sore itu saya berjalan menyusuri kota dengan niat melepas kepenatan selama ini, setelah mengahadapi banyak kondisi yang sungguh menguras waktu dan tenaga dalam berbagai problematika yang ada, hingga tiba pada persimpangan jalan. dipersimpangan jalan itu, saya melihat berbagai rambu-rambu jalan yang tujuannya menggambarkan kondisi apa yang ada di depan  apakah kita perlu hati-hati ataukah tidak.
saya teringat dengan kondisi lembaga saat ini, ketika (mungkin) kebanyakan LEMA saat ini berada di persimpangan jalan. kondisi yang dimana sebagian LEMA saat ini mengalami kegalauan dalam menghadapi banyaknya intervensi-intervensi yang menyerang semua sendi-sendi pergerakan LEMA, yang sangat mengekang kreatifitas mahasiswa-mahasiswa terlebih LEMA dari pihak BIROKRAT.
LEMA punya aturan-aturannya sendiri, punya konstitusi yang dapat dijadikan tuntunan dalam kelangsungan organisasi bersangkutan yang bertujuan agar menjaga eksistensi dari LEMA bersangkutan. sama halnya rambu-rambu yang ada dipersimpangan jalan tadi, yang menuntun dan menggambarkan apa yang ada di depan.
nah, ketika sebuah program dari LEMA yang bertujuan dalam menjaga eksistensi sesuai dengan konsitusinya dan hasil dari sebuah musyawarah itu ideal, akankah hasil tersebut akan mandeg pada akhirnya ketika intervensi datang dari berbagai pihak termasuk dari pihak birokrat sendiri ? inilah bentuk nyata dari sebuah penjajahan (menurut saya) terhadap LEMA. Di manakah jiwa-jiwa para pemuda intelektual saat ini ?
sedikit refleksi, melihat sejarah pergerakan mahasiswa pada masa orde baru, dimana semangat-semangat kaum pemuda intelektual masa itu mampu meruntuhkan orde baru, ketika aturan-aturan yang ada sangat mengekang banyak hal, salah satunya aspirasi dari kalangan rakyat tidak bisanya tersampaikan, dwifungsi ABRI yang dapat menduduki kursi pemerintahan, dan sebagainya.
Melihat semua itu, perjuangan para mahasiswa pada saat itu lebih berat dibandingkan saat ini. Melawan para pasukan-pasukan besi atas perintah dari pihak pemerintah. Sampai kapan gerakan mahasiswa saat ini seakan-akan berada dalam sangkar burung ? sampai kapan para mahasiswa seakan-akan apatis terhadap lingkungan sekitar ?
semua ini tidak akan terjawab ketika solidaritas para kaum mahasiswa tidak ada.
karena diam bukan lagi emas kawan!!! yakin usaha sampai!!!
mohon dikomentari ketika ada yang keliru. wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H