hanya karena kita merasa sudah besar, hanya karena kita merasa sempurna. Padahal, yang sempurna hanyalah Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H