Mohon tunggu...
Ismi Nur Azizah
Ismi Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terima kasih sudah berkunjung di Blog Ismi Nur Aziah! Selamat datang, Readers semoga apa yang kamu baca di karya tulis saya menjadi ilmu yang bermanfaat, jangan lupa share ilmu kepada teman-temanmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Era Revolusi Digital

21 Juli 2023   16:28 Diperbarui: 21 Juli 2023   16:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan 4.0 adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Menurut Fisk, sebagaimana telah dikemukakan oleh (Hussin, 2018) terdapat sembilan tren terkait dengan Education 4.0. 

Pertama, belajar dapat dilakukan kapan saja di mana saja.Kedua, belajar akan bersifat perseorangan untuk masing-masing siswa. Ketiga, siswa memiliki pilihan dalam menentukan bagaimana mereka ingin belajar. Keempat, siswa akan dihadapkan pada pembelajaran berbasis proyek yang lebih banyak. Kelima, siswa akan dihadapkan pada pembelajaran langsung melalui pengalaman lapangan seperti magang, proyek mentoring dan proyek kolaborasi. Keenam, siswa akan terpapar dengan interpretasi data di mana mereka diminta untuk menerapkan pengetahuan teoritis mereka ke dalam angka dan menggunakan keterampilan penalaran mereka untuk membuat kesimpulan berdasarkan logika serta tren dari set data yang diberikan. Ketujuh, siswa akan dinilai secara berbeda dan platform konvensional untuk menilai siswa dapat menjadi tidak relevan atau tidak memadai. Pengetahuan faktual siswa dapat dinilai selama proses pembelajaran, sementara aplikasi pengetahuan dapat diuji ketika mereka mengerjakan proyek mereka di lapangan. Kedelapan, pendapat siswa akan dipertimbangkan dalam merancang dan memperbarui kurikulum. Terakhir, siswa akan menjadi lebih mandiri dalam pembelajaran mereka sendiri, sehingga memaksa para guru untuk mengambil peran baru sebagai fasilitator yang akan memandu siswa melalui proses belajar mereka. Umat Islam meyakini pendidikan Islam memiliki keunggulan dan keutamaan karena dasar dan tujuannya berangkat dari wahyu Allah (al-Qur'an dan Sunnah). Pada umumnya umat Islam memahami substansi pendidikan Islam sebagai usaha sadar untuk membentuk pribadi manusia yang unggul sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Sedangkan materi kurikulum wajib terangkum dalam integralisasi tiga komponen dasar ajaran Islam yaitu iman, Islam dan ihsan (akidah, syari'ah dan akhlak). Adapun metode utama yang direkomendasikan adalah dengan tahdzib (pembersihan sikap), al-ma'uizhah (peringatan secara halus) dan al-riyadhah (melatih mental) yang identik dengan komunitas tasawuf. Adapun tahapannya yaitu al-uzlah (menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat), al-zuhud (membentengi diri dari ketergantungan pada harta benda), al-taqwa (menjauhkan diri dari larangan-larangan Allah dan mengerjakan perintah-perintah-Nya).

Memasuki era disrupsi ini, pendidikan Islam dituntut untuk lebih peka terhadap gejala-gejala perubahan sosial masyarakat. Pendidikan Islam harus mau mendisrupsi diri jika ingin memperkuat eksistensinya. Bersikukuh dengan cara dan sistem lama dan menutup diri dari perkembangan dunia, akan semakin membuat pendidikan Islam kian terpuruk dan usang (obsolet). Maka dari itu, terdapat tiga hal yang harus diupayakan oleh pendidikan Islam, yaitu mengubah mindset lama yang terkungkung aturan birokratis, menjadi mindset disruptif (disruptive mindset) yang mengedepankan cara-cara yang korporatif. Pendidikan Islam juga harus melakukan self-driving agar mampu melakukan inovasi-inovasi sesuai dengan tuntutan era 4.0. Selain itu, pendidikan Islam juga harus melakukan reshape or create terhadap segenap aspek di dalamnya agar selalu kontekstual terhadap tuntutan dan perubahan. Revolusi industri 4.0 dengan disruptive innovation-nya menempatkan pendidikan Islam dalam perjuangan eksistensi yang ketat. Perjuangan tersebut membawa implikasi masing-masing. Penyelenggara Pendidikan Islam bebas memilih dalam memposisikan dirinya. Oleh karena itu pendidikan islam harus mampu menghadapi tantangan-tantangan yang akan dihadapi tersebut. Selain itu pendidikan islam juga harus mempunyai kemampuan-kemampuan utama yang harus dimiliki oleh setiap komponen masyarakat dan pendidikan islam.

REFERENSI:

Arifin, Muhammad. 2003. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Muhaiman. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun