BECIK KETITIK OLO KETORO
Dalam perkembangan pemikiran filsafat, perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itulah teori pengetahuan berkembang terus untuk mendapatkan penyempurnaan-penyempurnaan sampai kini. Sebagaimana dikemukakan seorang filsuf abab XX Jaspers sebagaimana yang dikutip Hamersma (1985) mengemukakan bahwa sebenarnya para pemikir sekarang ini hanya melengkapi dan menyempurnakan filsafat Plato dan filsafat Aristoteles. Teori kebenaran selalu paralel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, 138).
Ontologi kebenaran adalah tentang hakikat dan kedudukan kebenaran. Epistemologi kebenaran adalah tentang asal, proes dan macam kebenaran. Aksiologi kebenaran adalah tentang etik dan estetika kebenaran (Marsigit, 2019). Etika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat moral dan estetika sebagai cabang filsafat yang disebut filsafat keindahan (Tim Dosen Filsaat Ilmu UGM, 2003, 33-34). Hal yang demikian juga sesuai dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa “kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh merupakan halnya atau apa yang merupakan fakta-faktanya (Tim Dosen Filsaat Ilmu UGM, 2003, 139).
Pepatah jawa mengatakan “becik ketitik olo ketoro” yang mengandung makna bahwa suatu kebenaran atau tidak pada suatu waktu akan terlihat dengan sendirinya. Kuasa Tuhan selalu dan senantiasa menunjukkan kebenaran. Serapat-rapatnya menyimpan bangkai lama-lama akan tercium juga. Suatu perkara yang membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar, suatu saat akan terungkap dengan sendirinya. Ruang dan waktu akan menunjukkan kebenarannya.
Keburukanmu telah menutup pikiran dan hatimu. Dulu kamu adalah dewa yang cerdas dan baik hati. Tetapi sekarang sudah tertutup hati dan pikiranmu. Ternyata hidup itu bisa mengalami penurunan kualitas. Maka kamu tergolong orang yang merugi (Marsigit, 2017). Itulah salah satu kutipan percakapan antara semar dengan togog. Landasan ucapan dan tindakan seseorang adalah pikiran dan hatinya (Marsigit, 2017).
Berprilaku dengan benar atau tidak adalah pilihan. Seperti hidup sesesorang adalah terpilih atau memilih. Hidup terpilih oleh Tuhan, dan manusia diberi kesempatan memilih hidupnya. Maka jumlah atau tambah berketentuan yaitu milik Tuhan. Jumlah atau tambah perubahan diberikan kepada manusia disertai dengan jumlah atau tambah perubahan berketentuan (Marsigit, 2017).
Filsafat adalah wadahnya pikiran, karena filsafat adalah olah pikir, sedangkan pikiran merepresentasikan filsafat terisolasi oleh ruang dan waktu. Kompleksitas pikiran manusia memungkinkan sebuah simtomatik terikat oleh ruang dan waktu merepresentasikan sebuah filsafat dominan disertai filsafat-filsafat subordinat lainnya. Dimungkinkan adanya representasi filsafat relative – empiris – realisme. Berubah adalah anti tesis nya yang tetap, maka berubah sekaligus tetap adalah kontradiksi jika terbebas dari ruang dan waktu (Marsigit, 2014). Inilah refleksi hidup manusia bahwa antara hati, pikiran dan perilaku kadang tidak sama. Sehingga pepatah jawa becik ketitik olo ketoro dapat menjadi hal yang dapat direnungkan kepada kita untuk berfikir sebelum bertindak.
Sumber Pustaka
Marsigit.2014. Refleksi Pendidikan Kontemporer Indonesia: Sebuah Tinjauan Filsafat, Politik dan Ideologi Pendidikan. https://uny.academia.edu/MarsigitHrd.
Marsigit. 2017. Ujian Keikhlasan. https://powermathematics.blogspot.com/2017/09/ujian-keikhlasan.html?showComment=1601457970781#c5843543066417226458.
Marsigit.2017. Landasan. https://powermathematics.blogspot.com/2017/09/landasan.html.
Marsigit.2017. Filsafat Penjumlahan. https://powermathematics.blogspot.com/2017/09/filsafat-penjumlahan.html
Marsigit. 2019. Hakekat Kebenaran: Refleksi Sidang MK.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2003. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H