Tapi Bapak tadi tak melanjutkan ancamannya, karena ayah saya yang seorang PNS, balik mengancam si bapak dengan mengatakan akan memberitakan melalui wartawan, kalau benar-benar anaknya yaitu : saya, tidak diluluskan.
Lucu juga sebenarnya hubungan saya dengan bapak guru yang juga mengajar bahasa inggris itu. Kelas satu karena kenakalan saya, dia mengajak saya perang. Dia tidak mau melihat wajah saya di kelas. Dia bilang, "saya yang tidak masuk kelas, atau kamu!" Jelas sayalah yang tidak masuk kelas ketika dia mengajar. Masa mengorbankan, 39 siswa lainnya.
Tapi setelah dua bulan dia memaafkan kesalahan saya. Boleh lagi belajar bahasa inggris dengan dirinya. Dan dia baik juga. Tak mengaitkan kemarahan dengan nilai ujian.
Buktinya nilai bahasa inggris saya rata-rata fairlah dengan kawan lain. Tidak angka lima tidak pula angka sembilan. Waktu sekolah smp itu nilai saya lumayanlah. Selalu juara pertama di kelas, dan pernah pula sekali menjadi juara umum pertama.
Dan hubungan saya dengan Pak Guru saya, yang bernama Darnis Dahan itu makin intens pas saya kelas dua smp. Karena dia wali kelas saya. (Sekarang beliau sudah Almarhum, saya doakan semoga beliau diterima disisi Allah. Apa yang terjadi antara kami saya anggap sebagai pengalaman yang mengesankan dalam hidup, dulu mungkin saya sakit hati sedikit, tapi kini tidak lagi).
Kembali ke soal politik praktis. Kenapa saya jadi simpatisan PPP, dengan memasang logo partai itu di baju smp? Saya kira salah satunya saya dari bacaan. Ayah saya berlangganan Majalah Panji Masyarakat yang diasuh oleh Buya Hamka. Tulisan-tulisan di majalah itu bikin rasa keislaman kita timbul. Dan partai PPP dengan lambang kakbah adalah saluran politik kaum islam, klaim PPP. Walau sebenarnya Golkar dan PDI juga dikelola oleh orang-orang islam, dan menyuarakan juga aspirasi islam.
Soal logo kakbah tadi, kebetulan pengurus PPP di kecamatan saya kenal, dan dia memberikan saya segepok logo dari kertas untuk dibagi-bagikan. Sebenarnya dia minta tolong. Dan lucunya saya bangga memakainya. Itu saja.
Itulah pengalaman awal saya terlibat politik praktis.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H