Mohon tunggu...
ismar indarsyah
ismar indarsyah Mohon Tunggu... -

rakyat biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka Prabowo Subianto

3 Juli 2012   11:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:19 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, ini adalah pengkhianatan elit kepada bangsanya sendiri. Saya ingat cover story majalah Far East Economic Review tanggal 26 Juni 2003, "A Nation Betrayed: How Indonesia's Elite Are Selling The Country Short". Elit Indonesia sedang menjual negaranya sendiri.

Bayangkan sekian tahun lalu tetangga-tetangga kita sudah melihat ini terjadi. Sudah ada tanda-tanda peringatan, kita menuju negara gagal.

Saya yakin dan percaya, kuncinya adalah kepemimpinan. Leadership. Saya dulu di tentara belajar sebuah adagium yang berlaku bagi setiap tentara sepanjang sejarah: "there are no bad soldiers, only bad commanders." Tidak ada prajurit yang jelek. Hanya ada para komandan yang jelek.

Ada juga adagium yang diajarkan kepada saya saat saya perwira muda: "Seribu kambing dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum semua. Tetapi seribu harimau dipimpin kambing akan embeeeek semua". Artinya saya percaya bahwa jika Indonesia dipimpin oleh lapisan elite dan kepemimpinan yang bersih, jujur, cinta tanah air, cerdas, mau kerja keras, tidak akan mau tunduk kepada dominasi bangsa-bangsa asing. Saya percaya dengan lapisan kepemimpinan seperti itu, bangsa kita bisa cepat bangkit.

"The power of an idea whose time has come cannot be stopped by any army or any force." Kekuatan dari suatu gagasan yang sudah tiba waktunya tidak bisa dikalahkan.

Sebentar lagi, 7 hari lagi, di DKI Jakarta, ibukota negara dan bangsa kita yang kita cintai akan memilih gubernur. Sekali lagi elit kita yang korup dan bobrok memperlihatkan hobinya, memperlihatkan kecanduannya, memperlihatkan keserakahannya melakukan kecurangan dengan membuat daftar pemilih tetap yang penuh dengan nama-nama hantu.

Relawan-relawan Jakarta Baru yang bertugas di lapangan, melaporkan masih ada sekitar 400.000 suara hantu, suara palsu yang masih belum mau dicoret oleh KPUD DKI Jakarta.

Artinya siapapun yang menguasai teknologi informasi dan menguasai proses penyelenggaraan pemilihan sudah memiliki 'cadangan' 400.000 suara kalau mereka mau gunakan. Biasanya, kalau orang bisa melakukan sesuatu kejahatan tanpa mendapatkan sanksi ataupun kalau taruhannya sangat besar, diantaranya kekuasaan yang bisa melanggengkan cengkeraman seseorang akan sumber sumber kekayaan, maka Ia akan melakukannya.

Dengan demikian, yang dipertaruhkan 11 Juli nanti bukan hanya masa depan Jakarta, tetapi masa depan bangsa kita.

Kita sebagai cedekiawan, negarawan, masyarakat rasional, telah memilih demokrasi sebagai sistem pemerintahan terbaik dari yang ada. Tetapi ternyata elit kita masih banyak dikuasai oleh orang-orang munafik, para Kurawa yang pura-pura menjadi Pandawa. Orang-orang yang pandai dan lihai bicara, dan lebih pandai lagi melakukan akal-akalan di segala bidang.

Inilah kebiasaan kita yang jelek. Budaya menipu teman dengan muka yang tidak berdosa. Budaya ‘kutipu kau’. Budaya curang. Inilah yang melemahkan bangsa kita. Inilah yang membuat bangsa kita sampai sekarang tidak bisa lepas landas, sampai sekarang terus menjadi permainan bangsa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun