Mohon tunggu...
Alfathan Rahman
Alfathan Rahman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, kompasiana kontributor

Full time Blogger Ismimalfathan www.ismimalfathan.wordpress.com, dan www.alfa27.com "Membangun bangsa dengan tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Jangan Remehkan Alex Marquez!

23 Oktober 2020   11:33 Diperbarui: 24 Oktober 2020   03:24 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesedihan melanda setelah Jorge Lorenzo memutuskan untuk pensiun pada seri pamungkas di GP Valencia 2019 lalu. Saya sangat sulit menahan air mata karena Por Fuera adalah salah satu pembalap yang menemani masa-masa indah saat remaja.

Rossi, Lorenzo, Stoner, dan Pedrosa adalah 4 pembalap yang sedikit banyak merubah pandangan saya akan balapan MotoGP.  Yang tadinya hanya sekedar hiburan pragmatis, menjadi sebuah kompetisi yang menarik untuk dianalisis. Namun 2019, era tersebut perlahan memudar dan hanya menyisakan The Doctor di usia senjanya.

Kembali ke topik, Lorenzo memutuskan untuk menyudahi karirnya setelah tak mampu untuk tampil sesuai ekspektasi bersama Honda. Ditambah cedera punggung yang parah harus ia derita setelah terjatuh di Sirkuit Assen 2019 lalu. 

Padahal publik mengharapkan persaingan antara Lorenzo dan Marquez jauh lebih memanas bersama Repsol Honda. Bahkan saya sempat berpikir akan terjadi Senna vs Prost dalam versi MotoGP. Nyatanya ekspektasi tersebut hanyalah angan belaka dan sang juara dunia 5 kali tak ingin meneruskan penderitaannya tersebut. 

Sesaat setelah Lorenzo mengundurkan diri, bursa pembalap sempat memanas walau hanya sebentar. Cal Crutchlow dan Johann Zarco adalah 2 nama yang santer dikaitkan untuk menjadi tandem Marc Marquez di Repsol Honda.

Namun seketika kejutan itu pun hadir setelah Honda memutuskan untuk merekrut Alex Marquez, adik dari Marc Marquez yang akan menjadi suksesor Lorenzo di kursi kedua pabrikan Honda dan menemani sang kakak. Keputusan itu membuat polemik dan asumsi bermunculan bagai awan yang bertebaran di birunya langit. 

Tak ayal, Alex Marquez sempat menjadi bulan-bulanan asumsi yang menjurus ke arah "meremehkan". 

Di bawah bayang-bayang sang kakak

Alex baru saja naik kelas ke MotoGP setelah setahun sebelumnya berhasil menjadi juara dunia di kelas Moto2. Perjuangannya pun sama sekali tidak mudah. Setidaknya Alex membutuhkan waktu hingga 5 musim (2015-2019) untuk bisa meraih gelar tersebut. Tentu saja publik akan membandingkan dengan pencapaian sang kakak. 

Tahun 2010 Marc Marquez menjadi juara dunia di kelas 125cc. The Baby Alien mampu kembali menjadi juara dunia di kelas Moto2 di tahun 2012. Kemudian ia langsung menjadi juara dunia di tahun pertamanya berkomptisi di MotoGP di tahun 2013. Marc terus menancapkan tongkat kejayaannya hingga tahun 2019 lalu. 

Dari sini terlihat bahwa kisah Marc dan Alex Marquez cukup bertolak belakang dan tentu saja sang pemilik nomor 93 masih jauh lebih bersinar dari segi pencapaian.

Alex berada dalam posisi yang sulit, selain cibiran netizen yang terus membandingkan dengan kakaknya, ia harus beradaptasi dengan motor yang paling sulit dikendalikan di grid MotoGP 2020. 

Performa yang "biasa saja" di mata orang awam

Di awal musim 2020, Alex Marquez hanya bisa berjuang di luar posisi sepuluh besar. Itulah yang membuat ia tidak spesial di mata penikmat MotoGP yang awam. Posisi finish terbaik Alex hanyalah peringkat kedelapan pada balapan Jerez. Selanjutnya ia lebih sering berada di luar 10 besar dan poin-poin yang ditorehkan masih dalam hitungan jari. 

Tidak semua orang mengerti betapa sulitnya menaklukan RC213V sesuai dengan gaya balapnya. Apalagi motor tersebut sudah sangat identik dengan sang kakak, Marc. 

Tekanan dari banyak orang di luar lintasan semakin tak terbendung, apalagi salah satu pembalap Honda yang lain dari tim kasta kedua, Takaaki Nakagami mampu menampilkan performa yang luar biasa konsisten. 

Alex harus berjuang di balik anggapan remeh serta berpacu dengan waktu untuk bisa menorehkan performa yang maksimal di atas kuda besi RC213V yang sangat galak.

Kemenangan Brad Binder di GP Ceko

Brad Binder, secara mengejutkan mampu membawa KTM pertama kalinya menjadi juara di kelas MotoGP. Bukan hanya spesial bagi pabrikan asal Austria tersebut, melainkan juga untuk dirinya secara pribadi.

Binder menjadi rookie pertama yang meraih kemenangan semenjak Marc Marquez melakukannya pada tahun 2013 lalu. Ia juga menjadi pembalap asal Afrika Selatan pertama yang berhasil menang di kelas MotoGP.

Semua pencapaian yang didapatkan Brad Binder, ternyata menjadi hal yang cukup membuat Alex Marquez tertekan. Karena baik Brad maupun Alex keduanya sama-sama debutan yang baru saja berkiprah di MotoGP.

Kemenangan Brad Binder membuat publik kembali menaruh perhatian kepada Alex, sebab meski sama-sama debutan pencapaian Binder jauh lebih cemerlang.

Apalagi status Alex adalah sebagai juara dunia Moto2 dan membela tim Repsol Honda. Sementara Brad Binder membela tim KTM yang notabennya adalah pemain baru di MotoGP.

Membungkam semua keraguan dan celaan

GP Le Mans Perancis, merupakan titik balik dari karir seorang Alex Marquez di MotoGP. Ia berhasil meraih podium ke-2 di bawah guyuran hujan yang membasahi trek. Alex mampu melewati 16 pembalap di depannya untuk bisa menginjakkan kaki di atas podium untuk pertama kalinya. Meraih hasil maksimal di kondisi trek basah amatlah tidak mudah. 

Pembalap harus memiliki feeling ekstra dalam menyeimbangkan antara kecepatan motor, aquaplanning, keseimbangan ban, maupun rintikkan air yang membasahi visor helm. Semua ujian tersebut berhasil dilewati Alex Marquez untuk membungkam semua keraguan.

Tak sampai di situ satu race kemudian di GP Aragon, Alex Marquez tak mampu membendung dirinya sendiri untuk terus meraih hasil positif. 

Meski hasil selama sesi latihan bebas dan kualifikasi tak begitu mencolok ia mampu menggebrak di saat balapan. Tak tanggung-tanggung, 9 pembalap di depannya mampu ia asapi untuk kembali menginjakkan kaki di podium ke-2. 

Bahkan jarak ia dengan sang juara, Alex Rins tak lebih dari satu detik. Kini Alex bertengger di posisi ke-12 klasemen dan mengemas 67 poin. Artinya poin ia sama dengan Brad Binder yang telah meraih satu kali kemenangan. 

=====

Saya hanya ingin mengajak kalian semua melihat bagaimana perjuangan seorang Alex Marquez. Terlepas dari perbaikan yang dilakukan tim Honda dalam segi teknis, dengan mentalitas yang luar biasa ia mampu membalikkan semua keraguan menjadi kekaguman. 

Saya teringat ucapan Joan Mir yang menyindir kritik Stoner bahwa "berkata-kata di atas sofa sangatlah mudah". Sepertinya hal tersebut juga cocok untuk ditujukkan kepada para netizen julit yang hanya bisa meremehkan, menghujat, dan berasumsi di kolom komentar lewat ketikan jempolnya.

Satu hal yang harus kalian ingat, seberapa panjang kalimat yang kalian rangkai untuk menghujat seseorang, sepanjang itu pula langkah yang telah di ambil orang itu untuk terus mengembangkan diri....

Wahai para penghujat, bangunlah! Hari sudah sore dan kamu tak melakukan apa-apa hari ini. Sudah seharusnya kalian malu karena itu jauh lebih terhormat dibandingkan terus bersembunyi di balik sebuah pembenaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun