Mohon tunggu...
ismi yaomilauliya
ismi yaomilauliya Mohon Tunggu... Guru - mahasiswa

pendidikan kimia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wujudkan Karakter Islami Anak Kampung Jawi

18 November 2021   15:04 Diperbarui: 18 November 2021   15:29 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat membawa babak baru dalam lanskap kehidupan manusia. Hadirnya produk digital seperti smartphone dan internet disinyalir telah membuka arus globalisasi yang mampu menyatukan seluruh penjuru dunia. Pertukaran informasi di ruang virtual menjadi dunia baru yang memutus sekat-sekat geografis serta meleburkan identitas dan kultur suatu masyarakat tertentu.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini internet sudah menjadi kebutuhan primer manusia lantaran mampu memberikan kemudahan, kenyamanan, dan kecepatan. 

Segala aktivitas masyarakat saat ini sudah terdigitalisasi dan dapat dijalankan dengan mudah. Misalnya dalam mengakses informasi, bertukar kabar, melakukan transaksi, bahkan pendidikan juga demikian. Seolah-olah segala kebutuhan manusia sudah tersedia di dalam teknologi internet.

Kondisi tersebut tentu menjadi suatu prestasi gemilang dalam sejarah peradaban manusia. Di mana teknologi memberikan pengaruh besar dalam proses kehidupan, mulai dari efektivitas dan efisiensi. Namun di sisi lain di samping itu pula tidak luput dampak netgatif yang dihasilkan. 

Tidak selamanya teknologi seperti smartphone dan internet melayani manusia, melainkan di sisi lain juga dapat mengancam dan membahayakan manusia.

Suatu konsensus yang harus disadari ialah, bahwa teknologi ibarat dua keping koin yang juga memiliki dampak buruk dari setiap penggunaannya. Dimulai dari arus globalisasi saat ini, menyebabkan terjadinya pertukaran budaya antar daerah bahkan bangsa. Hal tersebut tidak lain disebabkan karena penggunaan internet yang kian masif dan membuat semua orang dapat mengakses segala informasi dan peristiwa yang terjadi di dunia ini.

Fenomena nyata yang terjadi saat ini yaitu penggunaan media sosial sebagai wahana yang menghubungkan setiap individu. Konten dan informasi di media sosial menjadi konsumsi publik, tidak terkecuali budaya asing yang sedang tren dan bahkan diikuti oleh masyarakat Indonesia. 

Mulai dari musik, pakaian, bahasa, kuliner, juga gaya hidup pun ditiru. Sementara itu masyarakat Indonesia sendiri juga mudah terbawa arus dari luar untuk kepentingan narsisme dan mendapat atensi publik.

Hal demikian tentunya juga akan berpengaruh terhadap identitas dan kebudayaan bangsa. Saat ini dapat disaksikan, para generasi muda di sekitar kita yang ikut-ikutan tren dan budaya asing di media sosial. Misalnya yang ramai saat ini demam Korean Wave atau budaya populer Korea, seperti halnya musik K-Pop dan drama Korea. Tidak hanya sampai di situ, melainkan juga berpengaruh terhadap pola pikir dan sikap generasi kita.

Kondisi tersebut tentunya sangat berbahaya karena dapat mengancam eksistensi nilai-nilai tradisional dan kebudayaan Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan tradisi dan budayanya, dapat tergerus dengan munculnya budaya asing yang justru lebih menarik minat generasi muda.

Melihat problematika ini, tentunya dibutuhkan sikap yang dapat membendung arus tersebut. Di tengah arus globalisasi ini, sangat penting untuk menjaga kelestarian budaya dan tradisi di Indonesia. 

Hal ini sebagai wujud penghargaan terhadap nenek moyang dan kecintaan terhadap tanah air. Dengan melestarikan kebudayaan ini niscaya akan mampu mengimbangi dan menjadi tameng bagi masyarakat dalam menghadapi membludaknya budaya asing di Indonesia.

Kampung Jawi menjadi salah satu contoh daerah yang sudah berusaha dan beriktikad menjaga nilai-nilai kebudayaan, khususnya Jawa, di tengah gempuran budaya asing seperti saat ini. Kampung Jawi merupakan suatu kampung yang  terletak di Kelurahan Sukorejo, Gunungpati, Semarang, yang memiliki komitmen kuat dalam melestarikan kebudayaan Jawa. 

Di sana merepresentasikan kultur dan identitas Jawa, mulai dari masakan, pakaian, seni dan budaya, serta nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan penuturan Siswanto, penggagas dan pembina Kampung Jawi, desnitasi wisata budaya tersebut dibangun atas dasar keprihatinan terhadap budaya Jawa yang semakin luntur di kalangan generasi muda di zaman sekarang. 

Dari hal tersebut ia lantas terdorong untuk memunculkan budaya Jawa seperti gamelan, wayang, bahasa, adat istiadat, agar membumi di kampungnya, (Ayosemarang.com). Keberadaan Kampung Jawi juga dapat membentuk identitas generasi muda yang memiliki karakter luhur serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan.

Meskipun begitu, Kampung Jawi sendiri juga tidak bisa lepas dari tantangan. Di era sekarang ini, sangat penting membekali para generasi muda agar tidak ikut-ikutan budaya asing yang membawa dampak buruk. Apalagi di masa pandemi covid-19 ini anak-anak lebih sering menghabiskan waktu untuk bermain internet dan game online di rumah. Tentunya dibutuhkan upaya yang lebih keras dalam membentuk karakter anak di Kampung Jawi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan, selain menghidupkan kebudayaan Jawa, yaitu melalui pendidikan berbasis keagamaan Islam. Pasalnya nilai-nilai religiusitas dan spiritualitas Islam haruslah ditanamkan sejak dini guna membentengi generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi saat ini. Di sinilah pentingnya mengajarkan nilai-nilai keislaman agar terbentuk karakter anak yang sesuai dengan norma-norma sosial-budaya.

Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menyediakan fasilitas dalam belajar agama seperti Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) dan Madrasah Diniyah (Madin). Dengan mengajarkan Al-Qur'an dan pengetahuan keagamaan lainnya kepada anak-anak di Kampung Jawi, tentu menjadi nilai plus tersendiri. 

Selain karakter Jawa yang melekat, juga perlu diimbangi dengan karakter Islami yang kuat. Sebagaimana yang pernah diajarkan para Walisongo yang menginternalisasikan nilai-nilai keislaman terhadap budaya Jawa. Karena dengan inilah akan menjadi kekuatan yang mengantarkan manusia hidup dengan damai dan harmonis.

Proses penanaman karakter Islami kepada anak-anak di Kampung Jawi dilakukan di musala-musala sekitar. Di mana anak-anak diajari pengetahuan agama, membaca Al-Qur'an, menghafal surat-surat pendek dan doa sehari-hari. Adapun tantangan yang dihadapi saat ini yaitu terbatasnya tenaga pendidik yang kurang sebanding dengan antusiasme dan semangat anak-anak dalam belajar.

Namun hal tersebut bukanlah sebuah penghalang. Masalah itu dapat diatasi dengan manajeman pembelajaran. Tentu penting juga untuk membentuk organisasi khusus yang bertanggung jawab dalam mewadahi minat anak-anak dalam belajar agama. Ketika kekurangan tenaga pengajar, pejabat desa juga bisa merekrut orang dari luar yang pandai dan berkompeten di bidangnya.

Selain itu, masyarakat Kampung Jawi yang sudah pandai dalam hal agama juga harus memiliki sikap keprihatinan dengan menanamkan mindset bahwa pendidikan agama bagi generasi muda sangatlah vital di era sekarang. Sehingga dengan itu karakter anak-anak akan mendapatkan perhatian lebih. Pendidikan agama harus dikelola sebaik mungkin agar mampu mewujudkan karakter Islami anak Kampung Jawi.

Kampung Jawi menjadi representasi ideal yang dapat dicontoh oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Karena di zaman modern seperti saat ini, generasi muda menjadi aset penting bangsa yang harus dipertahankan. 

Maka jangan sampai mereka terbawa dan terpengaruh tren dan budaya asing yang ramai di internet dan media sosial. Komitmen Kampung Jawi dalam melestarikan kebudayaan tradisional Jawa serta mengimbanginya dengan keagamaan Islam menjadi nilai positif. Dengan hal inilah yang akan membentuk karakter generasi penerus bangsa yang unggul, berkualitas, dan berintegritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun