Mohon tunggu...
Alfathan Rahman
Alfathan Rahman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, kompasiana kontributor

Full time Blogger Ismimalfathan www.ismimalfathan.wordpress.com, dan www.alfa27.com "Membangun bangsa dengan tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Cashless Society, Hegemoni di Balik Serapan Teknologi

2 Juli 2021   15:30 Diperbarui: 2 Juli 2021   15:32 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah teman-teman disini termasuk orang-orang yang mendambakan transaksi berbasiskan teknologi? Yap, dengan semakin berkembangnya kecanggihan dari gawai yang kalian genggam, seribu satu hal kini bisa kalian lakukan. 

Termasuk melakukan transaksi. Membayar sesuatu hanya dengan menyematkan angka-angka berupa digit digital atau scanning QR code sudah bukan sebuah mimpi di tengah siang bolong.

Melainkan kini menjadi sebuah hegemoni yang membudaya di tengah-tengah masyarakat. Baik konsumen maupun produsen, penjual maupun pembeli ramai-ramai untuk memulai sebuah persepsi baru yang muncul di era digital. 

Sehingga di tengah-tengah masyarakat mucul golongan yang sering disebut sebagai cashless society...

Fenomena Cashless Society, Serta Dampaknya Bagi Perekonomian 

Dari situs Finansialku.com, sedikit banyak saya mengerti mengenai fenomena cashless society. Masyarakat lebih mengutamakan dan mengedepankan proses transaksi berbasiskan teknologi yang memanfaatkan perangkat mobile phone yang kini telah digenggam oleh hampir setiap tangan manusia. 

Orientasi tersebut terus berakselerasi setelah pandemi Covid-19 mengintervensi kehidupan manusia selama satu tahun terakhir. Dengan adanya sistem pembayaran seperti ini, maka sentuhan yang mengakibatkan adanya risiko penularan dapat diminamilisir dengan sangat optimal. 

Hasil survey menunjukkan bahwasannya 6 dari 10 masyarakat di Indonesia kini mengurangi uang tunai dalam dompet mereka dan beralih ke pembayaran cashless. 

Hal itu sebagai akibat adanya pendemi covid-19 sehingga membuat semua pihak harus mengambil langlah preventif di segala aspek, termasuk dalam segi transaksi. 

Fasilitas cashless mampu menjalankan perannya dengan cukup baik sebagai solusi bertransaksi di tengah pandemi. Akan tetapi bagaimanakah dampak fasilitas ini terhadap perekonomian Indonesia??

Studi yang telah dilakukan oleh perusahaan riset pemasaran Ipsos menunjukkan bawasannya pada tahun 2019 lalu, telah terjadi 4,7 juta transaksi cashless dengan nilai transaksi mencapai Rp 128 triliun. 

Tentu angka ini akan semakin meningkat di tahun 2020 maupun 2021 dimana pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia.

Selain itu ada beberapa dampak baik positif maupun negatif dari penerapan transaksi cashless bagi perekonomian baik secara individu maupun populasi masyarakat keseluruhan, diantaranya....

1. Penjualan yang Meningkat Untuk UMKM

Sektor UMKM, adalah perangkat usaha menengah yang tentunya harus diberikan perhatian yang cukup detail. Disinilah masyarakat dari segmentasi dan kalangan menengah melakukan bisnisnya untuk menyambung kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan adanya pandemi Covid-19, UMKM-lah pihak yang paling merintih.

Sebab pemasukkan yang biasanya mereka dapatkan harus terkikis secara masif. Transaksi cashless memanfaatkan adanya teknologi fintech justru menjadi salah satu solusi yang dapat diambil. Sebab langkah ini akan memungkinkan kegiatan transaksi sektor UMKM kembali hidup sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Baik konsumen maupun produsen serta penjual dapat memaksimalkan kemudahan transaksi yang praktis dan higenis. 

Nah untuk mewujudkan semua itu, tentunya diperlukan sinergi dari semua pihak untuk bisa memberikan eduaksi, serta literasi yang diperlukan supaya sistem transaksi cashless berbasiskan teknologi bisa menjangkau sektor UMKM. 

Apalagi mereka masih memiliki kesulitan dalam pengaplikasian teknologi digital pada bisnisnya..

Sumber : Pixabay
Sumber : Pixabay

2. Potensi Memicu Perliaku Konsumtif

Akan tetapi dampak negatif yang perlu diwaspadai oleh adanya fasilitas transaksi cashless yakni memicu sifat konsumtif. 

Kemudahan yang ditawarkan tentu memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memiliki barang-barang yang diinginkan. Sehingga kita tentu bisa saja "kalap" disaat melihat berbagai barang yang tersemat dalam sebuah katalog.

Bayangkan saja, seseorang dapat menghabiskan uang hingga Rp 5 juta bahkan lebih di rekeningnya hanya dengan menscroll smartphone di atas tempat tidur. Belum lagi adanya paylatter yang bisa memfasilitasi kita semua untuk mendapatkan barang dengan nominal harga yang belum bisa dijangkau hari ini.

Oleh sebab itu, sebaiknya kita selaku konsumen perlu mewaspadai dampak negatif yang satu ini...

3. Tindak Kejahatan Digital

Satu lagi dampak negatif yang perlu diwaspadai adalah tindakan cyber crime. Adanya fasilitas transaksi elektronik tentu membuat database yang kita akan dimiliki oleh pihak lain. Sebab database tersebut pastinya harus dilengkapi sebagai prasyarat administrasi untuk bisa melakukan proses transaksi.

Akan tetapi, kita sebagai orang awam belum tentu memahami seberapa dalamnya dunia maya, terutama internet. 

Bisa saja ada pihak yang tidak bertanggung jawab memiliki kemampuan untuk mengambil database kita secara ilegal untuk memuluskan kepentingan yang mereka inginkan. Juga tidak menutup kemungkinan bahwa tindakan yang dilakukan menjurus ke upaya kriminal.

Ada beberapa tindakan kejahatan digital yang telah memakan korban, berikut beberapa diantaranya : 

  • Penipuan GrabToko dengan jumlah korban mencapai 980 orang. Total kerugian yang diderita pun mencapai Rp 17 miliar.
  • Selama tahun 2020, Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) mencatat 396 dari total 931 kasus berasal dari belanja online.
  • Terdapat 304 pengaduan yang dicatat oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dari pelanggaran e-commerce sejak tahun 2017.

Waspadai Dampak Negatif dan Optimalkan Dampak Positif Transaksi Elektronik

Ibarat dua sisi mata pisau, ada dampak positif dari adanya fenomena cashless society yang perlu dioptimalkan dengan baik akan tetapi juga ada dampak negatif yang perlu diwaspadai.

Tentunya seperti yang telah saya mention sebelumnya, diperlukan sinergi untuk bisa memaksimalkan edukasi kepada UMKM mengenai keuntungan pengaplikasian transaksi elektronik dalam berbisnis. Kemudian untuk mencegah dampak negatifnya adalah diperlukan sistem yang kuat dan terintegrasi untuk bisa melindungi seluruh data pribadi konsumen dan pengguna layanan transaksi elektronik secara keseluruhan.

Kemudian masyarakat Indonesia pun juga perlu menambah pengetahuan serta literasi pengelolaan keuangan supaya penggunaan transaksi cashless sesuai dengan peruntukan dan manfaatnya...

Lalu bagaimana menurut kalian, apakah termasuk ke dalam golongan cashless society??

Sumber : 

Finansialku.com : Lebih Baik Mana? Selalu Pegang Uang Cash atau Cashless?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun