Tadi malam (17/09) Barcelona melumat Osasuna dengan skor mencolok 8-0. Beberapa minggu yang lalu, Real Madrid mengalahkan Zaragoza dengan skor 6-0, sedang Barcelona menghempaskan Villareal dengan skor 5-0. Berpindah ke liga Jerman, Muenchen mengukuhkan dominasinya atas kemenangan terhadap Hamburg dengan skor 5-0 dan Freiburg 7-0. Sedangkan di ranah Inggris, Manchester United menghancurkan Arsenal 8-2, Â serta Bolton 5-0. Demikian pula Manchester City yang menang atas Tottenham 1-5, serta Swansea 4-0
Fenomena apakah gerangan yang sedang terjadi di daratan eropa ? Mengapa skor-skor mencolok mudah ditemukan pada musim kompetisi saat ini ? Apakah ini merupakan suatu trend yang akan terus berlanjut ataukah hanya fenomena sesaat saja ?
Liga Eropa (European League) adalah liga paling atraktif di seluruh dunia. Publisitas yang berlebihan, kondisi keuangan yang jor-joran ditambah gemerlap polah para pelaku industri sepak bola menjadikan kompetisi di belahan bumi tersebut menjadi incaran dan tujuan para pemain, pencinta ataupun penggila bola dari manapun. Tidak ada publisitas media yang melewatkan berita tentang kompetisi liga-liga di eropa. Apalagi pada hari sabtu dan minggu ketika kompetisi sedang bergulir, hampir semua kolom berita olahraga akan memberikan porsi besar bagi liputan tentang sepak bola eropa.
Sayangnya, kompetisi ini menurut saya sedang memasuki titik balik. Skor-skor yang tidak berimbang sekarang sedang mendominasi pemberitaan. Mungkin pada tahap awal penonton akan merasakan kekaguman yang sangat pada hasil-hasil pertandingan itu. Namun lama-kelamaan, penikmat bola perlahan-lahan akan mengutuk partai-partai yang sejak awal sudah diyakini akan berjalan tidak seimbang. Tidak ada lagi rasa deg-degan menanti hasil yang mengharu biru. Tidak ada pula rasa penasaran menunggu akhir pertandingan ketika di satu pihak ada yang tertawa dan pihak lain ada yang menangis tersedu sedan. Penyebab lahirnya skor-skor mencolok
Ada beberapa alasan yang mungkin bisa menjadi bahan renungan, mengapa skor-skor mencolok saat ini mudah ditemui di panggung sepakbola eropa. Setidaknya ada 6 (enam) hal yang menurut saya, demikian penting (tentu tanpa mengurangi rasa hormat pada analisis anda yang mungkin berbeda)
1.    Besaran dana klub yang tidak berimbang.
Sejatinya sebuah klub memiliki pola pemasukan dan pengeluaran dana yang disiplin. Dengan sistem pengelolaan keuangan yang mapan, sebuah klub akan menciptakan kondisi keuangan yang sehat. Dengan kondisi yang sehat pula, klub akan mampu berbelanja pemain hebat yang diharapkan menjadi pemain dalam permainan. Kehadiran pemilik-pemilik modal kelas wahid (utamanya dari timur tengah) selanjutnya merubah peta persaingan di industri bola. Dengan kondisi keuangan yang bagaikan sumur tanpa dasar, mereka mampu membeli pemain mana saja dan menciptakan klub yang meraksasa dengan semua lini dipenuhi pemain top. Dalam hal ini, Manchester City dan Chelsea bisa menjadi contoh yang tepat
Selanjutnya bandingkan dengan klub-klub semenjana atau klub-klub yang hanya ditopang oleh dana yang pas-pasan. Klub-klub itu hanya akan bergantung pada pemain yang kualitasnya rata-rata. Pola permainan juga akan terasa monoton karena pemain yang demikian hanya akan bermain dengan permainan yang ala kadarnya pula.
2.    Manajer atau pelatih yang berkualitas
Dewasa ini ilmu kepelatihan sepakbola sesungguhnya bukan ilmu yang tersembunyi seperti dahulu. FIFA dan seluruh percabangannya terus-menerus mentransfer ilmu sepakbola kepada seluruh warga dunia. Kursus-kursus kepelatihan dan ujian kompetensi/sertifikasi pelatih juga makin marak. Artinya, setiap pelatih bola akan memiliki basis ilmu kepelatihan yang seragam dan sama. Dalam kondisi demikian, kualitas seorang manager/pelatih akan ditentukan oleh faktor 'seni" yaitu kreatifitas menciptakan pola permainan dalam menyerang atau bertahan. Manager/pelatih kemudian tidak memperhatikan lagi faktor usia. Setiap orang dapat menjadi pelatih sukses sepanjang memiliki naluri kreatif dalam menghadirkan kemenangan. Lihat saja Villa Boas (Chelsea) yang sukses membawa Porto Juara UEFA Cup 2011 di usia 30-an, Pep Guardiola yang sukses di usia 40-an atau Morinho di usia 50-an dan Sir Alex Fergusson pada 60-an.
3.    Fasilitas setiap klub