Saya jadi ingat seorang teman yang berkata, "Dian, aku lagi fokus sama kerjaan di kantorku. Bukannya apa-apa, tapi aku ingin memberikan kesan terbaik kepada kantor dan rekan-rekan kerjaku, sebelum aku resign." Pernyataan yang menurut saya wow! Alih-alih meninggalkan tanggung jawabnya karena toh sebentar lagi off di sana, teman saya ini lebih memilih berupaya menyelesaikan pekerjaan terakhirnya sebaik mungkin.Â
Bentuk rasa syukur lain karena memiliki harta benda misalnya, ya dengan berzakat, bersedekah. Semua hal di atas dapat teman-teman lakukan bukan hanya untuk orang lain, karena manfaat akhirnya ya untuk diri teman-teman sendiri. Menjadi orangtua yang bertanggung jawab, menjadi karyawan yang meninggalkan kesan baik, membersihkan harta, dan sebagainya.
Percayalah, bahwa bersyukur itu akan menambah nikmat teman-teman, otomatis juga akan menjadi sumber kebahagiaan. Bukan sebaliknya, bersyukur setelah mendapat nikmat, kalau nggak dapat nikmat ya nggak bersyukur. Justru harusnya bersyukur dulu, baru Allah akan tambah nikmat kita (berasa kayak mengingatkan diri sendiri juga nih, hehe). Menjadi bahagia itu nggak harus dengan cara lari dari apa-apa yang tidak menyenangkan untuk kita (ingat kasus orangtua anak berkebutuhan khusus kan?) Melainkan dengan cara bersyukur terhadap apa yang sudah diamanahkan ke teman-teman, Â dan jika terpaksa harus melepaskan nikmat tersebut (misal resigndari pekerjaan) Â ya gunakan waktu-waktu sebelum melepas nikmat, dengan memberi apa yang terbaik dari diri teman-teman. Be the best of you, because your attitude will be reminded by others, and somehow, may be it will influence someone life.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H