Ayah, ntah dimana sekarang, sudah satu bulan aku tidak melihat Ayah dirumah, karena rasa sayangku pada Bunda, aku mencari keberadaan Ayah, aku ingin Ayah bertanggung jawab menafkahi aku anak satu-satunya, tidak membiarkan Bunda mencari nafkah sendiri untuk kehidupan kami. Ayah dimana kini, tolong aku, aku tidak mau di kurung di sini.
***
Pagi ini aku terbangun bukan karena suara lembut Bunda yang membangunkan ku, tapi suara lembut seorang perawat perempuan, membangunkan aku dan beberapa orang remaja lainnya yang umurnya belasan tahun se usia denganku.
"Dek, ayo semuanya mandi dan ganti baju ya, baju sudah suster siapkan, setelah mandi, shalat shubuh dan jangan lupa berdoa biar cepat sehat dan bisa segera kembali ke rumah" Suara lembut perawat membangunkan kami.
Aku raih handuk, peralatan mandi dan seragam ganti yang sudah disiapkan oleh perawat, aku berlalu ke kamar mandi. Setelah sarapan dan minum obat, kami dikeluarkan dari ruangan, berkumpul di halaman depan RSJ untuk melakukan olahraga ringan, aku tak semangat menggerakkan tubuhku untuk senam pagi.Â
Sementara teman-teman yang senasib denganku melakukan senam dengan benar mengikuti gerakan seorang perawat laki-laki yang berada di depan kami.Â
Aku melihat ke arah belakang barisan, seorang perawat perempuan sedang duduk di bangku taman, matanya mengawasi kami pasien-pasien nya yang sedang berolah raga. Aku keluar dari barisan, menghampiri suster cantik yang menurut taksiranku berusia sekitar 25 tahun.
" Suster " Sapaku padanya
" Iya, ada apa Fahmi? "
"Suster Mila, boleh saya duduk di sini dengan Suster? " Tanyaku pada suster Mila, setelah melirik papan nama di seragamnya, Ns.Mila Setia, S.Kep aku eja namanya, dan meminta izin untuk duduk di bangku taman bersama suster Mila.
Suster Mila meng anggukkan kepalanya tanda setuju dengan permintaan ku, mata suster Mila tak lepas dari mengawasi pasien lainnya yang sedang olah raga