Mohon tunggu...
Ismii Aya
Ismii Aya Mohon Tunggu... -

servant of Allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Pendidikan Nasional

2 Mei 2013   08:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:16 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hip-hip hura, 2 Mei telah tiba. Sebesar apa pengaruh hardiknas untuk membangkitkan semangat belajar rakyat indonesia?. Saatnya kita merefleksi aktifitas rakyat indonesia khusunya yang masih berada dalam jenjang pendidikan formal. Hari ini mereka harus mengawali hari dengan mengokohkan kaki berjejer menghadap tiang bendera alias upacara. Jujur saja saat sekolah dulu, kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat melelahkan dan membosankan untuk saya. Bayangkan saja, hari senin (tiga hari yang lalu) kan sudah upacara, lha hari ini upacara lagi. Bahkan dulu saya pikir, upacara adalah kegitan hukuman massal untuk seluruh rakyat indonesia. Ayo, siapa yang senang dengan upacara dan bahkan pengen upacara diadakan tiap hari saking senengnya? :D . atau sebaliknya, hukuman dijemur didepan tiang bendera bagi siswa yang ‘bandel’ adalah penghinaan bagi upacara, karena secara tidak langsung para guru mengakui, berdiri berlama-lama didepan tiang bedera adalah hal yang menyebalkan. Hehehe

Mari kita lihat bagaimana mereka menyambut hari konyol seperti valentine’s day, april mop, halloween day. Waow, senyuman lebar terpampang jelas diwajah mereka. Ada apa dan mengapa? Jawab saja sendiri ah....!. Wah, Hardiknas kalah pamor rupanya. dan bahkan  bisa jadi karena saya cantumin kata hardiknas dijudul, peminat pembaca artikel ini jadi minim, kita liat saja nanti :D

Tapi yang pasti, dari sini kita bisa lihat bahwa sistem pendidikan indonesia telah gagal mencetak generasi unggul. Tentu ini sangat mengecewakan bagi indonesia. Namun jangan lupa, merekapun merasakan hal yang sama wahai indonesia, kecewa tiada tara. Sudah berapa banyak generasi yang disia-siakan potensianya, terkungkung oleh kurikulum yang sejatinya tidak layak karena faktanya yang terbentuk adalah generasi yang minim ilmu, orientasi nilai dan bahkan kekeringan iman. Sudah perfect bukan? Perfect full dalam kekecewaan. Padahal saya belum bicara tentang biaya dan berapa banyak pula generasi yang tidak sekolah karena ulahnya. [IA]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun