Mohon tunggu...
Ismawan Amir
Ismawan Amir Mohon Tunggu... Konsultan - Brand and Digital Marketing Strategist

Co - Founder Desa Institute - Entrepreneur - Berbagi - Bermanfaat - Berkarya- Berdaya- Perindu Surga

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Para Penantang Baru Ekonomi Digital 4.0

11 Oktober 2018   07:42 Diperbarui: 11 Oktober 2018   14:09 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengulik Para penantang Baru

Sering kita mendengar ungkapan go online or dying, secara khusus memberi pesan bahwa jika anda seorang pebisnis maka berpindahlah ke dunia online, sebab jika hanya mengandalkan strategy usaha offline, maka pelan dan pasti usaha anda akan jauh keetinggalan dan bisa berujung bangkrut.

2017 lalu, media memberitakan tutupnya dua gerai matahari. Raksasan dibidang fashion itu menutup dua gerai karena lesu pengunjung. Bahkan mall yang dulu jadi raksasa seperti Blok M, Glodok, Mangga Dua dan Tanah Abang mulai sepi pembeli. Jawa pos pernah memberitakan presiden Jokowi menanggapi ketika ditanya mengapa banyak retail yang tutup, ia menjawab singkat karena tidak mengikuti zaman.

Mari kita bicara data. Berdasarkan hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyebutkan bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Tahun 2010 hanya tercatat 42 juta jiwa, 2016 sudah mencapai 132,7 juta jiwa, dan 143,26 juta jiwa di tahun 2017. Angka yang fantastis dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 262 juta jiwa.

Meningkatnya pengguna internet membawa perilaku baru dalam masyarakat. Era disruption kemudian memunculkan cara bara dalam berinteraksi. Tidak hanya menjalankan usaha melainkan interaksi social, bisnis yang terjadi antar sesame manusia.

Era Digital 4.0 memungkinkan terjadinya shifting di bidang usaha, Renald Kasali, pakar manajemen UI menyebut berbagai bidang usaha mengalami shifting yakni dalam bidang konsumsi, pelayaran, transportasi, pendidikan, keuangan, perbankan dll. Jika kondisi shifting tidak mampu dimanfaatkan oleh dunia bisnis, maka dampaknya akan sangat berat.

 ***

Usaha rintisan Fintecht pelan-pelan menjadi ancaman bagi perbankan nasional. Kemudahan yang diberikan serta mampu menjawab persoalan masyarakat membuat usaha rintisan ini jadi pilihan baru. Sebut saja misalnya Gojek yang mulai bermain di wilayah konsumsi. Memanfaatkan Gopay dalam transaksi pembayaran di beberapa gerai makanan. Hasilnya, Kita lihat antrian begitu mengular. 

Bukalapak yang mulai masuk sector pendanaan  dengan membuka Buka Dana. Kemunculan OVO, Flip, Traveloka Pay menjadi pilihan baru masyarakat.  Dukungan pemerintah juga nampaknya makin besar, Kemenkominfo memproyeksikan pada 2020, ekonomi digital di Indonesia bisa tumbuh mencapai 130 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.700 triliun.

GoJek yang awalnya kita kenal sebagai usaha bisang transportasi menggeser market mereka ke rumah tangga dan konsumsi. Di acara SCG Investment Forum pada hari Rabu (3/10) yang lalu, Head of Corporate Development GoJek, Justin Choi mengatakan ambisi mereka menguasasi sector fintech di masa depan. Makanya mulai tahun ini pelan pelan mereka akan mengakuisisi market para pendahulu di sector perbankan. 

Di acara yang bertemakan  #DigitalPassions : Transformations that change you tersebut tersebut terungkap promosi besar-besaran Gopay terjawab. Ingin memberi solusi setiap masalah masyarakat.

Hal yang sama dilakukan oleh  Siam Cement Group (SCG), salah satu konglomerasi bisnis terkemuka di ASEAN yang memperkenalkan AddVentures, sebagai salah satu anak perusahaan untuk memperluas bisnis ke dalam sektor teknologi digital.

Nantapong Chantrakul selaku Country Director SCG Indonesia mengatakan, SCG berupaya memperluas trasnformasi digital. Perusahaan venture capital SCG yang telah diluncurkan pada 2017 lalu membuka kesempatan kerjasama startup local Indonesia. 

Melalui tiga cara kerjasama yakni venture capital fund, kemitraan ekosistem, dan investasi langsung. "Tahun ini sudah ada 11 startup di ASIA TENGGARA yang telah bekerja sama dan jadi bagian adventure," jelasnya. Tidak tanggung-tanggung dalam lima tahun ini SCG menyiapkan pendanaan sampai 17 Trilyun

Digital dan teknologi merupakan masa depan bisnis Indonesia. Kemunculan startup dalam bidang fintech pelan tapi pasti menggerus pasar para raksasa finance. 

 Suatu waktu seorang kawan saya yang bekerja pada sebuah usaha financial mengeluh. Target setiap tahun kredit yang dibebankan padanya makin kecil. Rupanya nasabahnya ada yang berpindah ke skema pendanaan yang diberikan usaha rintisan. Ini contoh kecil upaya pemula menguasai pasar para raksasa financial. Bersiaplah.

Gopay, Addventures by SCG, Buka Dana, GandengTangan membuat ledakan -- ledakan kecil tapi mematikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun