Perlawanan berlangsung singkat, karena anggota massa yang menduga dirinya kebal menyongsong tembakan pasukan Belanda. Akibatnya banyak korban yang jatuh dan merekayang berhasil selamat atau terluka menyadari bahwa kesaktian yang dijanjikan ternyata tidak ada dan segera melarikan diri.
Selama hari itu residen Buyn memerintahkan Kapten Buys agar mengejar anggota yang melarikan diri dan dilakukan penangkapan. Selama beberapa hari proses pencarian dan penangkapan berlangsung sehingga diketahui terdapat 384 orang yang masih hidup dan terluka sebagai pelaku gerakan perlawanan.
Dalam pemeriksaan bisa diketahui bahwa di antara mereka yang tertangkap ada seorang wanita tua, yang dianggap sebagi tokoh sakti dan dihormati di antar mereka. Dari introgasi yang dilakuka terhadap dirinya, diketahui bahwa ia bernama Sebu Gompara Nyai Perbeta, ibu dari Nyai Gompara atau Nyi Gamparan yang menjadi tokoh dalam peristiwa tahun 1836.
Sementara itu pada tanggal 15 Agustus 1846, pengadilan Lebak menjatuhkan hukuman mati kepada 25 orang yang dianggap ikut bersalah melakukan pembunuhan dan 134 dijatuhkan hukuman pembuangan demgan bekerja paksa selama beberapa tahun. Sementara itu 41 orang dibebaskan setelah dianggap tidak terlibat dalam gerakan ini.
Setelah perlawanan ini berhasil dipadamkan, perdebatan segera terjadi di kalangan para pejabat kolonial. Beberapa pengamat menilai bahwa penyebab perlawanan ini adalah eksploitasi yang berlebihan dan berujung kepada kesalahan pemerintah yang menetapkan kuota pasokan seperti pada aturan Kultuurstelsel.
Pengamat lain yang besebrangan dengan pandangan ini berdalih bahwa bukan eksploitasi melainkan semangat jihad yang mendorong orang-orang ini memberontak, termasuk juga dendam pribadi seperti para mandor yang dipecat. Keinginan untuk membunuh semua orang Kristen dan orang Belanda menjadi bukti dari dugaan mereka tentang gerakan perlawanan ini.
Daftar Pustaka
Hakim, Lukman. 2006. Banten dalam Perjanan Jurnalistik. Pandeglang: Banten Heritage
Lubis, Nina H. 2004. Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia
Marihandono, Djoko dan Harto Juwono. 2014. BANTEN : SEBAGAI SUMBER POTENSI HEROIK DI NUSANTARA. Serang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H