"Mahathir telah membuktikan tekadnya untuk mencapai tujuan, menerima keterbatasan masa lalunya, meminta maaf dan mengorbankan waktu dan energinya untuk rakyat dan negara," tulis Anwar Ibrahim, di Asian Correspondent.
Pertama, memanfaatkan isu korupsi keuangan negara yang terungkap Juni 2015 lalu. Kasus korupsi yang terjadi era pemerintahan Najib satu persatu dibongkar. Keterlibatan oran-orang Najib dalam penyelewengan dana negara membuat posisinya lemah. Kedua, Harga komoditas yang terus melonjak. Biaya hidup meningkat dan pemerintah memotong subsidi pada beberapa barang pokok. Isu ini mampu menurunkan kepercayaan pada pemerintah.
Ketiga, Kesadara berpolitik semakin terbuka. Masyarakat memunculkan sikap un-trust pada pengelola negara dan kongkalikong perusahaan yang terlibat pada kasus korupsi. Warga biasa mengalihkan dukungan pada koalisi oposisi.
Sementara pns bersatu di kubu Najib. Survey yang dirilis independen Merdeka Center for Opinion Survey, menyebut partai berkuasa turun dan oposisi naik.
Keempat, Volunterisme yang kuat. Selama dua tahun, tokoh muda Malaysia Rafizi Ramli keluar masuk desa melakukan kampanye. Ia mendirikan TV alternatif, mengumpulkan relawan satu persatu hingga  jumlahnya 40 ribu orang. Mereka bekerja siang malam untuk menyadarkan warga Malaysia akan pentingnya pergantian penguasa.
Selain itu, Oposisi juga merekrut tokoh agama yang fatwanya didengar masyarakat muslim Malaysia. Nik Omar Bin Nik Aziz. Anak seorang tokoh ulama dan tokoh politik islam yang namanya harum di Malaysia.
Kelima, melakukan survei ilmiah dan memanfaatkan data base. Pihak oposisi melakukan mapping yang rigit, terukur dan cukup rapi. Data base ini kemudian diolah dengan baik untuk memaksimalkan jumlah suara yang akan dicapai.
Keenam, sosial media. Koalisi paham betul bahwa media telah dikuasai negara. Hanya lewat media sosial mereka bisa berinteraksi. Invoke TV salah satunya corong pihak oposisi bersuara. Relawannya pun tak dibayar.
Malaysia kini kembali ke tangan Tun Mahatir. Usia boleh tua, tapi semangat tetap muda. Kebesaran jiwa meminta maaf Tun Mahatir  dan ruang jiwa Anwar memaafkan jadi kunci kemenangan. Ikhtiar dan usaha, tetesan keringat tidak sia-sia. Politik selalu penuh dengan kejutan. Bagaimana dengan Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H