Mohon tunggu...
Ismir Dianto
Ismir Dianto Mohon Tunggu... -

calm..,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Emansipasi dalam Motif Ekonomi

22 April 2012   04:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:17 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Strait Times, harian terbesar di Singapura, edisi Selasa, 18 Januari 2011 yang lalu, menampilkan berita utama  “Fertility figures hit all-time low”.Menurut harian di Negara tetangga Indonesia ini, singapura telah mengalami penurunan angka kelahiran sejak tahun 2010. Bukan tanpa alasan mengapa para pasutri di Negara tersebut enggan melestarikan generasinya, alasan mereka seperti enggan mempunyai anak karena biaya membesarkan seorang anak biayanya mahal sekali, biayanya bukan sekedar biaya saat hamil dan melahirkan, yang terbesar justru untuk merawat dan membesarkan anak itu. Mereka justru lebih senang memelihara binatang peliharaan.

Atau seperti ini., jangan-jangan wanita karier di Negara tersebut, yang telah benar-benar menginterpretasikan paradigma gender dan emansipasi kedalam bentuk kompetisi (dalam hal) kekuatan ekonomitelah menyamarkan perasaan kewanitaan mereka. Penghambaan terhadap materi tadijustru membuat kaum hawa memandang dan memecahkan suatu persoalan tidak lagi berdasarkan perasaan, seperti apa yang sudah seharusnya menjadi bagian dari nalurinya”.

“tetapi... wanita tadi mulai tampak seperti kaum pria yaitu memandang suatu masalah hanya dapat dipecahkan dengan logika!”seperti masa pregnancy (masa hamil) dan melahirkan mungkintelah membawa ketakutan yang luar biasa bagi wanita karier tersebut. Logika pun yang bermain, “bagaimana nanti ketika saya hamil akan menghambat kreatifitas dan produktifitassaya? Belum lagi resiko yang saat fatal saat melahirkan, yaitu kematian!.

Bagaimana masalah tersebutandaikan “menular” pada bangsa ini, seperti itu kah dampak yang diinginkan Kartini? beramai-ramailah kaum hawa menjeburkan diri dalam kreatifitas dan ekspresi mereka, usaha meraih status yang sama seperti pria. Berkompetisi meninggalkan rumah, mencari jati dirinya diluar, yang motifnya adalah materi tadi?. Tanpa disadari mereka telah terjebak dalam lingkaran industri kapitalisme. Setiap inchi dari tubuh mereka adalah komoditas yang laku dijual, menghasilkan materi bagi pemilik modal, bisa menempatkan wanita tadi seolah-olah istimewa.

Berikanlah emansipasi kartini dalam kesempatan yang lebih luas..,menjadi wanita yang sejati dalam konteks penghambanya dengan tuhan, bersama pendidikan ikutmengarahkan esensi manusia, yaitu menjadi bagian dari “leher” suaminyadan mempersiapkan generasi yang cerdas, berakhlak dan bermoral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun